KONSTRUKSI SIPIL
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Anggota Kelompok
500
400
300
200
100
00 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Deformasi (cm)
Hasil Praktikum
BAJA POLOS DIAMETER 7,580 MM PANJANG AWAL 40,3 CM DEFORMASI 3,2 CM
300
250
Tegangan (MPa)
200
150
100
50
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Deformasi (cm)
Hasil Praktikum
500
400
Tegangan (MPa)
300
200
100
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Deformasi (cm)
Hasil Praktikum
• BAJA POLOS DIAMETER 11,937 MM PANJANG AWAL 39,4 CM
DEFORMASI 5,4 CM DENGAN STRAIN GAUGE
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Deformasi (cm)
Hasil praktikum
BAJA ULIR DIAMETER 9,664 MM PANJANG AWAL 39,5 CM DEFORMASI 3,3 CM
500
400
Tegangan (MPa)
300
200
100
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Deformasi (cm)
Hasil Praktikum
BAJA ULIR DIAMETER 12,6 MM PANJANG AWAL 40 CM DEFORMASI 3,8 CM
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Deformasi (cm)
Hasil Praktikum
BAJA ULIR DIAMETER 15,693 MM PANJANG AWAL 40,3 CM DEFORMASI 4 CM
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5 6
Deformasi (cm)
ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN
Grafik Tegangan vs Regangan
300
250
Tegangan (Mpa)
150
100
50
0
0 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Regangan
ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN
Modulus elastisitas baja yang diperoleh dari grafik diatas yaitu sebesar 197517 MPa
yang merupakan gradien dari kurva tegangan-regangan. Secara teoretis, nilai
modulus elastisitas baja sebesar 200000 MPa, sehingga terdapat perbedaan hasil
pengujian dengan teori yang sebenarnya. Perbedaan modulus elastisitas tersebut
dapat disebabkan oleh bahan homogenitas baja yang tidak sama, slip yang terjadi
pada saat penarikan baja ulir maupun polos, faktor dimensi dan campuran material
(secara kimiawi) yang berbeda dari setiap baja yang digunakan, tetapi secara teoretis
nilai modulus elastisitas setiap baja sama.
Dapat dilihat bahwa nilai modulus elastistas hanya dipenagruhi oleh besar tegangan
dan regangan saja. Diameter, panjang suatu baja tidak mempengaruhi modulus
elastisitas,hanya susunan komposisi dan homogenitas dari susunan bahanlah yang
mempengaruhi modulus elastistas suatu baja.
PROPERTI MEKANIK BENDA UJI
Ukuran Properti Mekanik
Jenis Baja Diameter Panjang Deformasi Tegangan Tegangan
Elongasi (%)
(mm) (cm) (cm) Leleh (MPa) Maksimum (MPa)
Baja polos 7,606 58,8 4 377,66433 593,4395281 6,802
Baja polos 7,580 40,3 3,2 206,2275205 317,4818408 7,94
Baja polos 10,043 40,3 4,5 358,762989 507,2166397 11,166
Baja polos 11,937 39,4 5,4 350,4499663 543,1974477 13,705
Baja ulir 9,610 59,9 3,8 413,8862974 572,5427114 6,3439
Baja ulir 9,664 39,5 3,3 381,545850 531,438862 8,35445
Baja ulir 12,6 40 3,8 432,2928363 616,9997754 9,5
Baja ulir 15,693 40,3 4 418,536752 591,024626 9,925558313
ANALISIS PROPERTI MEKANIK
BENDA UJI
Tegangan vs Regangan Baja Polos berbagai Diameter
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
Regangan
8 mm 10 mm 12 mm
ANALISIS PROPERTI MEKANIK
BENDA UJI
Tegangan vs Regangan Baja Ulir berbagai Diameter
800
Tegangan (MPa)
600
400
200
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
Regangan
10 mm 13 mm 16 mm
ANALISIS PROPERTI MEKANIK
BENDA UJI
Pada baja polos dengan diameter yang berbeda dapat kita lihat tidak
mempengaruhi nilai modulus elastisitas dari baja tersebut,kemudia juga pada
tegangan leleh,diameter tidak mempengaruhi besarnya nilai titik leleh terjadi
karena jenis baja yang sama dengan jumlah kandungan karbon yang sama. Hal
yang mempengaruhi adanya perbedaan diameter ialah terlihat dari daktilitas nya.
