Anda di halaman 1dari 128

PENANGGULANGAN BENCANA

BANJIR
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar  
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran,
peserta diharapkan mampu memahami penanggulangan
bencana akibat daya rusak air
 
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat :
1.Menjelaskan berbagai jenis bencana
2.Menjelaskan UU 24 / tahun 2007 ttg Penanggulangan
Bencana
3.Menjelaskan siklus penanggulangan bencana
4.Menjelaskan tentang Permen PU no 13/PRT/M/2015
tentang Penanggulangan Darurat Akibat Daya Rusak Air.
5.Permen PUPR 1176/KPTS/M/2019 tentang Satuan
Tugas Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
BENCANA :
Adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga meng
akibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
(UU No 24 Th 2007 Bab I pasal 1 ayat 1)
BENCANA ALAM
Adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor”
Bencana Non Alam
Adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam
antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.

Bencana Sosial
Adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat,terror dan pandemi .
FOTO WILAYAH KOTA YANG TERDAMPAK BANJIR SUNGAI BARABAI
Banjir di Kecamatan Barabai

Kondisi pasca banjir Kec. Hantakan


Kota Barabai
(Rumah Dinas Bupati Kab. HST, Polres Kab. HST,
Gedung Murakata, Lapangan Dwi Warna)
Bencana Banjir
adalah peristiwa meluapnya air melebihi palung
sungai yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat serta
mengakibatkan timbulnya korban dan atau
kerusakan serta kerugian harta benda atau
bangunan lainnya’
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa
tanah dan/atau batuan, menuruni atau keluar lereng
akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng.
Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-
tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai pada alur sungai atau hujan
yang sangat deras.
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah
kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian,
kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan di bidang
pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan
pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan
lain-lain) yang sedang dibudidayakan .
Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di
mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai
lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali
menyebabkan bencana asap.
Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi
yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di
sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat
menimbulkan bencana alam.
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga
gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.
Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Walaupun
abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia
sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
BANJIR TERMASUK BANJIR BANDANG

sumber: bnpb. go. id

EROSI DAN SEDIMENTASI


sumber: bnpb. go. id

BANJIR LAHAR DINGIN

sumber: bnpb. go. id

TANAH LONGSOR TEBING SUNGAI sumber: pu. go. id

INTRUSI

sumber:
riaumandiri.co

PEREMBESA sumber:
N pdamtirtabenteng.go.id

PENYEBAB BENCANA AKIBAT


DAYA RUSAK AIR

5
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa masalah
kebencanaan harus ditangani secara serius sejak terjadinya
gempa bumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh
pada 2004.
Bencana adalah urusan semua pihak.
Secara bertahap, Indonesia membangun sistem nasional
penanggulangan bencana mencakup beberapa aspek yaitu :
1. Legislasi
Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
Produk hukum di bawahnya : Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Kepala Badan, serta
Peraturan Daerah. (lebih detail lihat Produk Hukum).
2 Kelembagaan 

Formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)


