Anda di halaman 1dari 26

ECT, EPS, SNM

Disusun Oleh:
Made Ayu Kusuma Dewi 22010120220236
Della Dafina 22010120220157
Koas PJJ Periode 22 Maret-4 April 2021

Dosen Pembimbing:
dr. Hang Gunawan Asikin, Sp. KJ

Residen Pembimbing:
dr. Lyla
01
ECT
(ELECTROCONVULSIVE THERAPY)
DEFINISI
•Terapi kejang listrik dengan menghantarkan arus listrik pada 2 elektroda
yang ditempatkan di bagian kepala sehingga menyebabkan konvulsi.

•ECT dilakukan dengan cara memberikan aliran listrik pada otak melalui 2
elektrode yang ditempatkan pada bagian temporal kepala

•Aliran listrik tersebut akan menimbulkan kejang-kejang seperti kejang


yang terjadi pada epilepsi granmal
MEKANISME
Neurofisiologi
● Saat kejang: ↑Aliran darah serebral, pemakaian glukosa dan permebilitas
Blood Brain Barier
● Setelah kejang: ↓Aliran darah serebreal, pemakaian glukosa dan permeabiltas
Blood Brain Barier
Neurokimia
● ↓Regulasi beta adrenergik pasca sinaps
● ↑Regulasi dalam reseptor 5 HT pasca sinaps
● Perubahan regulasi presinaps dalam pelepasan serotonin
● ↓Sintesa dan pelepasan GABA
● ↑Aktivitas opioid endogen
● Membuat seimbang antara Noradrenalin- serotonin dan Transmisi kolinergik.
INDIKASI

•Depresi Berat dengan gangguan psikotik atau ide bunuh diri


•Skizofrenia Katatonik
•Episode manik
•SNM
•Skizofrenia dan depresi yang tidak respon obat
KONTRA INDIKASI

•Absolute -> tumor serebri, TIK meningkat, infark miokard dan TBC
caverne

•Relatif -> infeksi /radang, TBC tanpa caverne, wanita hamil,


tirotoksikosis, eksoftalmus, hipertensi, epilepsi, osteomielitis,
osteoporosis dan glomeluronefritis.
JENIS-JENIS ECT

ECT bilateral – temporal


● Letak elektroda bitemporal (4 cm diatas garis tegak lurus antara sudut lateral mata dan meatus
auditoris eksternal) disebut juga ECT Frontotemporal.
● Memberikan efektifitas lebih dibandingkan ECT unilateral
● Efek samping gangguan kognitif lebih besar
● Bila efek stimulasi bilateral inisial berhasil baik, selanjutnya dianjurkan menggunakan stimulasi
unilateral
JENIS-JENIS ECT
ECT unilateral
● Posisi elia -> Salah satu elektroda dalam posisi yang sama seperti ECT bilateral dan elektroda

kedua ditempatkan pada garis tersebut dengan sudut 70 0 melalui titik tengah atau posisi
elektroda temporoparietal.
● Digunakan hanya pada masalah-masalah non emergensi.
● Bila setelah 6 kali terapi ECT unilateral diganti menjadi bilateral.
JENIS-JENIS ECT

ECT bifrontal
● Posisi elektroda bifrontal
● Memberikan efektifitas tinggi dan efek samping lebih kecil terhadap gangguan kognitif atau
memori.
PROSEDUR KERJA ECT

1.Informed Consent dan memberikan penjelasan kegunaan ECT dan efek samping
2.Persiapan pasien
•PF
•Puasa min 6 jam sebelum ECT
•Kandung kemih dan rectum sebaiknya dikosongkan
•Melonggarkan pakaian pasien
•Perhiasan, jepit rambut atau gigi palsu dilepas
3.Persiapan alat
•Mesin ECT lengkap
•Kasa basa untuk pelapis elektroda
•Tabung dan masker oksigen
•Penghisap lendir
•Adrenaline
•Karet pengganjal gigi agar lidah tidak tergigit
TEKNIK ECT

•Premedikasi -> sulfat atropine 0.5 mg secara (IM 30-60 menit, IV 5-10
menit) sebelum ECT
•Anestesi umum -> methohexital 0,75 – 1,0 mg/kgBB bolus IV atau drip
•Muscle relaxant -> Dosis succinyl choline 0.5-1 mg/kgBB iv. Bisa
terjadi apneu sehingga pasien diberika terapi oksigen 5 L/ menit
sampai pasien bernapas spontan
•Setelah tercapai relaksasi maksimal, pakai bite block pada mulut
pasien untuk melindungi gigi dan lidah selama terjadi kejang.
FASE-FASE ECT