Pada baja dengan diameter yang lebih besar akan memiliki daktilitas yang besar,
hal ini dikarenakan baja tersebut memerlukan waktu lama saat proses necking
dimana saat proses necking,waktu yang diperlukan lebih lama dibandingkan
dengan diameter yang lebih kecil sehingga daktilitas pada baja dengan diameter
besar lebih besar daripada baja yang memiliki luas penampang yang kecil. Hal
ini juga terjadi pada baja ulir.
ANALISIS PROPERTI MEKANIK
BENDA UJI
Tegangan vs Regangan Baja Polos berbagai Panjang Awal
700
600
Tegangan (MPa)
500
400
300
200
100
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08
Regangan
40 cm 59 cm
ANALISIS PROPERTI MEKANIK
BENDA UJI
Tegangan vs Regangan Baja Ulir berbagai Panjang Awal
800
Tegangan (MPa)
600
400
200
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Regangan
40 cm 60 cm
ANALISIS PROPERTI MEKANIK
BENDA UJI
Pada baja, panjang tidak mempengaruhi tegangan leleh maupun tegangan
tarik,akan tetapi jika dilihat dari grafik terjadi pebedaan terutama pada
kemiringan grafik yang diberikan,hal ini dapat dijelaskan bahwa hal ini
mungkin terjadi karena antara satu baja dengan baja lainnya tidak memiliki
homognitas yang sama sehingga dapat dikatakan mengapa gradient grafik
elastisitas berbeda pada jenis baja yang sama.
ANALISIS PROPERTI MEKANIK
BENDA UJI
Tegangan vs Regangan berbagai Jenis Baja
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Regangan
Polos Ulir
ANALISIS PROPERTI MEKANIK
BENDA UJI
Perbandingan antara baja ulir dan baja polos dengan diameter dan panjang
yang sama.
Perbedaan yang terjadi terlihat bahwa pada baja ulir memiliki kekuatan
paling besar dibandingkan pada baja polos. Hal ini disebabkan karena pada
baja ulir kadungan karbon pada baja ulir lebih besar dibandingkan baja
polos. Kandungan karbon yang banyak akan memnyebabkan beberapa hal
yaitu kekuatan meningkat akan tetapi daktilitas akan menurun. Begitu juga
sebaliknya,terlihat bahwa pada baja polos memeliki kekuatan yang dimana
tidak sekuat pada baja ulir akan tetapi daktilitas pada baja polos lebih
besar dibandingkan pada baja ulir.
KESIMPULAN
Agregat halus
Berat volume agregat halus pada kondisi gembur= 1,3067242 kg/L
Berat volume agregat halus pada kondisi padat = 1,4692557 kg/L
Berat volume rata-rata agregat halus
ANALISIS SARINGAN AGREGAT
KASAR
PROSEDUR
Mengeringkan agregat sampel tes dengan berat yang telah ditentukan
pada temperatur (110±5)°C, kemudian mendinginkan pada temperatur
ruangan
Menimbang kembali berat sampel agregat yang digunakan
Mempersiapkan saringan yang akan digunakan
Meletakkan sampel agregat di atas saringan setelah saringan disusun
Menggoyangkan saringan dengan tangan atau mesin
Menghitung berat agregat pada masing-masing nomer saringan
Membandingkan total berat agregat setelah dilakukan saringan dengan
berat semula. Jika perbedaannya lebih dari 0,3% dari berat semula
sampel agregat yang digunakan, maka hasilnya tidak dapat digunakan.