merupakan focal point lembaga pemerintah di tingkat
pusat.
 Focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD).
Non formal, forum-forum di tingkat nasional dan lokal
dibentuk untuk memperkuat penanggulangan bencana di
Indonesia.
3 Pendanaan
Komunitas Internasional mendukung Pemerintah
Indonesia dalam membangun manajemen
penanggulangan bencana menjadi lebih baik.
 Pendanaan yang terkait dengan penanggulangan
bencana di Indonesia:
a) Dana DIPA (APBN/APBD)
b) Dana Kontijensi
c) Dana Bantual Sosial Berpola Hibah
d) Dana yang bersumber dari masyarakat
e) Dana dukungan komunitas internasional
SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA
PENCEGAHAN DAN MITIGASI
Pencegahan dan Mitigasi adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi risiko bencana, meliputi :
1. melakukan koordinasi penerapan rencana tata ruang yang
berbasis pengurangan resiko bencana;
2. melakukan koordinasi pelestarian fungsi lingkungan hidup;
3. melakukan koordinasi pemanduan perencanaan
pembangunan;
4. menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian di
bidang penanggulangan bencana;
5. melakukan pemetaan daerah rawan bencana; menyusun
persyaratan analisis resiko bencana;
6. menyusun persyaratan standar teknis. 
Dinas Sosial melakukan penyiapan dan perencanaan
kebutuhan logistic
Dinas Kesehatan melakukan pelatihan evekuasi
bencana dibidang kesehatan.
Dinas SDA/ BMCK membuat kaidah perencanaan
bangunan (building codes), relokasi , perencanaan
dan penyediaan shelter dan prasarana pengendali.
Dinas Pendidikan mempersiapkan pendidikan
kebencanaan di seluruh tingkatan pendidikan
Non Pemerintah seperti PMI membentuk kelompok
siaga bencana desa, melakukan pelatihan dan
pendidikan.
Peran masyarakat pada fase ini menjadi bagian dari
proses mitigasi secara aktif,membentuk kelompok
tangguh bencana (PRB).TAGANA.
Peran Perguruan Tinggi dan Litbang melakukan
penelitian dan kajian dalam Pengurangan risiko
bencana. Dan mencoba menemukan metode-metode
baru dalam Pelaksanaan Pengurangan Risiko Bencana.
KESIAPSIAGAAN
a. Kesiap-siagaan Pemerintah (Peran dan Tg Jawab
Negara)
1.Tetapkan peran dan tanggung jawab tiap instansi dalam
tanggap darurat (persiapan, sesaat dan pemulihan)
banjir.
2.Siapkan peta resiko banjir dan jalur pertolongannya.
3.Pastikan lokasi pengungsian dan pasokan logistic untuk
kebutuhan dasar (air, sanitasi, makan minum, tenda,
kesehatan).
4.Siapkan pergudangan yang memadai untuk menyimpan
bahan-bahan kebutuhan pengungsian.
5.Lakukan pendidikan masyarakat yang menerus untuk
membangkitkan kesadaran dan peran serta.
6. Adakan latihan bagi petugas / relawan ‘search and
resque’
7. Pastikan pemantauan semua infrastruktur pengendali
banjir dan siapkan kegiatan tanggap daruratnya.
8. Siapkan dan uji system peringatan dini bahaya banjir.
9. Pastikan saluran komunikasi dan transportasi berjalan
baik.
10. Siapkan tenaga humas dan pemulih psikologis korban
banjir.
b. Kesiap-siagaan Masyarakat (Rasa Gotong Royong)
1.Identifikasi dan jaga lapangan terbuka dan/atau lokasi-
lokasi aman yang dapat dijadikan tempat pengungsian.
2.Siapkan tanda dan arah yang jelas untuk menuju
tempat pengungsian tersebut.
3.Siapkan jaringan informasi keseluruh masyarakat
lengkap dengan nomor2 telp yang harus dihubungi.
4.Siapkan tim yang bertangg jawab ttg masalah
kesehatan, kerusakan, kehilangan, keamanan dan darurat
lainnya.
5.Siapkan tenaga relawan untuk mendukung kegiatan-
kegiatan tersebut di atas.
6.Lakukan dan jaga koordinasi yang harmonis antar
semua instansi dan kegiatan.
c. Kesiap-siagaan Individu (Kesadaran / TgJwb individu)
1.Pahami benar tentang resiko tenggelam, tersengat
listrik, gigitan binatang berbisa dan penyakit ikutan
lainnya.
2.Persiapkan agar semua orang dapat segera keluar dari
rumah.
3.Ketahui lokasi tempat pengungsian dan bagaimana
cara mencapai tempat tersebut secara cepat dan aman.
4.Pahami apa yang harus segera dilakukan setelah
mengetahui ada tanda bahaya banjir
5.Pastikan siapa yang harus dihubungi jika terjadi kondisi
darurat.
6. Sediakan pelampung dan alat P3K sehingga siap
digunakan.
7. Siapkan makanan dan air ditempat yang aman.
8. Update terus berita perkembangan bahaya banjir.
9. Siagakan barang-barang berharga di tempat yang
aman.
10. Bersiap untuk melakukan pengungsian.
11. Siapkan perlindungan untuk binatang ternak /
piaraan .
PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR
(Permen PU no 13/PRT/M/2015 )

Pemerintah telah mengundangkan Undang Undang Nomor 24 tahun


2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Merupakan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan
penanggulangan bencana, baik bencana tingkat kabupaten/kota, provinsi,
maupun tingkat nasional.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN


RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG
PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR.

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


NOMOR: 1176/KPTS/M/2019 TENTANG SATUAN TUGAS
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
.
Peraturan tersebut memberikan arahan dalam
pelaksanaan penanggulangan darurat bencana oleh :
banjir termasuk banjir bandang,
erosi dan sedimentasi,
tanah longsor,
banjir lahar dingin dan
tanah ambles,
perubahan sifat kimiawi, biologi, dan fisika air,
wabah penyakit,
intrusi dan/atau perembesan.
DASAR HUKUM
PP NO. 21 TAHUN 2008 TTG PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN BENCANA

PERMEN PUPR NO. 13 /PRT/M/2015 TTG PENANGGULANGAN


DARURAT BENCANA
BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR

PERMEN PUPR NO. 03 /PRT/M/2019 TTG ORGANISASI DAN


TATA KERJA KEMENTERIAN PUPR

PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN


BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2020
TENTANGPENGADAAN BARANG/JASA DALAM PENANGANAN
KEADAAN DARURAT

KEPMEN PUPR NO. 1176/KPTS/M/2019 TTG SATUAN TUGAS


PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PUPR

SE MENTERI PUPR NOMOR 10/SE/M/2017 TTG


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IZIN
PENGGUNAAN DANA TANGGAP DARURAT AKIBAT BENCANA
ATAU KEGIATAN MENDESAK

SE INSPEKTORAT JENDERAL KEMEN PUPR NO 16/SE/IJ/2017


TTG PROSEDUR PELAKSANAAN REVIU PENGGUNAAN DATA
TANGGAP DARURAT AKIBAT BENCANA

4
HAL YANG HARUS SEGERA
DILAKSANAKAN PADA SAAT
TERJADI

BENCANA
AKIBAT DAYA
RUSAK AIR
A . ME MB E NT U K D A N ME NU G A S K A N
T IM T E K NIS K A J I C E P A T
B . ME NY U S U N R E NC A NA A K S I
C . ME NG E VA L U A S I K E T E R S E D IA A N
S U MB E R D A Y A
D . ME L A K S A NA K A N K E G IA T A N P E
NA NG G U L A NG A N B E NC A NA A L A M
E . ME MB U A T L A P O R A N P E R T A NG G U
NG J A WA B A N K E G IA T A N P E NA NG G
U L A NG A N B E NC A NA

