Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

“ HUBUNGAN ISLAM DENGAN ILMU KIMIA”

OLEH :

NAMA : RESKI WAHYUNI

STAMBUK : 15020180237

KELAS : C5

ISLAM DISIPLINILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “hubungan islam dengan ilmu
kimia”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah islam disiplin ilmu farmasi.
Tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna dan masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat saya harapkan demi menyempurnakan makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah
ilmu pengetahuan bagi saya dan pembaca

Makassar, 29 April 2021

Reski Wahyuni
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an diturunkan pada 14 abad yang lalu oleh Allah SWT. Al-Qur’an bukanlah
buku ilmiah. Akan tetapi, kitab ini mencakup beberapa penjelasan ilmiah dalam tautan
keagamaannya. Penjelasan ini tidak pernah bertentangan dengan
temuan-temuan ilmu modern. Sebaliknya, fakta-fakta tertentu yang baru ditemukan
dengan teknologi abad ke-20 itu sebenarnya telah diungkapkan dalam Al-Qur’an 14 abad
silam. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan salah satu bukti terpenting yang
menegaskan keberadaan Allah. Ilmu kimia yang merupakan salah satu dari cabang
penjurusan ilmu pengetahuan alam, suatu ilmu yang menjelaskan struktur perubahan dari
suatu objek setara, yang di akibatkan oleh suatu reaksi. Ternyata, pengetahuan kimia
tersebut telah diungkapkan dalam Al-qur’an sejak zaman dulu. Adapun penjelasan
secara detail nya, baru bisa dijelaskan pada zaman baru-baru ini.
Sesunggunya hubungan Al-Qur’an dengan sains memang tidak boleh dipisahkan
lagi. Bukan kerana Al-Qur’an itu ialah buku sains, tetapi Al-Qur’an ialah mukjizat Allah
SWT yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat
manusia. Al-Qur’an juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan salah satu cabang
dari ilmu sains yaitu kimia. Hubungan Al-Qur’an dengan kimia dapat dilihat dengan
penemuan besi di dalam Al-Qur’an yaitu pada surah Al-Hadid (Besi), maksud surah
tersebut sudah jelas mengenai besi. Surah Al-Hadid ialah surah yang ke 57 yang berada
di pertengahan Al Quran. Menurut para ahli besi, besi ialah unsur yang tidak boleh
diciptakan melalui proses semula jadi di bumi ini. Mungkin inilah mengapa besi
mempunyai arti khusus sampai dijadikan nama surah. Oleh karena itu, kami membuat
makalah ini untuk lebih memahami hubungan antara Al-Qur’an dengan ilmu kimia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kimia dan Hubungannya dengan Al-Qur’an

Kimia merupakan salah satu dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang muncul
sejak munculnya pemikiran ilmuan secara ilmiah, Kimia (dari bahasa Arab: ‫كيمياء‬, atau
kimiya = perubahan benda/zat atau bahasa Yunani: χημεία, atau khemeia) adalah ilmu
yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom
hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk
membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat
dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada
tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh
struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom dan
ikatan kimia.

Di dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-fenomena


alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini juga
telah menarik perhatian manusia secara tidak langsung untuk mempelajari berbagai
elemen dan reaksi kimiawi yang ada di dalamnya, di antaranya yaitu ayat-ayat yang
berhubungan dengan kejadian manusia, kejadian alam yang lain :
1. Unsur kimia di dalam madu petunjuk kepada kekuasaan Allah merubah struktur,
sifat dan kegunaan berbagai unsur.

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di


pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, Kemudian makanlah
dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah
dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan)
bagi orang-orang yang memikirkan.”[An-Nahl:68-69].

2. Al Qur’an menjelaskan tentang unsur Besi (QS. Al-Hadid, 57:52)


Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan/turunkan besi yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya
mereka mempergunakan besi itu), dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
Mahakuat lagi Maha Perkasa.” (al-Hadid 57: 25).

Berdasarkan kandungan surah Al-Hadid di atas, para ilmuan muslim telah mengkaji
kandungan yang terkandung di dalam nya yang menyatakan bahwa Allah telah
menurunkan/menciptakan unsur besi yang dapat di manfaatkan oleh manusia.