HASIL PRAKTIKUM
Analisis Saringan Agregat Kasar
100%
080%
percobaan
060% maks
minimum
040%
020%
000%
0 5 10 15 20 25 30
Ukuran Lubang Saringan (mm)
ANALISIS DATA
Kurva gradasi benda uji agregat kasar berada di luar kurva maksimum dan minimum dari kurva batas gradasi
kerikil ukuran maksimum 30 mm. Berdasarkan hal tersebut, benda uji agregat kasar yang digunakan termasuk ke
dalam jenis kerikil ukuran maksimum 30 mm dan tidak memiliki gradasi yang baik. Analisis saringan dilakukan untuk
menentukan distribusi ukuran agregat kasar. Komposisi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk
mix design nanti. Standar lain yang harus ditentukan adalah modulus kehalusan, jenis agregat kasar, dan jenis agregat
halus.
KESIMPULAN
Mengeringkan agregat sampel tes dengan berat yang telah ditentukan pada temperatur (1105)C, kemudian mendinginkan
pada temperatur ruangan
Menimbang kembali berat sampel agregat yang digunakan
Mempersiapkan saringan yang akan digunakan
Meletakkan samel agregat di atas saringan setelah saringan disusun
Menggoyangkan saringan dengan tangan/mesin
Menghitung berat agregat pada masing-masing nomer saringan
Membandingkan total berat agregat setelah dilakukan saringan dengan berat semula. Jika perbedaannya lebih dari 0,3% dari
berat semula sampel agregat yang digunakan, maka hasilnya tidak dapat digunakan.
HASIL PRAKTIKUM
Berat Contoh : 500g
Persentase
Ukuran Saringan Berat Tertahan Persentase Tertahan Persentase Lolos SPEC ASTM
(mm) (gr) Tertahan Kumulatif Kumulatif C33-90
9,5 2 0,400% 0,400% 99,600% 100
4,75 30 6,000% 6,400% 93,600% 95-100
2,36 49 9,800% 16,200% 83,800% 80-100
1,18 78 15,600% 31,800% 68,200% 50-85
0,6 131 26,200% 58,000% 42,000% 25-60
0,3 88 17,600% 75,600% 24,400% 10-30
0,15 76 15,200% 90,800% 9,200% 2-10
0,075 35 7,000% 97,800% 2,200%
PAN 11 2,200% 100,000% 0,000%
Modulus kehalusan 373,800%/100% = 3,738
HASIL PRAKTIKUM
Kurva Gradasi Agregat Halus
120%
100%
Persentase Lolos Kumulatif
80%
Percobaan
60% Maksimum
Minimum
40%
20%
0%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persentase tertahan kumulatif = jumlah dari persentase tertahan
Persentase lolos kumulatif = 100% - persentase tertahan kumulatif
Modulus Kehalusan = Jumlah seluruh persentase tertahan kumulatif
ANALISIS DATA
Modulus kehalusan yang didapat adalah bernilai 3,738. Nilai tipikal modulus kehalusan adalah 1,5-3. Semakin
kecil nilai modulus kehalusan, maka pasir yang ditinjau semakin halus. Modulus kehalusan yang didapatkan bernilai
lebih besar dari nilai tipikal.Hal ini mengindikasikan bahwa agregat halus yang dipakai didalam percobaan memiliki
gradasi yang kasar.
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil percobaan, kurva gradasi agregat halus hasil percobaan berada di
antara kurva gradasi minimum dan maksimum pada saringan SPEC ASTM C33-90. Hal ini mengindikasikan bahwa
agregat halus hasil percobaan tersebut memenuhi persyaratan dan layak dipakai untuk pembuatan beton.