7
Dalam hal terjadi suatu bencana akibat daya rusak air,
Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai
melakukan penanggulangan darurat bencana melalui
tahapan:
1.Membentuk dan Tim Teknis Kaji Cepat yang
berkoordinasi dengan Tim Kaji Cepat BNPB/BPBD
2.Menyusun rencana aksi
3.Mengevaluasi ketersediaan sumber daya
4.Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana
5.Membuat laporan pertanggungjawaban .
1. Membentuk Tim Teknis Kaji Cepat
Tim teknis kaji cepat bertugas berdasarkan :
lokasi dan kondisi bencana, dan melakukan kaji cepat
dampak kerusakan bencana. Dalam melakukan kaji cepat,
tim teknis kaji cepat berkoordinasi dengan tim kaji cepat
BNPB/BPBD.
Tim teknis kaji cepat beranggotakan:
 Unsur struktural balai (Kepala Bidang/Kepala Seksi).
 Pejabat pembuat komitmen
 Pegawai di lingkungan Balai/Satuan Kerja
 Satuan Tugas Balai serta instansi terkait.
Tim teknis kaji cepat melaporkan hasil penyusunan
rencana aksi kepada Kepala BBWS/BWS.
Kepala BBWS/BWS dapat menambah anggota tim teknis
dari Dinas instansi terkait, guna efisiensi dan efektivitas
kegiatan penanggulangan darurat bencana.

2 Menyusun Rencana Aksi


Dilakukan melalui kegiatan kaji cepat yang terdiri
1. Inventarisasi mengenai jenis, lokasi, kondisi prasarana
dan sarana sumber daya air, tingkat kerusakan dan
penyebab kerusakan.
2. Identifikasi data dan analisis tingkat kerusakan
3. Identifikasi data dan analisis terhadap ancaman dampak
kerusakan prasarana dan sarana SDA.
4. Pelaksanaan survei dan pengukuran.
5. Pembuatan desain dan rencana penanggulangan darurat.
6. Pengkajian terhadap hasil desain dan penanggulangan
darurat.
7. Penyusunan skala prioritas tindakan penanggulangan
bencana berdasarkan tingkatan kepentingan.
8. Penyusunan pendanaan
3. Mengevaluasi Ketersediaan Sumber Daya
dimaksudkan untuk menentukan rencana pelaksana an
penanggulangan darurat meliputi:
3.1 Kebutuhan rencana aksi penanggulangan
3.2 Ketersediaan sumber daya.
 
3.1 Kebutuhan rencana aksi penanggulangan
Kebutuhan rencana aksi penanggulangan darurat
terhadap bencana akibat daya rusak air diperoleh
atas dasar laporan Tim Teknis Kaji Cepat kepada
Kepala BBWS/BWS yang memuat rencana aksi
penanggulangan darurat yang meliputi:
Penanggulangan darurat terhadap kerusakan
prasarana dan sarana SDA yang mengalami kerusakan
sehingga pelayanan terganggu.
Laporan Tim Teknis Kaji Cepat kepada kepala
BBWS/BWS memuat:
Nama/jenis prasarana sumber daya air
Lokasi
Kondisi prasarana dan sarana sumber daya air
Usulan rencana aksi penanggulangan
Skala prioritas
Rincian anggaran biaya.
3.2 Ketersediaan sumber daya
Kepala BBWS/BWS melakukan evaluasi terhadap
ketersediaan sumber daya yang meliputi 5 (lima)
aspek yaitu:
a. sumber daya manusia
b. peralatan
c. bahan
d. metode pelaksanaan
e. pendanaan.
TIM TEKNIS KAJI CEPAT

Bertugas melakukan kaji cepat dampak


kerusakan bencana untuk menghasilkan
rencana aksi kegiatan penanggulangan
darurat bencana akibat daya rusak air.
Tim teknis kaji cepat beranggotakan:
A.Unsur struktural balai (Kepala
Bidang/Kepala Seksi);
B.Pejabat pembuat komitmen;
C.Pegawai di lingkungan Balai/Satuan Kerja;
dan
D.Satuan Tugas Balai serta instansi terkait.
Tim teknis kaji cepat melaporkan hasil
penyusunan rencana aksi kepada Kepala
BBWS/BWS.
. PENYUSUNAN RENCANA AKSI

A . Inventarisasi mengenai jenis, lokasi, kondisi


prasarana dan sarana sumber daya air tingkat
kerusakan dan penyebab kerusakan;
B . Identifikasi data dan analisis tingkat kerusakan
C . Identifikasi data dan analisis terhadap ancaman
dampak kerusakan prasarana dan sarana sumber
daya air;
D . Pelaksanaan survai dan pengukuran;
E . Pembuatan desain dan rencana penanggulangan
darurat;
F . Pengkajian terhadap hasil desain dan
penanggulangan darurat;
G . Penyusunan skala prioritas tindakan
penanggulangan bencana berdasarkan tingkatan
kepentingan;
H . Penyusunan pendanaan.
A. INVENTARISASI
Inventarisasi mengenai jenis, lokasi, kondisi prasarana dan sarana
sumber daya air tingkat kerusakan dan penyebab kerusakan
Komponen, Jenis Data, Dan Informasi Yang Dihasilkan
Informasi yang
Komponen Jenis Data dihasilkan
Kerusakan Kuantitatif Jumlah asset milik
pemerintah, masyarakat,
keluarga dan badan usaha
yang rusak akibat bencana
berdasarkan kategori
kerusakannya

kerugian Kuantitatif Jumlah biaya kesempatan


atau kerugian akibat
hilangnya kesempatan
untuk
Pengkajian memperoleh keuntungan

Akibat
Bencana ekonomi karena kerusakan
asset milik
pemerintah, masyarakat,
dan badan usaha sebagai
akibat tidak langsung dari
Bangunan Akses Kualitatif jumlah keluarga dan orang
suatu bencana.
yang kehilangan akses
terhadap kebutuhan dasar
seperti pangan, air bersih,
jaminan keluarga,
perlindungan keluarga,
pendidikan, kesehatan,
keamanan lingkungan, dan
kebudayaan berdasarkan
tingkat keparahannya dan
jenis penyebab aksesnya.

