Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BAHASA INDONESIA

KELOMPOK MARAH RUSLI :


- A D I T YA R A H M A N : NOTULEN
- H I D I R J AT N I K O : P E N YA J I 1
-ROPINA HARDIAN NUR : P E N YA J I 2
- YA H A Z I E L F R E D R I C K S : M O D E R ATO R
A. PENGERTIAN PUISI
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa
Yunani berasal dari poesis yang artinya berati
penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata
puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan
-poem. Mengenai kata poet, coulter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari
Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam
bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang
menciptakan melalui imajinasinya, orang yang
hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat
suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang
berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus
merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang
dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Puisi menurut para ahli :
1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu
adalah kata-kata yang terindah dalam susunan
terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya
dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya
seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur
lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan
pemikiran yang bersifat musikal. Penyair
menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang
merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata
disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah
rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu
dengan mempergunakan orkestra bunyi.
3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah
pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan
yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden
mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan
pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu
merupakan pemikiran manusia secara konkret dan
artistik dalam bahasa emosional serta berirama.
Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan
disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris,
pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan
bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti
musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut
secara teratur).
B. Ragam Puisi Berdasarkan Zaman
Ditinjau dari segi periodisasi kelahiran puisi kita mengenal
adanya istilah puisi lama dan puisi baru atau sering pula
dibedakan atas puisi tradisional dan puisi modern.
1) Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang lahir sebelum masa penjajahan
Belanda, sehingga belum tampak adanya pengaruh dari
kebudayaan barat. Sifat masyarakat lama yang statis dan
objektif, melahirkan bentuk puisi yang statis pula, yaitu
sangat terikat pada aturan tertentu.. Aturan- aturan itu
antara lain :
(a) Jumlah kata dalam 1 baris,
(b) Jumlah baris dalam 1 bait,
(c) Persajakan (rima),
(d) Banyak suku kata tiap baris, dan (e) Irama.
b) Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi
lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima. Jenis-jenis Puisi baru menurut isinya,
dibedakan atas:
• Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
• Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air,
atau pahlawan.
• Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang
berjasa.
• Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran
hidup.
• Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan
cinta kasih.
C. Teknik Pembacaan Puisi
Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan
sampai sasaran/tujuan makna dari puisi yang kita baca
sesuai maksud Sang Penyair? Ada beberapa tahapan
yang harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi,
antara lain :
1. Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
Dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi
dalam menafsirkan dan membedah isi puisi.
Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus
dilakukan oleh pembaca puisi, untuk mengungkap
makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata
yang tersurat.
2. Vocal
Suara yang dikeluarkan oleh alat ucap harus sesuai
3. Artikulasi
Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di
setiap hurufnya.
4. Diksi
Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang
bervariasi dan rasa.
5. Tempo
Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus
pandai mengatur dan menyesuaikan dengan
kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana
kita harus menyambung atau mencuri nafas.
6. Dinamika
Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai
pada penonton, terutama pada saat lomba membaca
puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima
dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya
volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting
menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
7. Modulasi
Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
8. Intonasi
Tekanan dan laju kalimat pada kata di tiap baris
puisi, sehingga menimbulkan suatu pengungkapan isi
kalimat yang tepat.
9. Pernafasan.
Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan
adalah pernafasan perut.
10. Penampilan
Kerapian pakaian, keserasian warna, atribut akan
menambah angka bagi si pembaca puisi. Tentu saja
penilaiannya bukan terletak pada segi mewah atau
tidaknya pakaian yang ia kenakan, akan tetapi pada
kepantasan dan keerasiannya dengan tema puisi
yang akan dia bacakan.
11. Jeda
Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
12. Gerak
Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat
mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh
atau tangan jangan sampai klise.
13. Komunikasi
Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan
sentuhan, bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa
penonton.
14. Ekspresi
Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala
aspek di atas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
15. Konsentrasi
Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita
baca.

Anda mungkin juga menyukai