KESIMPULAN
Keterangan :
• W3 = berat contoh semula (gr)
• W5 = berat contoh kering (gr)
• Kadar air dalam agregat dalam persen (%)
• Mengeringkan agregat halus yang jenuh air sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh
tongkat pemadat (tamper). Jumah tumbukan adalah 25 kali. Kondisi SSD diperoleh, jika cetakan
gelembung udara. Piknometer direndam dengan suhu air (73,4±3)℉ selama 24 jam. Berat piknometer
hari)
• Menimbang berat piknometer yang berisi sesuai dengan kapasitas
• Dimana :
• A = Berat Piknometer
• B = Berat contoh kondisi SSD
• C = Berat piknometer + air + contoh SSD
• D = Berat piknometer + air
• E = Berat contoh kering
PERHITUNGAN
ANALISIS DATA
• Dari percobaan ini diperoleh apparent specific gravity dari sampel adalah
2,617, bulk specific gravity (kering) adalah 2,254 serta bulk specific gravity
(SSD) adalah 2,392. Nilai bulk specific gravity pada kondisi SSD lebih
besar dibandingkan dengan kondisi kering oven dikarenakan pada kondisi
SSD terdapat air yang mengisi pori-pori agregat dengan persentase absorpsi
air adalah 6,157%.
• Persentase digunakan untuk mengoreksi penambahan air yang dibutuhkan
untuk campuran beton.
ANALISIS SPECIFIC GRAVITY DAN
PENYERAPAN AGREGAT KASAR
PROSEDUR
• Benda uji direndam selama 24 jam
• Benda uji dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan
menggulungkan handuk pada butiran
• Timbang contoh. Hitung berat contoh kondisi SSD = A
• Contoh benda uji dimasukkan ke keranjang dan direndam kembali di
dalam air. Temperatur air dijaga (73,4 ± 3) 0F, dan kemudian ditimbang,
setelah itu keranjang digoyang-goyangkan di dalam air untuk melepaskan
udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh = B
• Contoh dikeringkan pada temperatur (212 – 130) 0F. setelah didinginkan
kemudian ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering = C.
HASIL PRAKTIKUM
Keterangan :
• = tinggi pasir
• = tinggi lumpur
• Kadar lumpur pada agregat dalam persen (%)
𝟏𝟔 𝒎𝒍
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒍𝒖𝒎𝒑𝒖𝒓 = ×𝟏𝟎𝟎 %=𝟏𝟏 . 𝟏𝟏 %
𝟏𝟔 𝒎𝒍+𝟏𝟐𝟖 𝒎𝒍
ANALISIS DATA
• Kadar lumpur yang terlalu banyak dapat mengakibatkan berubahnya adukan
atau campuran beton. Ketika beton masih muda, pengikatan antara semen
dengan agregat akan terganggu. Dengan banyaknya lumpur, maka hidrasi
semen tidak akan sempurna dan akan mengurangi kekuatan beton yang
dibuat.
• Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh kadar lumpur pada agregat halus
adalah 11,11%. Kadar lumpur dalam agregat halus yang masih bisa
ditoleransi adalah dibawah 5%, sehingga agregat halus tersebut tidak
disarankan untuk digunakan sebagai campuran beton. Hal ini dikarenakan
lumpur dapat menghalangi pengingkatan antar agregat dalam beton
sehingga kekuatan beton menurun.
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK PADA
AGREGAT HALUS
PROSEDUR
• Dimasukkan 115 ml pasirkedalambotoltembuspandang (kuranglebih 1/3
isibotol)
• Ditambahkan larutan NaOH 3% hingga isinya mencapai ¾ dari volume
botol
• Ditutup botol gelas tersebut dan mengocok hingga lumpur yang
menempel pada agregat terpisah
• Dibiarkan campuran selama 24 jam hingga lumpur mengendap secara
keseluruhan
• Dibandingkan warna cairan dengan standar warna No.3 pada organic
plate
HASIL PRAKTIKUM
ANALISIS DATA
• Hasil eksperimen menujukkan bahwa kadar organik pada agregat halus
yang diuji ialah rendah. Perubahan warna terjadi diakibatkan oleh reaksi
yang terjadi antar zat organik dengan larutan NaOH 3% yang menyebabkan
terjadinya perubahan warna. Dari hasil yang telah didapat menunjukkan
agregat halus dari benda uji yang telah dicoba menunjukkan standar yang
baik jika digunakan.