Jenis dan jumlah asset


Peningkatan Kualitatif
penghidupan (manusia,
resiko dan ekonomi,
Kuantitatif infrastruktur, lingkungan,
sosial, budaya dan politik)
yang meningkat resikonya
terhadap bencana
berdasarkan jenis penyebab
peningkatan resikonya.
(Sumber: Permen PU no 13/PRT/M/2017)
Komponen, Jenis Data, Dan Informasi
Yang Dihasilkan

Informasi yang
Komponen Jenis Data dihasilkan
Infrastruktur Kuantitatif Prediksi para ahli, praktis i,
dan pelaku konserva si
dan Kualitatif
lingkungan da n
Lingkungan pemegang otorita s
Pengkajian kebijakan atas dampa k
Dampak bencana berdasarka
jenis penyeba n
Bencana peningkatan resiko b

Perbaikan dan/ Kuantitatif Aspirasi untuk perbaika n


dan/atau pembanguna n
atau dan Kualitatif
prasarana sumber daya air
Pembangunan yang rusak terka langsung it
k
dampa bencana.

Pengkajian Penggantian Kuantitatif Aspirasi


mengembalikan
untuk
fungsi
dan Kualitatif
Kebutuhan prasarana sumber daya
Penanggula air yang rusak sehingga
fungsi pelayanan
ngan prasarananya terganggu,
Darurat seperti penggantian
sementara pengambilan air
dengan pompa

Pengurangan Kuantitatif Aspirasi atas jenis, jumlah


dan Kualitatif dan cara pengurangan
resiko resiko bencana (PRB),
seperti misalnya
pembuatan tanggul dari
bronjong untuk melindungi
ancaman banjir lahar

(Sumber: Permen PU no 13/PRT/M/2017)


PELAKSANAAN INVENTARISASI
1.LAPORAN DAPAT DILAKUKAN SECARA LISAN,
PESAN SINGKAT MELALUI ALAT KOMUNIKASI,
SURAT ELEKTRONIK (EMAIL) MAUPUN TERTULIS.

2.AWAL KEJADIAN DILAPORKAN KE POSKO


PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DITJEN SDA.
BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PUPR NO.
1176/KPTS/M/2019 MENGGUNAKAN FORMAT
LAPORAN KEJADIAN BENCANA Lampiran II
IDENTIFIKASI DATA DAN ANALISIS
TINGKAT KERUSAKAN
Tabel Komponen Bencana Akibat Daya Rusak Air
Komponen Keterangan
Perubahan bentuk pada aset fisik dan infrastruktur milik
pemerintah masyarakat, keluarga, dan Badan Usaha sehingga
terganggu fungsinya secara parsial atau total sebagai akibat
langsung dari suatu bencana akibat daya rusak air. Misalnya
Kerusakan kerusakan bendung, saluran irigasi, tanggul, check dam,
embung, bangunan pengambilan air dan lain-lain dalam kategori
tingkat kerusakan ringan, sedang dan berat.

Meningkatnya biaya kesempatan atau hilangnya kesempatan


untuk memperoleh penghidupan, keuntungan ekonomi dan
kondisi lingkungan yang aman karena kerusakan aset milik
pemerintah, masyarakat, keluarga dan Badan Usaha sebagai
akibat tidak langsung dari suatu bencana akibat daya rusak air.
Kerugian Misalnya terputusnya suplai air baku dan air irigasi,
terganggunya akses trasnportasi dan lingkungan akibat tanggul
yang jebol, limpas dan tsunami

Hilang atau terganggunya akses individu, keluarga dan


Gangguan
masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya
Akses akibat suatu bencana. MIsalnya bendung yang rusak
atau hancur karena bencana mengakibatkan air tidak
bisa mengalir pada saluran irigasi, sehingga petani
tidak memperoleh suplai air irigasi. Kerusakan sarana
produksi pertanian membuat hilangnya akses keluarga
petani terhadap hak atas pekerjaan

Gangguan Hilang atau terganggunya fungsi kemasyrakatan dan


Fungsi pemerintahan akibat suatu bencana. Misal, rusak atau
jebolnya badan tanggul mengakibatkan genangan dan
kerusakan lingkungan sehingga menyebabkan
terhentinya fungsi-fungsi yang menyangkut pada
kegiatan masyarakat, keamanan,ketertiban hukum dan
Meningkat
pelayanan dasar.
nya resiko
Meningkatnya kerentanan dan/atau menurunnya
kapasitas individu, keluarga dan masyrakat sebagai
akibat dari suatu bencana. Misal, bencana
mengakibatkan memperburuk kondisi aset, kondisi
kesehatan, kondisi pendidikan dan kondisi kejiwaan
(Sumber: Permen PU no 13/PRT/M/2017)
sebuah keluarga, dengan demikian kapsitas keluarga
semakin menurun atau kerentanannya semakin
meningkat bila terjadi bencana berikutnya
Tabel Kriteria Kerusakan Prasarana Sumber Daya Air Akibat Bencana
Daya Rusak Air

