BANJIR
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran,
peserta diharapkan mampu memahami penanggulangan
bencana akibat daya rusak air
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat :
1.Menjelaskan berbagai jenis bencana
2.Menjelaskan UU 24 / tahun 2007 ttg Penanggulangan
Bencana
3.Menjelaskan siklus penanggulangan bencana
4.Menjelaskan tentang Permen PU no 13/PRT/M/2015
tentang Penanggulangan Darurat Akibat Daya Rusak Air.
5.Permen PUPR 1176/KPTS/M/2019 tentang Satuan
Tugas Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
BENCANA :
Adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga meng
akibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
(UU No 24 Th 2007 Bab I pasal 1 ayat 1)
BENCANA ALAM
Adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor”
Bencana Non Alam
Adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam
antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
Bencana Sosial
Adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat,terror dan pandemi .
FOTO WILAYAH KOTA YANG TERDAMPAK BANJIR SUNGAI BARABAI
Banjir di Kecamatan Barabai
INTRUSI
sumber:
riaumandiri.co
PEREMBESA sumber:
N pdamtirtabenteng.go.id
5
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa masalah
kebencanaan harus ditangani secara serius sejak terjadinya
gempa bumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh
pada 2004.
Bencana adalah urusan semua pihak.
Secara bertahap, Indonesia membangun sistem nasional
penanggulangan bencana mencakup beberapa aspek yaitu :
1. Legislasi
Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
Produk hukum di bawahnya : Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Kepala Badan, serta
Peraturan Daerah. (lebih detail lihat Produk Hukum).
2 Kelembagaan
4
HAL YANG HARUS SEGERA
DILAKSANAKAN PADA SAAT
TERJADI
BENCANA
AKIBAT DAYA
RUSAK AIR
A . ME MB E NT U K D A N ME NU G A S K A N
T IM T E K NIS K A J I C E P A T
B . ME NY U S U N R E NC A NA A K S I
C . ME NG E VA L U A S I K E T E R S E D IA A N
S U MB E R D A Y A
D . ME L A K S A NA K A N K E G IA T A N P E
NA NG G U L A NG A N B E NC A NA A L A M
E . ME MB U A T L A P O R A N P E R T A NG G U
NG J A WA B A N K E G IA T A N P E NA NG G
U L A NG A N B E NC A NA
7
Dalam hal terjadi suatu bencana akibat daya rusak air,
Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai
melakukan penanggulangan darurat bencana melalui
tahapan:
1.Membentuk dan Tim Teknis Kaji Cepat yang
berkoordinasi dengan Tim Kaji Cepat BNPB/BPBD
2.Menyusun rencana aksi
3.Mengevaluasi ketersediaan sumber daya
4.Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana
5.Membuat laporan pertanggungjawaban .
1. Membentuk Tim Teknis Kaji Cepat
Tim teknis kaji cepat bertugas berdasarkan :
lokasi dan kondisi bencana, dan melakukan kaji cepat
dampak kerusakan bencana. Dalam melakukan kaji cepat,
tim teknis kaji cepat berkoordinasi dengan tim kaji cepat
BNPB/BPBD.
Tim teknis kaji cepat beranggotakan:
Unsur struktural balai (Kepala Bidang/Kepala Seksi).
Pejabat pembuat komitmen
Pegawai di lingkungan Balai/Satuan Kerja
Satuan Tugas Balai serta instansi terkait.
Tim teknis kaji cepat melaporkan hasil penyusunan
rencana aksi kepada Kepala BBWS/BWS.
Kepala BBWS/BWS dapat menambah anggota tim teknis
dari Dinas instansi terkait, guna efisiensi dan efektivitas
kegiatan penanggulangan darurat bencana.
Akibat
Bencana ekonomi karena kerusakan
asset milik
pemerintah, masyarakat,
dan badan usaha sebagai
akibat tidak langsung dari
Bangunan Akses Kualitatif jumlah keluarga dan orang
suatu bencana.
yang kehilangan akses
terhadap kebutuhan dasar
seperti pangan, air bersih,
jaminan keluarga,
perlindungan keluarga,
pendidikan, kesehatan,
keamanan lingkungan, dan
kebudayaan berdasarkan
tingkat keparahannya dan
jenis penyebab aksesnya.