• <<Kadar Organik, >>Mutu Beton
• Zat organik pada agregat halus akan menghalangi interaksi langsung antara
agregat halus dengan ikatan antar air dan semen sehingga sangat
menurunkan kekuatan beton itu sendiri.
RANCANGAN CAMPURAN BETON
TAHAP PERANCANGAN
MIX DESIGN
PROSEDUR
• Menetapkan jenis struktur yang akan dibuat.
• Memilih nilai slump sesuai dengan jenis struktur.
• Menentukan rencana kuat tekan beton pada umur 28 hari.
• Menentukan kuat tekan rata-rata beton, dengan menambah kuat tekan
rencana oleh standar deviasi.
• Menetapkan ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan sesuai dengan
jenis konstruksinya.
• Menentukan massa air dan persentase udara terperangkap per satuan volume
beton berdasarkan nilai slump dan ukuran maksimum agregat.
PROSEDUR
• Menentukan rasio w/c berdasarkan kuat tekan beton rata-rata. Kemudian
dari nilai w/c ditentukan massa semen yang dibutuhkan.
• Menentukan volume agregat kasar per satuan volume beton berdasarkan
modulus kehalusan dan ukuran maksimum agregat kasar.
• Mengestimasi kebutuhan volume agregat halus per m3 beton
• Menghitung koreksi kadar air, kemudian jumlah air agregat halus dan
agregat kasar untuk campuran beton.
• Menyesuaikan volume per m3 beton masing-masing unsur campuran dengan
volume beton yang akan dibuat. Setelah didapat semua data yang dibutuhkan
untuk membuat 1 m3 beton, kita perlu mengkonversikan data tersebut untuk
dicor ke dalam bekisting yang digunakan dengan ukuran tertentu.
PERHITUNGAN MIX DESIGN
1. Berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati, telah ditetapkan
nilai sebuah slump yang ingin dicapai dalam pembuatan beton ini.
Nilai slump yang disepakati sebesar 50 mm.
2. Penentuan ukuran maksimum agregat kasar yaitu sebesar 30 mm.
3. Estimasi kebutuhan air pencampur dan kandungan udara
Air (kg/m3)
Jenis
Slump (mm)
Beton 10 mm 12,5 mm 20 mm 25 mm 40 mm 50 mm 75 mm
25-50 205 200 185 180 160 155 140
Tanpa
75-100 225 215 200 190 175 170 155
Penambah
150-175 240 230 210 200 185 175 170
an
Udara yang
Udara 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3
tersekap (%)
PERHITUNGAN MIX DESIGN
Karena yang digunakan dalam percobaan kali ini menggunakan agregat kasar
sebesar 30 mm, maka kita bisa memperoleh nilai jumlah air untuk ditambahkan
dan kandungan udara yang tersekap dengan melakukan interpolasi.
• Interpolasi Rancangan air pada beton dapat dilakukan dengan perhitungan
sebagai berikut :
X = 1,34 %
PERHITUNGAN MIX DESIGN
4. Menghitung nilai kuat tekan beton Kuat tekan
Rasio Air Semen
yang direncanakan dan nilai beton umur
perbandingan air semen.
Dengan menggunakan beton K225 28 Hari (MPa) Tanpa (+) udara
sehingga :
fc' = 48 0,33
40 0,41
35 0,48
28 0,57
20 0,68
14 0,82
PERHITUNGAN MIX DESIGN
5. Rasio air-semen dapat dicari dengan menggunakan interpolasi
berdasarkan data diatas.
Dengan adanya nilai w/c ratio, kita dapat menentukan berat semen
yang kita butuhkan. Maka, berat semen yang dibutuhkan:
PERHITUNGAN MIX DESIGN
6. Perhitungan volume agregat kasar, Nilai volume agregat kasar untuk
• Dengan interpolasi antara ukuran 25mm dan 40mm, didapat faktor koreksi
sebesar 1,07.