3. Al-Quran membahas tentang atom

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al
Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi
atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun
sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak
(pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh”). (Q.S. Yunus : 61).
Di dalam Al-Quran, atom dikenal dengan nama dzarrah, yaitu sesuatu yang paling
kecil dan tidak ada lagi yang lebih kecil daripada itu. Menurut John Dalton, atom adalah
partkel terkecil dari suatu zat yang tidak dapat diuraikan menjadi partikel yang lebih kecil
dengan reaksi kimia biasa. Inilah salah satu mukjizat Al-Quranul Karim. Selain beberapa
ayat-ayat tersebut, masih ada ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan dan berhubungan
dengan ilmu kimia.
B. Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam

Ilmu kimia merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para kimiawan
Muslim di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun
mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan para kimiawan Muslim. Tak
heran, bila dunia menabalkan kimiawan Muslim bernama Jabir Ibnu Hayyan sebagai
'Bapak Kimia Modern'."Para kimiawan Muslim adalah pendiri ilmu kimia," cetus Ilmuwan
berkebangsaan Jerman di abad ke-18 M. Will Durant dalam The Story of Civilization IV:
The Age of Faith, juga mengakui bahwa para kimiawan Muslim di zaman kekhalifahanlah
yang meletakkan fondasi ilmu kimia modern. Menurut Durant, kimia merupakan ilmu yang
hampir seluruhnya diciptakan oleh peradaban Islam. "Dalam bidang ini (kimia),
peradaban Yunani (seperti kita ketahui) hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-
samar," ungkapnya. Sedangkan peradaban Islam telah memperkenalkan observasi yang
tepat, eksperimen yang terkontrol, serta catatan atau dokumen yang begitu teliti. Tak
hanya itu, sejarah mencatat bahwa peradaban Islam di era kejayaan telah melakukan
revolusi dalam bidang kimia.
Kimiawan Muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi sebuah industri yang
penting bagi peradaban dunia. Dengan memanfaatkan ilmu kimia, Ilmuwan Islam di
zaman kegemilangan telah berhasil menghasilkan sederet produk dan penemuan yang
sangat dirasakan manfaatnya hingga kini. Berkat revolusi sains yang digelorakan para
kimiawan Muslim-lah, dunia mengenal berbagai industri serta zat dan senyawa kimia
penting. Adalah fakta tak terbantahkan bahwa alkohol, nitrat, asam sulfur, nitrat silver,
dan potasium--senyawa penting dalam kehidupan manusia modern--merupakan
penemuan para kimiawan Muslim. Revolusi ilmu kimia yang dilakukan para kimiawan
Muslim di abad kejayaan juga telah melahirkan teknik-teknik sublimasi, kristalisasi, dan
distilasi. Dengan menguasai teknik-teknik itulah, peradaban Islam akhirnya mampu
membidani kelahiran sederet industri penting bagi umat manusia, seperti industri farmasi,
tekstil, perminyakan, kesehatan, makanan dan minuman, perhiasan, hingga militer.