Informasi yang
Komponen Jenis Data dihasilkan
Infrastruktur Kuantitatif Prediksi para ahli, praktis i,
dan pelaku konserva si
dan Kualitatif
lingkungan da n
Lingkungan pemegang otorita s
Pengkajian kebijakan atas dampa k
Dampak bencana berdasarka
jenis penyeba n
Bencana peningkatan resiko b
Kategori Kriteria
No Kerusakan Kerusakan Keterangan
a. Secara fisik
kondisi kerusakan >=40%
b. Bangunan roboh/terguling
Bangunan total
1 Rusak
Roboh atau c. Sebagian besar struktur
Berat (RB)
sebagian besar utama bangunan rusak
komponen d. Sebagian besar dinding dan
rusak lantai bangunan
patah/retak
e. penunjan
Komponen g
lainnya
f. Membahayakan/beresiko
rusak
difungsikan
V. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
78
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (biru) didampingi Menlu Marty Natalegawa (kiri),
memeriksa kawasan Istana Negara yang kebanjiran, Kamis (17/1/2013)
Makan bersama ditengah Banjir.
Gubernur DKI Joko Widodo memimpin langsung perbaikan tanggul Latuharhary yang
jebol.
Kawasan Bundaran Hotel Indonesia dan Jalan MH Thamrin, Jakarta, terendam banjir
luapan Sungai Ciliwung, Kamis (17/1/2013). Banjir yang menerjang berbagai kawasan
membuat Jakarta lumpuh dan dinyatakan dalam kondisi darurat bencana.
Peta Genangan 17 Januari 2013
87
Kebijakan
1. Arahan Presiden RI pada 17 Januari 2013:
a) Istana terendam tidak masalah, selamatkan masyarakat;
b) Kerahkan seluruh sumber daya nasional untuk penanganan
darurat banjir;
c) Kepala BNPB mengkoordinasikan potensi sumber daya
nasional untuk penanganan darurat banjir.
2. Penanganan darurat banjir di Provinsi DKI Jakarta menjadi
tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta;
3. Penetapan masa tanggap darurat oleh Gubernur DKI Jakarta
mulai tanggal 17 Januari – 27 Januari 2013;
4. Konsep penanganan darurat banjir di Provinsi DKI Jakarta
meliputi:
a) Penanganan infrastruktur sungai/pengendalian banjir oleh
Kementerian PU dan pemerintah provinsi; serta
b) Penanganan pengungsi oleh pemerintah provinsi dengan
pendampingan/dukungan BNPB atas permintaan Gubernur.
88
Korban Jiwa dan Pengungsi
1. Korban Jiwa (jiwa)
2. Pengungsi (jiwa)
Upaya Penanganan Darurat 17 – 27 Januari 2013
1. Pendirian Posko Penanganan Darurat
Banjir Nasional di Kementerian PU dan
Posko Banjir Provinsi DKI Jakarta, dan 20
Posko Lapangan;
2. Mobilisasi SRC-PB dan TRC-PB 150
personil dan dukungan relawan dari 93
organisasi (K/L, ormas, dunia usaha)
dengan total tercatat 1.843 relawan yang
tersebar di 5 wilayah kota;
3. BNPB mendistribusikan bantuan senilai Rp.15,4 Miliar yang terdiri
dari peralatan dapur, tenda gulung, kidsware, family kit, sandang,
selimut, tikar, matras, tambahan lauk pauk, kantong mayat, perahu
karet, motor trail, handy talkie, genset, tenda posko, mobil dapur
lapangan, truk serbaguna, mobil penjernih air, tenda pengungsi,
mobil MCK, veltbed;
90
Upaya Penanganan Darurat 17 – 27 Januari 2013 (2)
91
Upaya Penanganan Darurat 17 – 27 Januari 2013 (3)
8. Kementerian Sosial, memberikan bantuan senilai Rp. 15,3 Miliar yang
terdiri dari mobilisasi tagana dan tenaga penanganan psiko-sosial,
pendirian 9 dapur umum, distribusi 10 ribu lembar selimut, distribusi