• Volume agregat kasar =
• Berat agregat kasar = =
PERHITUNGAN MIX DESIGN
7.Estimasi kandungan agregat halus
Volume agregat halus dapat dicari dengan mengurangkan 1 dengan volume subtotal
(jumlah antara volume agregat kasar, volume semen, volume air, dan volume udara
terperangkap)
• Volume air ()
• Volume semen ()
• Kandungan air
• Kandungan semen
TABEL MIX DESIGN
No Keterangan Nilai 11 Faktor koreksi
1,07
1. Kuat tekan 18,3015MPa
2. Standar deviasi 12 Berat agregat kasar 1024,306
4 Mpa
kg/m³
3. Nilai tambah 6,56 Mpa
13 Volume air 0,1733
4. Kuat tekan yang akan m³/m³
24,8615Mpa
dicapai 14 Volume semen
5. Slump 0,09 m³/m³
50 mm
6. Ukuran agregar 15 Volume agregat kasar
30 mm 0,39 m³/m³
maksimum
7. Kandungan air bebas 173,333 16 Volume udara
1,333%
kg/m³
8. Faktor air semen bebas 0,6131 17 Volume agregat halus
0,334 m³/m³
9. Kandungan semen 282,71,57
18 Berat agregat halus 797,8 kg/m³
kg/m³
10. Volume agregat kasar 19 Berat jenis beton 1818,9607
0,39 m³/m³ kg/m
TAHAP PERAWATAN
CURING
PROSEDUR
Meletakkan benda uji di dalam bak yang berisi air kapur yang
tertutup (lembab) pada saat 24 jam setelah beton dicetak
ANALISIS
Tujuan melakukan curing adalah untuk membantu berlangsungnya reaksi
kimia yang terjadi antara senyawa pembentuk beton dan meningkatkan
reaksi hidrasi pada beton sehingga kekuatan beton akan meningkat.
Reaksi Hidrasi :
Dengan C3S, C2S, H, CH, dan C3S2H8 adalah singkatan dari komposisi
oksida pada semen (C = 3CaO, S = SiO2, dan H = H2O). Hasil reaksi dari
kedua reaksi hidrasi di atas adalah C3S2H8, yang biasa disebut dengan C-
S-H. C-S-H adalah senyawa yang harus dihasilkan sebanyak mungkin
agar kekuatan beton meningkat.
ANALISIS
Kedua reaksi di atas memerlukan senyawa H (H2O) agar reaksi hidrasi
dapat berjalan. Jenis dari kedua reaksi di atas adalah reaksi eksoterm,
yaitu reaksi yang mengeluarkan panas. Jika reaksi ini tidak dijaga, maka
air pada rancangan campuran beton sebelumnya yang seharusnya
diperlukan untuk reaksi hidrasi, akan menguap karena permukaan beton
yang menjadi panas saat reaksi hidrasi berlangsung. Kekurangan air yang
terjadi menyebabkan beton menjadi retak karena saat beton kekurangan
air, beton akan menyusut lalu terjadi tegangan tarik pada beton yang
sedang mengering,
Curing menggunakan air kapur karena reaksi hidrasi membutuhkan CaO,
dimana air kapur memiliki kandungan ion Ca2+, sehingga dapat
meningkatkan kekuatan beton.
CAPPING
Tujuan
Mempersiapkan spesimen beton silinder untuk pelaksanaan pengujian kuat tekan beton. Pemberian capping bertujuan
untuk memastikan distribusi beban aksial yang merata ke seluruh bidang tekan silinder.
Prosedur
Mempersiapkan serbuk belerang atau senyawa capping, pemanas dengan suhu sampai 130oC (265oF) dan
termometer logam untuk memeriksa suhu
Melelehkan serbuk belerang atau senyawa capping
Setelah menjadi cair, mengaduk belerang cair sebelum dituangkan ke dalam cetakan capping
Menuangkan belerang cair ke dalam cetakan kemudian meletakkan beton silinder dengan kedua tangan di atasnya.