C. Penemuan dan Kontribusi Kimiawan Muslim

Setiap kimiawan Muslim itu telah memberi sumbangan yang berbeda-beda bagi
pengembangan ilmu kimia. Jabir (721 M-815 M), misalnya, telah memperkenalkan
eksperimen atau percobaan kimia. Ia bekerja keras mengelaborasi kimia di sebuah
laboratorium dengan serangkaian eksperimen. Salah satu ciri khas eksperimen yang
dilakukannya bersifat kuantitatif. Ilmuwan Muslim berjuluk 'Bapak Kimia Modern' itu juga
tercatat sebagai penemu sederet proses kimia, seperti penyulingan/distilasi, kristalisasi,
kalnasi, dan sublimasi.
Cendekiawan-cendikiawan Barat mengakui bahwa Jabir Ibnu Hayyan
(721-815 H) adalah orang yang pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam
kegiatan penelitiannya dalam bidang alkemi yang kemudian oleh ilmuan Barat diambil
dan dikembangkan menjadi apa yang dikenal sekarang sebagai ilmu kimia. Jabir, di Barat
dikenal Geber, adalah orang yang pertama mendirikan suatu bengkel dan
mempergunakan tungku untuk mengolah mineral-mineral dan mengekstraksi dan
mineral-mineral itu zat-zat kimiawi serta mengklasifikasikannya. Muhammad Ibnu
Zakaria, al-Rozi (865-925), telah melakukan kegiatan yang lazim dilakukan oleh ahli kimia
dengan menggunakan alat-alat khusus, seperti distilasi, kristalisasi, dan sebagainya.
Buku al-Razi (Razes), diakui sebagai buku pegangan laboratorium kimia pertama di
dunia. Sang ilmuwan yang dikenal di Barat dengan sebutan 'Geber' itu pun tercatat
berhasil menciptakan instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Selain itu, dia pun
mampu menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi,
pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Berkat jasanya pula, teori
oksidasi-reduksi yang begitu terkenal dalam ilmu kimia terungkap. Senyawa atau zat
penting seperti asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, dan asam asetat lahir dari hasil
penelitian dan pemikiran Jabir. Ia pun sukses melakukan distilasi alkohol. Salah satu
pencapaian penting lainnya dalam merevolusi kimia adalah mendirikan industri parfum.
Muhammad Ibnu Zakariya ar-Razi Ilmuwan Muslim lainnya yang berjasa melakukan
revolusi dalam ilmu kimia adalah Al-Razi (lahir 866 M). Dalam karyanya berjudul, Secret
of Secret, Al-Razi mampu membuat klasifikasi zat alam yang sangat bermanfaat. Ia
membagi zat yang ada di alam menjadi tiga, yakni zat keduniawian, tumbuhan, dan zat
binatang. Soda serta oksida timah merupakan hasil kreasinya. Al-Razi pun tercatat
mampu membangun dan mengembangkan laboratorium kimia bernuansa modern. Ia
menggunakan lebih dari 20 peralatan laboratorium pada saat itu. Dia juga menjelaskan
eksperimen-eksperimen yang dilakukannya. "Al-Razi merupakan ilmuwan pelopor yang
menciptakan laboratorium modern," ungkap Anawati dan Hill. Bahkan, peralatan
laboratorium yang digunakannya pada zaman itu masih tetap dipakai hingga sekarang.
"Kontribusi yang diberikan Al-Razi dalam ilmu kimia sungguh luar biasa penting," cetus
Erick John Holmyard (1990) dalam bukunya, Alchemy. Berkat Al-Razi pula industri
farmakologi muncul di dunia. Sosok kimiawan Muslim lainnya yang tak kalah populer
adalah Al-Majriti (950 M-1007 M). Ilmuwan Muslim asal Madrid, Spanyol, ini berhasil
menulis buku kimia bertajuk, Rutbat Al-Hakim. Dalam kitab itu, dia memaparkan rumus
dan tata cara pemurnian logam mulia. Sejarah peradaban Islam pun merekam kontribusi
Al-Biruni (wafat 1051 M) dalam bidang kimia dan farmakologi. Dalam Kitab Al-Saydalah
(Kitab Obat-obatan), dia menjelaskan secara detail pengetahuan tentang obat-obatan.
Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya peran farmasi dan fungsinya. Begitulah, para
kimiawan Muslim di era kekhalifahan berperan melakukan revolusi dalam ilmu kimia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sesunggunya hubungan Al-Qur’an dengan sains memang tidak dapat dipisahkan lagi.
Bukan kerana Al-Qur’an itu ialah buku sains, tetapi Al-Qur’an ialah mukjizat Allah SWT
yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia.
2. Hubungan Al-Qur’an dengan kimia dapat dilihat dengan penemuan besi di dalam Al-
Qur’an yaitu pada surah Al-Hadid (Besi), maksud surah tersebut sudah jelas mengenai
besi. Surah Al-Hadid ialah surah yang ke 57 yang berada di pertengahan Al-Qur’an serta
masih banyak lagi kandungan Al-Qur’an yang berhubungan dengan ilmu kimia.

Anda mungkin juga menyukai