Kategori Kriteria
No Kerusakan Kerusakan Keterangan

a. Secara fisik
kondisi kerusakan >=40%
b. Bangunan roboh/terguling
Bangunan total
1 Rusak
Roboh atau c. Sebagian besar struktur
Berat (RB)
sebagian besar utama bangunan rusak
komponen d. Sebagian besar dinding dan
rusak lantai bangunan
patah/retak
e. penunjan
Komponen g
lainnya
f. Membahayakan/beresiko
rusak
difungsikan

Bangunan a. Secara fisik kondisi


masih berdiri, kerusakan 20%-40%
Rusak b. Bangunan masih berdiri
sebagian kecil
2 Sedang c. Sebagian kecil struktur
komponen
(RS) utama bangunan rusak
struktur
rusak, dan d. Sebagian besar kompone n
komponen penunjang lainnya rusak
penunjang e. Relatif masih berfungsi
rusak
fisik
Bangunan masih a. Secara
berdiri, sebagian kerusakan kondisi
Rusak kompone <20%
b. Bangunan masih
3 Ringan n struktur retak c.berdiri
Sebagian kecil struktur
(RR) (struktur utama bangunan
masih
bisa rusak
ringan
difungsikan) d. Retak-retak pada struktur
bangunan
e. Sebagian kecil komponen
penunjang lainnya rusak
f. Masih bisa difungsikan
(Sumber: Permen PU no 13/PRT/M/2017)
III. EVALUASI KETERSEDIAAN SUMBER DAYA

Kegiatan evaluasi ketersediaan sumber daya


dimaksudkan untuk melakukanpertimbangan
dalam menentukan keputusan rencana
pelaksanaan penanggulangan darurat
terhadap bencana akibat daya rusak air.
Pertimbangan dalam menentukan keputusan
rencana pelaksanaan penanggulangan
darurat meliputi:
A.Kebutuhan rencana aksi penanggulangan
B.Ketersediaan Sumber daya.
Kegiatan ini ditindaklanjuti dengan hasil
evaluasi BNPB/BNPD berupa usulan stastus
bencana akibat daya rusak air, program
beserta usulan dana penanggulangan
darurat bencana akibat daya rusak air
kepada Dirjen SDA.
IV. PELAKSANAANKEGIATAN
PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA
AKIBAT DAYA RUSAK AIR
Pelaksanaan kegiatan penanggulangan darurat
bencana akibat daya rusak air dilakukan melalui
tahapan:
A.Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
B.Proses Pengadaan
C.Pelaksanaan Pekerjaan
D.Pengawasan dan Pengendalian
E.Pelaporan
F.Pemantauan dan Evaluasi

V. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

A.Materi Muatan Laporan pertanggungjawaban


B.Sistematika Laporan Pertanggungjawaban
C.Laporan Harian, Laporan Mingguan, dan
Laporan Bulanan
D.Kontrak Penunjukkan Langsung Darurat
Pendanaan
Pertimbangan kebutuhan dana harus sesuai dengan
kebutuhan penanggulangan darurat.
Bila tidak tersedia dana, Kepala BBWS/BWS mengajukan
usulan dana kepada Kuasa Pengguna Anggaran (DirJen
SDA).
Usulan pendanaan berisi:
 prioritas rencana penanggulangan darurat;
 rincian anggaran biaya
 rencana pelaksanaan  kegiatan darurat;
 rencana pengadaan barang/jasa. 
 usulan pendanaan diverifikasi oleh Tim yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
ALUR PENDANAAN
ALUR PENDANAAN
Usulan program beserta pendanaan dilaksanakan
berdasarkan prioritas tindakan penanggulangan
darurat bencana akibat daya rusak air. yaitu:
rencana penanggulangan darurat bencana akibat
daya rusak air dengan urutan skala prioritas;
rincian anggaran biaya;
Rencana pelaksanaan kegiatan
penanggulangan darurat bencana akibat daya
rusak air;
rencana pengadaan barang/jasa.
 Menetapkan Satgas Penanggulangan Bencana di
 Kementerian PUPR berkoordinasi dengan BNPB dan melaksanakan
 perintah komando tanggap darurat BNPB
 KEPMEN PUPR NO 1176/KPTS/M/2019 TTG SATUAN TUGAS
PENANGGULANGAN BENCANA.
 Susunan organisasi SATGAS PPB PUPR
1. Pusat Komando,
 merupakan unsur pimpinan yang berperan sebagai pengarah, penentu
kebijakan, pengambil keputusan dan pengendali kegiatan
penanggulangan bencana pada
 Tahap Pra Bencana,
 Tahap Darurat Bencana, dan
 Tahap Pasca bencana dengan keanggotaan:

 a.Ketua Satgas PPB PUPR;


 b.Wakil Ketua:
 c.Ketua Harian Pusat Komando;
 d.Sekretaris; dan
 e.Anggota.
KEWAJIBAN KOORDINASI SATGAS PUPR

A.BNPB SEBAGAI KOMANDAN TANGGAP


DARURAT.
B.DINAS YANG MENANGANI PEKERJAAN BIDANG
PUPR DI PROVINSI.
KOORDINA
SI DENGA a.Kegiatan siaga darurat
N
DINAS ada tahap pra bencana,

b.Kegiatan pada tahap


anggap darurat bencana
yang meliputi pendataan,
iundetifikasi kebutuhan
dan operasional.

c.Kegiatan pada transisi


meliputi sinkronisasi data
dan informasi serta kondisi
prasarana dan sarana.
KEEMPAT : Susunan organisasi SATGAS PPB PUPR