buffer stock permakanan, sandang, logistik dan peralatan;
9. Kementerian Kesehatan, mobilisasi tenaga kesehatan bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan, mensiagakan Puskesmas 24 jam, bantuan
permakanan berupa MP ASI 1.400 paket dan terus dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan;
10. PMI memberikan bantuan pencarian, penyelamatan
dan evakuasi, mengoperasikan 3 dapur umum;
11. Basarnas melakukan pencarian dan penyelamatan
serta evakuasi penduduk;
12. BMKG melakukan pemantauan dan prakiraan cuaca
sebagai dasar perencanaan antisipasi ancaman
bencana;
92
Rencana Tindak Lanjut
(Setelah 27 Januari 2013)
1. Tanggap darurat banjir Jakarta oleh Gubernur
dinyatakan telah berakhir tanggal 27 Januari
2013, selanjutnya dinyatakan masa transisi
darurat mulai tanggal 28 Januari – 26 Februari
2013;
2. Posko penanganan darurat DKI Jakarta
selanjutnya dioperasikan sebagai posko
transisi darurat dengan organisasi yang lebih
ramping sesuai dengan kebutuhan;
3. Kementerian PU menginventarisasi dan
memperbaiki tanggul yang rawan;
4. Kementerian Kesehatan menyiagakan posko kesehatan dan tenaga
kesehatan untuk memonitor dan antisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang mungkin terjadi pascabencana, serta mendorong kegiatan
fogging, lysolisasi;
5. BNPB, BPPT dan TNI melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca
diharapkan dapat mengurangi hujan sampai 30%;
6. BMKG memberikan informasi terkait dengan cuaca ekstrim dan
mendukung pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca dengan
prakiraan data cuaca tersedia. 93
KESIMPULAN
KELEMBAGAAN DAN KOORDINASI
PENGENDALIAN BANJIR
Pengendalian banjir harus dilakukan secara terpadu dari
hulu sampai hilir.
Pengendalian Banjir harus dilakukan secara cepat,
tepat ,terkoordinasi dan terpadu serta berdaya guna dan
berhasil guna
Pengendalian banjir yang ditangani oleh beberapa
sektor, K/L serta instansi terkait harus dilakukan
kolaborasi antar sektor dengan melibatkan masyarakat
dan dunia usaha
Pengendalian banjir harus dilakukan secara terus
menerus baik Pra Banjir, Pada Saat Banjir maupun Pasca
Banjir
94
Teknik Penanggulangan Banjir
1. Melokalisir Banjir dan Meningkatan Kapasitas Alur Sungai dengan
• Pembangunan Tanggul (levee) di Daerah Sub Urban
• Tembok Banjir (parapet wall) di Perkotaan
2. Perbaikan Pengaturan Sungai (river improvement) di bagian hulu serta anak
anak sungai, melalui :
• Normalisasi Pengerukan Perbaikan Alur.
• Pembangunan Tanggul.
3. Pengalihan Debit Puncak Banjir.
Penyediaan Kawasan Retensi Banjir (Retarding Basin) di bagian hilir serta
muara DAS ke laut.
4. Penurunan Debit puncak banjir dengan pembangunan Waduk yang
berfungsi regulator banjir, Long Storage, dan bangunan penampungan air
lainnya.
5. Menahan Debit di bagian hulu dgn aneka kegiatan Konservasi program
GNKPA & GNRHL, pembangunan Embung, Lumbung Air, Check Dam
konservasi dsb.
C. Kegiatan Penanggulangan Banjir
Pada tingkat bahaya I, II, atau III, sewaktu-waktu dapat terjadi suatu
keadaan yang sangat gawat pada bagian-bagian bangunan pengendali
banjir (terutama bangunan tanggul) yang dapat mengarah pada
bobolnya tanggul
Semakin besar perbedaan muka air di kedua tempat tersebut, maka kec.
