Anda di halaman 1dari 16

HIPERBILIRUBINEMIA

Pengertia
• Hiperbilirubinemia merupa • Hiperbilirubinemia dide
kan suatu keadaan meningk finisikan sebagai kadar
atnya kadar bilirubin dalam bilirubin darah lebih dar
jaringan ekstravaskuler sehi
ngga konjungtiva, kulit, dan i 3 mg/dL.
mukosa akan berwarna kuni
ng. Keadaan tersebut yang
berpotensi menyebabkan k
ern ikterus yang merupakan
kerusakaan otak akibat perl
engketan bilirubin indirek di
otak (Hidayat, 2005).
Patofisiologi
• Patofisiologi hiperbilirubinemia b
erkaitan erat dengan proses met • Biliverdin IX alfa kemudi
abolisme bilirubin. an direduksi oleh biliver
• Metabolisme Bilirubin din reduktase menjadi
• Eritrosit memiliki masa hidup kur bilirubin tidak terkonjug
ang lebih 120 hari. Setelah 120 h
ari, eritrosit difagositosis oleh ma
asi. Bilirubin tidak terko
krofag pada sistem retikuloendot njugasi masuk ke plasm
elial (RES). Hemoglobin (Hb) dari a, kemudian berikatan s
eritrosit dipecah menjadi heme d
an globin, sementara heme men ecara reversibel dengan
galami degradasi oleh heme oxyg albumin. Bilirubin tidak
enase menjadi biliverdin IX alfa, k terkonjugasi kemudian
arbon monoksida, dan Fe.
dibawa ke hepar.
Hiperbilirubinemia Ekstrahe
patik dan Intrahepatik
• Hiperbilirubinemia intra • Hiperbilirubinemia ekst
hepatik dapat terjadi ka rahepatik disebabkan ol
rena berbagai kondisi, s eh obstruksi bilier. Bebe
alah satunya adalah ker rapa kondisi yang dapat
usakan pada hepatosit. menyebabkan obstruksi
Kerusakan hepatosit da antara lain adalah koled
pat disebabkan oleh inf okolitiasis dan keganasa
eksi virus hepatitisA, he n pada pankreas, duktu
patitis B, atau hepatitis  s koledokus, atau ampul
C. Virus lain juga dapat la vater.
menyebabkan kerusaka
n hepatosit, seperti viru
s Epstein-Barr.
Dampak Hiperbilirubin
• Bilirubin dalam kadar normal dan peningkatan ringa
n memiliki efek sitoprotektif. Namun, kadar bilirubi
n jaringan dan plasma yang meningkat memiliki sifa
t sitotoksik. Pada hiperbilirubinemia tidak terkonjug
asi, seperti pada neonatus dan sindrom Crigler-Najj
ar tipe 1, deposit bilirubin tidak terkonjugasi pada si
stem saraf pusat akan menyebabkan bilirubin induc
ed neurologic damage (BIND). Hiperbilirubinemia ju
ga dapat menyebabkan pembentukan kolelitiasis bil
a terjadi supersaturasi empedu dengan garam kalsi
um atau kolesterol.
Hiperbilirubinemia pada Neo
natus
• Ikterus pada neonatus adalah kondisi yang umum di
temukan pada neonatus sehat dengan usia gestasi
≥35 minggu.
Etiologi
• Etiologi hiperbilirubinemia terkonjugasi:
• Sindroma Dubin-Johnson
• Sindroma Rotor
• Infeksi virus: hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, Epstein Barr
• Hepatitis noninfeksi: alkoholik, nonalkoholik steatohepatitis, autoimun
• Kolestatik: primary biliary cholangitis, primary sclerosing cholangitis
• Penyakit infiltratif: amyloidosis, limfoma, tuberkulosis, sarkoidosis
• Sepsis
• Toksin dan obat-obatan
• Krisis hepatik pada anemia sel sabit
• Kehamilan
• Koledokolitiasis
• Tumor pada duktus biliaris, striktur
• Atresia bilier
• Pankreatitis akut dan kronik
• Infeksi parasit
Lanjutan.....

• Etiologi hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi:


• Anemia hemolitik
• Sindroma Gilbert dan Crigler-Najjar tipe 1 dan 2
• Hipertiroid
• Neonatal jaundice[2]
• Faktor risiko hiperbilirubinemia berbeda-beda pada
setiap kelompok usia.
Komplikasi
• Hiperbilirubinemia dapat menyebabkan komplikasi
bilirubin induced neurologic damage (BIND), teruta
ma pada neonatus dan sindrom Crigler-Najjar tipe 1
. Hiperbilirubinemia juga dapat menyebabkan terbe
ntuknya batu empedu bila terjadi supersaturasi den
gan garam kalsium atau kolesterol
Menifestasi klinik
•  Kulit berwarna kuning sampe jingga
• Pasien tampak lemah
• Nafsu makan berkurang
•  Reflek hisap kurang
• Urine pekat
• Perut buncit
• Pembesaran lien dan hati
• Gangguan neurologic
Lanjutan.....
• Feses seperti dempul
• Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
• Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membra
n mukosa.
•  Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan p
enyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ib
u dengan diabetk atau infeksi.
•  Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan me
ncapai puncak pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke
5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
Penatalaksanaan medis
• Fototerapi
• Tramnsfusi pengganti
• Terapi obat
• Pemeriksaan laboratorium
Pencegahan
•   Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan:
• 1.Nasehati Ibu :

• Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan i


bu mendapatkan 
• informasi yang cukup mengenai hal inin karena berhubungan d
engan kehamilan berikutnya.
•      Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu u
ntuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya h
emolisis pada bayi(contoh : obat anti malaria, obat-obatan 
• golongan sulfa, aspirin,dll)     
• pengawasan antenatal yang baik
•   menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus
pada bayi dan masa kehamilan dan 
•  kelahiran, contoh : Sulfaforazol, Novobiosin, oksitos
in.
• Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan
neonatus.
•   Penggunaan fenobarbital pada ibu 1 – 2 hari sebel
um partus.
•  Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir.
• Pemberian makanan yang dini.
• Pencegahan infeksi.
Thank youuuu
🙏🙏🙏

Anda mungkin juga menyukai