1. Pusat Komando,


merupakan unsur pimpinan yang berperan sebagai
pengarah, penentu kebijakan, pengambil keputusan dan
pengendali kegiatan penanggulangan bencana pada
Tahap Pra Bencana,
Tahap Darurat Bencana, dan
Tahap Pasca bencana dengan keanggotaan:

a.Ketua Satgas PPB PUPR;


b.Wakil Ketua:
c.Ketua Harian Pusat Komando;
d.Sekretaris; dan
e.Anggota.
PERAN APIP
(Pasal 11 PP Nomor: 60 Tahun 2008)

Memberi keyakinan yang memadai atas


ketaatan, kehematan, efisiensi dan
efektifitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi
kementerian
memberi peringatan dini dan meningkatkan
efektifitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi
kementerian
memelihara dan meningkatkan kualitas tata
kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
kementerian.
PEMULIHAN
Kegiatannya meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan pela
yanan publik secara darurat menuju normalisasi
semua aspek pemerintahan dan kehidupan masya
rakat pada wilayah bencana .
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala
aspek kehidupan masyarakat, misalnya : penerapan
rancang bangun yang tepat dan tahan bencana.
Peran pemerintah melalui Institusi pemerintah yang ada
sebagai berikut;
Dinas Kesehatan,
Dinas Pekerjaan Umum,
TNI/Polri,
PDAM,
PLN,
BULOG,
Dishubkomintel,
Dinas Pendidikan,
Non - Pemerintah seperti : PMI, Majelis Adat,
Komunitas Masyarakat, Assosiasi Profesi, Tri Darma
Perguruan Tinggi dll.
Contoh Koordinasi Penanganan Banjir Perkotaan
Banjir di Provinsi DKI Jakarta 2013

78
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (biru) didampingi Menlu Marty Natalegawa (kiri),
memeriksa kawasan Istana Negara yang kebanjiran, Kamis (17/1/2013)
Makan bersama ditengah Banjir.
Gubernur DKI Joko Widodo memimpin langsung perbaikan tanggul Latuharhary yang
jebol.
Kawasan Bundaran Hotel Indonesia dan Jalan MH Thamrin, Jakarta, terendam banjir
luapan Sungai Ciliwung, Kamis (17/1/2013). Banjir yang menerjang berbagai kawasan
membuat Jakarta lumpuh dan dinyatakan dalam kondisi darurat bencana.
Peta Genangan 17 Januari 2013

Luas genangan = 43 km2


(8% luas DKI)

87
Kebijakan
1. Arahan Presiden RI pada 17 Januari 2013:
a) Istana terendam tidak masalah, selamatkan masyarakat;
b) Kerahkan seluruh sumber daya nasional untuk penanganan
darurat banjir;
c) Kepala BNPB mengkoordinasikan potensi sumber daya
nasional untuk penanganan darurat banjir.
2. Penanganan darurat banjir di Provinsi DKI Jakarta menjadi
tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta;
3. Penetapan masa tanggap darurat oleh Gubernur DKI Jakarta
mulai tanggal 17 Januari – 27 Januari 2013;
4. Konsep penanganan darurat banjir di Provinsi DKI Jakarta
meliputi:
a) Penanganan infrastruktur sungai/pengendalian banjir oleh
Kementerian PU dan pemerintah provinsi; serta
b) Penanganan pengungsi oleh pemerintah provinsi dengan
pendampingan/dukungan BNPB atas permintaan Gubernur.
88
Korban Jiwa dan Pengungsi
1. Korban Jiwa (jiwa)

2. Pengungsi (jiwa)
Upaya Penanganan Darurat 17 – 27 Januari 2013
1. Pendirian Posko Penanganan Darurat
Banjir Nasional di Kementerian PU dan
Posko Banjir Provinsi DKI Jakarta, dan 20
Posko Lapangan;
2. Mobilisasi SRC-PB dan TRC-PB 150
personil dan dukungan relawan dari 93
organisasi (K/L, ormas, dunia usaha)
dengan total tercatat 1.843 relawan yang
tersebar di 5 wilayah kota;
3. BNPB mendistribusikan bantuan senilai Rp.15,4 Miliar yang terdiri
dari peralatan dapur, tenda gulung, kidsware, family kit, sandang,
selimut, tikar, matras, tambahan lauk pauk, kantong mayat, perahu
karet, motor trail, handy talkie, genset, tenda posko, mobil dapur
lapangan, truk serbaguna, mobil penjernih air, tenda pengungsi,
mobil MCK, veltbed;

90
Upaya Penanganan Darurat 17 – 27 Januari 2013 (2)

4. Kementerian PU, mobilisasi 10 unit mobil


tangki, 4 mobil toilet, 20 unit pompa air, dan
perbaikan tanggul di Latuharhari;
5. Kementerian ESDM memberikan dan
mendistribusikan bantuan pangan, sandang,
logistik, dan uang tunai;
6. TNI dukungan personel 3.400 personil dan
peralatan, serta 7 unit dapur umum, dan
mobil toilet dari Kodam Jaya.;
7. POLRI memberikan dukungan 1.500 personil yang tersebar di 121 titik
dengan 27 unit perahu karet untuk evakuasi dan distribusi bantuan
kebutuhan dasar serta pengamanan;
8. Pemasangan alat pemantau banjir yang dipasang di BNPB dan Kementerian
PU;