Pastikan ujung silinder beton sebelum diletakkan dalam cetakan dalam kondisi kering. Lakukan secara cepat sebelum
sulfur cair membeku. Ketebalan capping harus sekitar 3 mm dan tidak melebihi 8 mm
Sebelum dilakukan uji tekan beton, capping harus didiamkan dahulu agar memiliki kekuatan yang sebanding dengan
beton
HASIL UJI TEKAN BETON
Prosedur
Mengambil benda uji dari tempat perawatan
Meletakkan benda uji pada mesin tekan UTM secara sentris
Menjalankan mesin uji tekan UTM. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan berkisar antara 4
kg/cm2 sampai dengan 6 kg/cm2 perdetik
Melakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan mencatat benda uji beban maksimum hancur yang terjadi
selama pemeriksaan benda uji
Mengulangi langkah a sampai dengan d sesuai dengan jumlah benda uji yang akan ditentukan kekeuatan tekan
karakteristiknya
Hasil Praktikum
Uji Kuat Tekan Beton 7 Hari
Beban Maksimum = 19100kg
Uji Kuat Tekan Beton 14 Hari
beban maksimum 1 (P1) = 32500 kg
beban maksimum 2 (P2) = 28800 kg
Uji Kuat Tekan Beton 28 Hari
beban maksimum 1 (P1) = 29000 kg
beban maksimum 2 (P2) = 26300 kg
Perhitungan
Rumus Kuat tekan beton :
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = 𝑃/𝐴 (Mpa)
Keterangan:
P= beban maksimum (N)
A= luas penampang benda uji (mm2)
Dengan:
d = 150 mm
r = 75 mm
𝐴 = 𝜋𝑟2 = 𝜋(75)2 = 17678,571 𝑚𝑚2
Perhitungan
Kuat Tekan Beton Silinder 7 Hari • Kuat Tekan Beton Silinder 28 Hari
P =19100 kg x 9,8 m/s2 P rata-rata = (P1 + P2) / 2
= 187180 N
= 27650 x 9,8
F =P/A
= 187180 / 17678,571 = 270970 N F =P/A
= 10,588Mpa = 270970 / 17678,571
Kuat Tekan Beton Silinder 14 Hari = 15,328 MPa
P rata-rata = (P1 + P2) / 2
= 30650 x 9,8 = 300370 N
F =P/A
= 300370 / 17678,571
= 16,99 MPa
Analisis
Perhitungan yang telah dilakukan untuk menentukan hasil mix design, target yang ingin dicapai adalah pada
hari ke-28 adalah 24 Mpa akan tetapi yang diharapkan sebesar 18 MPa. Dari hasil pengujian membutikan uji
tekan beton pada hari ke-7 didapatkan ialah 10 MPa. Target yang diharapkan 70% dari kuat tekan beton
pada hari ke-28 yaitu sebesar 16 MPa. Kemudian dilakukan pengujian tekan beton pada umur 14 hari
didapatkan kekuatan beton bernilai 17 MPa. Kekuatan beton yang diharapkan adalah 19 MPa. Kemudian
dilakukan pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari, didapatkan kuat tekan beton sebesar 15 MPa.
Kuat tekan beton yang diharapkan pada umur 28 hari seteah dilakukan capping adalah 24 MPa.
Analisis
Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa beton tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Dapat
dikatakan bahwa beton yang teah dihasilkan memiliki kualitas yang jelek. Hal ini disebabkan karena pada
saat proses pembuatan pada tahap pemadaann, proses yang dilakukan terlalu keras sehingga terjadi
segregasi dan bleeding pada campuran beton sehingga reaksi antara air, pasir, semen dan kerikil tidak
berjalan sempurna. Ikatan antar mortar dan kerikil tidak berjaan sempurna sehingga terjadi kuat tekan beton
yang tidak diharapkan. Penentuan komposisi tidak dapat disalahkan karena nilai slump menunjukkan nilia
yang dharapkan yaitu 50 mm. Kemudian juga dapat diakibatkan pada proses pengapingan yang tidak
sempurna. Di kondisi lapangan yang terjadi terlihat hasil capping rusak sehingga saat proses pembeban
distribusi tidak merata.