Aliran air filtrasi akan semakin meningkat dan jika aliran ini mencapai kec.
tertentu dapat menimbulkan gejala piping (sufosi) dan boiling (sembulan) yang
berangsur-angsur dapat membahayakan kestabilan tanggul
Terjadinya gejala piping dan boiling ditandai dengan terbawanya butiran-
butiran halus dalam tanggul atau lapisan tanah alas tanggul oleh air filtrasi
yang muncul di sekitar tumit tanggul dan airnya tampak keruh
Ini berarti di dalam tubuh tanggul atau lapisan tanah alas tanggul terjadi
rongga-rongga yang semakin lama semakin bertambah besar yang akhirnya
mengakibatkan keruntuhan pada tanggul diikuti dengan luapan air melalui
tanggul yang runtuh tersebut.
Rembesan dan bocoran ini merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
bobolan tanggul dan berlangsung dengan sangat cepat yang kadang-kadang
sukar diketahui sebelumnya
Dengan cara ini, air yang mengalir keluar pipa kecil biasanya menjadi jernih
yang menandakan bahwa gejala piping dan boiling telah dapat diatasi
(iii) Apabila munculnya mata air keruh yang berasal dari rembesan/bocoran pada
tanggul tersebar memanjang tumit tanggul, maka pencegahan gejala piping
dan boiling dapat dilakukan dengan memasang tumpukan beberapa lapis
karung berisi pasir mengelilingi mata air tersebut, membentuk busur-busur
yang kedua ujungnya ditempelkan pada lereng tanggul
Air mengalir melalui pipa-pipa yang dipasang diatas tumpukan karung
tersebut
Akan tetapi jika munculnya mata air keruh yang berasal dari
rembesan/bocoran muncul pada permukaan tanah yang tergenang air, maka
penutup rembesan/bocoran tersebut dapat dilakukan dengan jerami, ijuk
yang dianyam dan diberi pemberat dengan karung berisi pasir atau pemberat
lainnya. Diharapkan air rembesan/bocoran tersebut tidak lagi membawa
butiran-butiran tanah halus
(iv) Apabila rembesan/bocoran menaglir keluar melalui lereng belakang tanggul
yang curam (1 : 1.5 s/d 1 : 2.5), kemungkinan besar akan segera disusul
dengan terjadinya longsor pada lereng belakang tersebut. Dalam keadaan
demikian, disarankan agar rembesan/bocorantersebut dapat segera ditutup
dengan timbunan tanah yang sebelumnya dipagari dengan gedeg yang
diperkuat dengan dolken atau bambu
Sebagai pagar tersbut diatas dapat pula dipergunakan tumpukan karung
berisi pasir
(v) Apabila tersedia batu pecah dan ijuk, maka untuk mencegah gejala piping
dna boiling serta longsor, dapat ditangani dengan pemasangan konstruksi
drainage tumit (toe drain), yaitu dengan menggunakan hamparan ijuk
sebagai filter yang diberi pemberat diatasnya dengan timbunan batu pecah.
Umumnya gejala longsor pada lereng belakang tanggul dapat terjadi akibat
kenaikan kadar air dalam tubuh tanggul yang kadang-kadang dapat mencapai
keadaan jenuh, terutama pada saat terjadi kenaikan air, sehingga air filtrasi
mengalir melalui tubuh tanggul.
Gejala ini dapat diatasi dengan pemasangan hamparan filter tepat di tempat
munculnya mata air mata air dengan air yang keruh menggunakan hamparan
ijuk, jerami, alang-alang yang kemudian diberi pemberat dengan karung pasir,
kerikil atau batu belah
3. Penanggulangan gerusan akibat arus air dan gelombang
a. Memasang batang bambu yang masih berdaun yang pada bagian
ujungnya diberi batu sebagai pemberat, bagian pangkalnya diikat dengan
patok bambu yang dipancangkan pada tubuh tanggul. Dapat juga digunakan
pohon-pohonan lainnya tanpa membuang dahan, rating dan daunnya.