91
Upaya Penanganan Darurat 17 – 27 Januari 2013 (3)
8. Kementerian Sosial, memberikan bantuan senilai Rp. 15,3 Miliar yang
terdiri dari mobilisasi tagana dan tenaga penanganan psiko-sosial,
pendirian 9 dapur umum, distribusi 10 ribu lembar selimut, distribusi
buffer stock permakanan, sandang, logistik dan peralatan;
9. Kementerian Kesehatan, mobilisasi tenaga kesehatan bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan, mensiagakan Puskesmas 24 jam, bantuan
permakanan berupa MP ASI 1.400 paket dan terus dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan;
10. PMI memberikan bantuan pencarian, penyelamatan
dan evakuasi, mengoperasikan 3 dapur umum;
11. Basarnas melakukan pencarian dan penyelamatan
serta evakuasi penduduk;
12. BMKG melakukan pemantauan dan prakiraan cuaca
sebagai dasar perencanaan antisipasi ancaman
bencana;

92
Rencana Tindak Lanjut
(Setelah 27 Januari 2013)
1. Tanggap darurat banjir Jakarta oleh Gubernur
dinyatakan telah berakhir tanggal 27 Januari
2013, selanjutnya dinyatakan masa transisi
darurat mulai tanggal 28 Januari – 26 Februari
2013;
2. Posko penanganan darurat DKI Jakarta
selanjutnya dioperasikan sebagai posko
transisi darurat dengan organisasi yang lebih
ramping sesuai dengan kebutuhan;
3. Kementerian PU menginventarisasi dan
memperbaiki tanggul yang rawan;
4. Kementerian Kesehatan menyiagakan posko kesehatan dan tenaga
kesehatan untuk memonitor dan antisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang mungkin terjadi pascabencana, serta mendorong kegiatan
fogging, lysolisasi;
5. BNPB, BPPT dan TNI melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca
diharapkan dapat mengurangi hujan sampai 30%;
6. BMKG memberikan informasi terkait dengan cuaca ekstrim dan
mendukung pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca dengan
prakiraan data cuaca tersedia. 93
KESIMPULAN
KELEMBAGAAN DAN KOORDINASI
PENGENDALIAN BANJIR
Pengendalian banjir harus dilakukan secara terpadu dari
hulu sampai hilir.
Pengendalian Banjir harus dilakukan secara cepat,
tepat ,terkoordinasi dan terpadu serta berdaya guna dan
berhasil guna
Pengendalian banjir yang ditangani oleh beberapa
sektor, K/L serta instansi terkait harus dilakukan
kolaborasi antar sektor dengan melibatkan masyarakat
dan dunia usaha
Pengendalian banjir harus dilakukan secara terus
menerus baik Pra Banjir, Pada Saat Banjir maupun Pasca
Banjir
94
Teknik Penanggulangan Banjir
1. Melokalisir Banjir dan Meningkatan Kapasitas Alur Sungai dengan
• Pembangunan Tanggul (levee) di Daerah Sub Urban
• Tembok Banjir (parapet wall) di Perkotaan
2. Perbaikan Pengaturan Sungai (river improvement) di bagian hulu serta anak
anak sungai, melalui :
• Normalisasi Pengerukan Perbaikan Alur.
• Pembangunan Tanggul.
3. Pengalihan Debit Puncak Banjir.
Penyediaan Kawasan Retensi Banjir (Retarding Basin) di bagian hilir serta
muara DAS ke laut.
4. Penurunan Debit puncak banjir dengan pembangunan Waduk yang
berfungsi regulator banjir, Long Storage, dan bangunan penampungan air
lainnya.
5. Menahan Debit di bagian hulu dgn aneka kegiatan Konservasi program
GNKPA & GNRHL, pembangunan Embung, Lumbung Air, Check Dam
konservasi dsb.
C. Kegiatan Penanggulangan Banjir
Pada tingkat bahaya I, II, atau III, sewaktu-waktu dapat terjadi suatu
keadaan yang sangat gawat pada bagian-bagian bangunan pengendali
banjir (terutama bangunan tanggul) yang dapat mengarah pada
bobolnya tanggul

Bobolnya tanggul merupakan keadaan yang paling fatal yang


ditimbulkan oleh banjir dan dalam keadaan demikian, tiada tindakan
yang dapat dilakukan kecuali mengarah kepada usaha-usaha
pengungsian dan penyelamatan

Oleh karena itu tujuan yang paling utama dalam kegiatan


penanggulangan banjir adalah usaha-usaha guna mencegah terjadinya
bobolan tanggul agar tidak terjadi luapan-luapan yang dapat
menggenangi areal-areal yang seharusnya diamankan.

1. Sebelum terjadi bobolan tanggul


Apabila keadaan banjir telah berada pada tingkat bahaya I, II
atau III sedang bobolan-bobolan belum terjadi, maka
kegiatan yang harus dilakukan adalah berupa
pengamatan-pengamatan terhadap kemungkinan
terjadinya bobolan tanggul
Hal-hal yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya bobolan tanggul :
a.Limpasan
Apabila debit banjir telah melampaui kapasitas maksimum sungai, maka
akan terjadi limpasan-limpasan dan merupakan keadaan yang paling sulit
penanggulangannya. Namun sampai batas kemampuan yang ada, upaya
pencegahan bobolan akibat limpasan ini harus tetap dilakukan.

b.Rembesan dan Bocoran


Dengan terjadinya kenaikan muka air di dalam sungai yang melampaui
muka air tanah dibelakang tanggul, maka terjadilah aliran air filtrasi ke arah
belakang, baik di dalam tubuh tanggul maupun di dalam lapisan tanah
pendukung tanggul tersebut.