•Arus listrik searah 70-150 mA dan maks 600 Ma


•Fase laten selama 2-5 detik dalam bentuk tremor cepat
•Fase tonik selama 10 detik terjadi kejang tonik seluruh otot rangka.
•Fase klonik 30 detik terlihat kejang-kejang berdenyut-denyut secara masal dan
makin lama makin berkurang.
•Fase penurunan kejang sampai tidak kejang dan belum sadar dan belum bernapas
•Fase bernapas spontan
•Fase mulai sadar kembali disertai disorientasi terjadi 5 menit sesudah kejang
•Fase tidur berlangsung 0.5 – 1 jam dan setelah itu terbangun dengan orientasi
baik
FREKUENSI TERAPI

•Tindakan ECT biasanya 2-3 kali seminggu


•Depresi : 6-12 kali tindakan
•Episode manik : 8-12 kali tindakan
•Skizofrenia : 15 kali tindakan kecuali pada katatonia 1-4 kali tindakan.
ECT LANJUTAN

•ECT dilakukan 2 kali seminggu sampai 6-15 kali ECT


•Kemudian setiap 3-4 minggu dilakukan ECT sampai 30 bulan (2,5 tahun)
•Dilanjutkan setiap 6 bulan sampai 60 bulan (5 tahun)
•ECT dapat dihentikan bila dalam 1-2 tahun tidak ada gejala.
•Selalu -> perdarahan lembut otak, amnesia, sianosis, apneu dan sincope
•Tidak selalu -> bibir dan lidah tergigit, gigi goyang, luksasi mandibular,
dislokasi caput humeri, fraktur vertebra, pneumonia aspirasi, apneu
memanjang dan amnesia lama.
KOMPLIKASI ECT
● Sumbatan jalan napas (jatuhnya lidah, liur atau ada bekuan darah) -> Ditangani
dengan triple airways maneuver. Setelah jalan napas sudah dibersihkan diberikan
terapi oksigen
● Kejang berkepanjangan yang dapat mempengaruhi oksigenasi jaringan -> Dapat
ditangani dengan memberikan Thiopenton.
● Sistem kardiovaskular seperti takikardi dan hipertensi dapat ditangani dengan
memberikan obat anti hipertensi seperti b – blocker ataupun nitrogliserin pada
hipertensi berat
● Kognitif berupa gangguan memori jangka pendek dan segera yang akan kembali
normal dalam 6 – 8 bulan
02

EXTRA PYRAMIDAL SYNDROME


DEFINISI EXTRA PYRAMIDAL SYNDROME
Disebut juga dengan drug-induced movement disorders yang
disebabkan karena efek samping dari pengobatan antipsikotik
Meliputi :
• Dystonia (spasme kontinyu dan kontraksi otot)
• Bradykinesia (pseudo-parkinsonism)
• Akathisia (motor restlessness)
• Tardive Dyskinesia (irregular, jerky movement) biasanya pada
bagian wajah bawah dan ekstremitas distal
MEKANISME EPS
Adanya defisiensi relatif dari dopamine di jalur nigrostriatal
• Pada Parkinson disease : hilangnya dopaminergic neuron di pars
compacta substansia nigra
• Pada penggunaan antipsikotik : adanya blockade pada reseptor D2
di jalur nigrostriatal
PERJALANAN EPS
TATALAKSANAN
03
SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA
DEFINISI SINDROM MEUROLEPTIK
MALIGNA
• SNM adalah kegawatan psikiatri yang berpotensi mengancam
nyawa akibat penggunaan obat neuroleptic, antagonis dopamine
atau penghentian mendadak agonis dopamine.

• SNM terjadi akibat penurunan aktivitas dopamine di SSP karena


blockade reseptor dopamine atau penurunan kadar dopamine.
TANDA & GEJALA SNM
• Demam
• Kekakuan otot yang parah
• Diaforesis
• Disfagia
• Tremor
• Inkontinensia
• Penurunan kesadaran
• Takikardi
• Peningkatan atau penurunan tekanan
darah
• Keringat berlebihan
EVALUASI
• Pertimbangkan SNM pada pasien dengan terapi antipsikotik yang
mengalami demam dan kekakuan otot
• Hentikan pemberian antipsikotik segera
• Monitor tanda-tanda vital, lakukan proteksi jalan nafas, perhatikan
perfusi sistemik, penanganan hipertermia, dan manajemen
keseimbangan cairan dan elektrolit.
• Lakukan pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, kimia darah)
• Hidrasi cepat intravena dapat mencegah terjadinya renjatan
TATALAKSANA
• Farmakoterapi spesifik untuk merestorasi keseimbangan
dopaminergic sentral melalui pemberian benzodiazepine, agonis
dopamine (amantadine dan bromocriptine), serta dantrolene.

• Amantadine 200-400 mg/hari dalam dosis terbagi


• Bromocriptine 2,5 mg, 2-3x/hari
• Levodopa 50-100 mg/hari iv
TERIMAKASIH
Mohon Bimbingan dan Arahannya

Anda mungkin juga menyukai