KAYU
KADAR AIR
PROSEDUR
Menimbang benda uji dengan timbangan yang sesuai dengan
tingkat ketelitian yang diinginkan.
Menempatkan benda uji dalam oven
Akhir proses pengeringan telah dicapai bila kehilangan berat dalam
pengukuran setiap 3 jam sekali adalah sama atau bila kehilangan
berat kurang dari dua kali kepekaan timbangan yang dipilih.
HASIL PRAKTIKUM
Kayu Basah
Berat awal : 326gr
Berat setelah dioven : 260gr
Kayu Kering
Berat awal : 294gr
Berat setelah dioven :260gr
PERHITUNGAN
Rumus :
Keterangan:
A = berat awal (gr)
B = berat kering oven (gr)
PERHITUNGAN
Kayu Basah
Kayu Kering
ANALISIS DATA
Kadar air kayu basah : 25,38%
Kadar air pada kayu kering : 13,08%.
Kadar air kayu basah > Kadar air kayu kering
Penyebab : lebih banyaknya pori-pori pada kayu basah yang terisi oleh air jika dibandingkan dengan kayu
kering. Kedua kayu memiliki berat yang sama setelah dikeringkan dengan oven, yaitu 260gr. Penyebabnya
adalah karena kedua kayu memiliki dimensi yang sama dan jenis yang sama, sehingga dalam keadaan kering
oven seluruh kadar air didalam kayu menghilang dan massa kayu hanya dipengaruhi massa jenis dan volume.
KESIMPULAN
Kadar air pada kayu basah : 25,38%
Kadar air pada kayu kering : 13,08%
Kayu basah memiliki kadar air lebih besar dari pada kayu kering.
KUAT TEKAN
PROSEDUR
Mempersiapkan benda uji dengan ketentuan ukuran sesuai gambar
PROSEDUR
Memberi kode pengujian, mengukur benda uji dan mencatatnya pada lembar/formulir pengujian
Meletakkan benda uji secara sentris terhadap alat pembebanan
Memberi beban secara bertahap hingga mencapai beban maksimum P (kecepatan pembebanan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan di atas)
Menandai bentuk keretakan yang terjadi, mencatat data dan menghitung nilai kuat tekannya berdasarkan
besar beban maksimum dan luas penampang
HASIL PRAKTIKUM
kayu kayu
kering basah
beban max
2620 1330
(kg)
PERHITUNGAN
RUMUS PERHITUNGAN
Fs =
Dengan :
Fs = kuat geser kayu
F = gaya max yang dapat diterima kayu
b = tebal permukaan
h = tinggi permukaan
PERHITUNGAN
KAYU KERING KAYU BASAH
b = 18,5 mm = 0,0185 m b = 5 cm = 0,05 m
h = 50 mm = 0,05 m h = 2 cm = 0,02 m
beban max (W) = 2620 kg beban max (W) = 1330 kg
g = 9,8 m/s2 g = 9,8 m/s2
F = W x g = 25676 N F = W x g = 13034 N
Fs = Fs = = = 13034000 Pa = 13,034
MPa
=
= 27757837,84 Pa
= 27,758 MPa
ANALISIS DATA
Menurut hasil pengamatan, kuat geser kayu basah lebih rendah daripada kuat geser kayu kering. Hal itu
disebabkan oleh kayu basah akan menerima dua tekanan, yaitu dari alat uji dan dari air yang ada di dalam
kayu tersebut. Berbeda dengan kayu kering, kayu kering hanya mendapat satu tekanan saja yaitu dari alat uji,
sehingga kuat geser kayu kering akan lebih besar dari kuat geser kayu basah.
Thank You