Semakin besar perbedaan muka air di kedua tempat tersebut, maka kec.
Aliran air filtrasi akan semakin meningkat dan jika aliran ini mencapai kec.
tertentu dapat menimbulkan gejala piping (sufosi) dan boiling (sembulan) yang
berangsur-angsur dapat membahayakan kestabilan tanggul
Terjadinya gejala piping dan boiling ditandai dengan terbawanya butiran-
butiran halus dalam tanggul atau lapisan tanah alas tanggul oleh air filtrasi
yang muncul di sekitar tumit tanggul dan airnya tampak keruh

Ini berarti di dalam tubuh tanggul atau lapisan tanah alas tanggul terjadi
rongga-rongga yang semakin lama semakin bertambah besar yang akhirnya
mengakibatkan keruntuhan pada tanggul diikuti dengan luapan air melalui
tanggul yang runtuh tersebut.

Rembesan dan bocoran ini merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
bobolan tanggul dan berlangsung dengan sangat cepat yang kadang-kadang
sukar diketahui sebelumnya

c. Penggerusan lereng depan tanggul


 Penggerusan oleh gelombang
Hempasan gelombang dapat menggerus lereng depan tanggul
dan gelombang ini dapat terjadi akibat tiupan angin diatas permukaan air
sungai dan atau akibat pengaruh gerakan perahu motor yang lewat
 Penggerusan oleh arus air sungai
Butir-butir tanah yang menutupi lereng depan tanggul dapat terangkut
oleh arus air sungai yang deras, sehingga tubuh tanggul bagian ini
tergerus dan biasanya diikuti dengan gejala longsor.

Gejala longsor pada lereng tanggul dapat pula terjadi akibat


tergerusnya tebing sungai, terutama pada bagian tanggul yang
sangat dekat dengan tebing yang tergerus tersebut (biasanya pada
tebing lingkaran luar sungai)
d.Longsoran
pada tubuh tanggul dapat terjadi longsor baik pada lereng depan
maupun lereng belakang. Gejala longsor ini umumnya terjadi pada saat
tanggul dalam kondisi jenuh air, karena pada keadaan tersebut stabilitas
lereng tanggul menurun

2. Setelah terjadi bobolan tanggul


a. Apabila segala upaya telah dilakukan untuk mempertahankan
tanggul, tetapi akhirnya terjadi juga bobolan dan air meluap
menggenangi area yang seharusnya diamankan, maka tidak ada cara lain
yang dapat dilakukan untuk menutup bobolan yang sedang dialirin
air deras
b. Usaha penanggulangan banjir diarahkan pada pengungsian dan
penyelamatan penduduk ke daerah yang lebih aman (lebih tinggi). Selain
itu pada saat keadaan banjir telah mencapai keadaan bahaya I, penduduk
dilokasi diperkirakan akan dilanda banjir telah dapat mengetahui dari
isyarat-isyarat kentongan yang dibunyikan telah bersiap-siap untuk
mengungsi, apabila keadaan menjadi gawat dan bobolan benar-benar
terjadi.

c. Selanjutnya apabila aliran air melalui bobolan telah mengecil/berhenti,


maka dengan segera harus ditutup kembali, dengan cara :
 Jika bobolan tidak besar dan penggeseran tanah dasar tanggul tidak
terlalu dalam, maka tanggul dapat ditutup secara langsung
 Terjadi jika bobolan tanggul cukup besar
dan terjadi penggerusan yang dalam pada
tanah dasar tanggul, maka penutupan
bobolan dilakukan dengan pembuatan
semacam tanggul penutup darurat (kistdam)
di depan atau dibelakang bobolan tersebut
D. Teknik Penanggulangan Banjir
1. Penanggulangan Limpasan
Dengan upaya mempertinggi mercu tanggul secara darurat,
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pohon-pohon pisang ditempatkan memanjang diatas
mercu tanggul yang mulai limpas dan kemudian
dipaku dengan bambu, dibelakangnya diberi
timbunan dari tanah liat
b. Karung-karung plastik diisi dengan pasri/tanah secukupnya
(60% dari isi penuh), kemudian ditumpuk beberapa lapis
memanjang diatas mercu tanggul. Untuk meningkatkan
stabilitas dan mengurangi rembesan/bocoran,
dibelakang tumpukan karung-karung ditimbun tanah liat

c. Memasang gedeg (bambu anyaman) sebagai dinding penahan


yang diperkuat dengan patok-patok bambu, yang kemudian
diisi tanah timbunan
 cara ini jarang digunakan karena biasanya memerlukan
persiapan yang agak lama
2. Penanggulangan rembesan / bocoran
a. Cara langsung yaitu dengan menutup lubang-lubang peresapan
(bocoran) yang terdapat didepan tanggul, baik pada permukaan bantaran
maupun lereng dapan tanggul dengan sumbat-sumbat yang dibuat dari
karung goni atau kain-kain bekas. Biasanya lokasi peresapannya terlihat
dengan jelas karena membentuk pusaran- pusaran
b. Cara tidak langsung, apabila cara langsung sudah tidak mungkin
dilakukan penanggulangan rembesan/bocoran secara tidak langsung
dibelakang tanggul, yang terdiri dari 5 (lima) cara yaitu :
(i) Apabila munculnya mata air kecil-kecil dibelakang tanggul baik dilereng
belakang maupun pada permukaan tanah dibelakang tanggul terkumpul pada
satu tempat (tidak menyebar), maka bocoran semacam ini dapat ditangani
dengan mengurung mata air tersebut dengan drum bekas aspal yang
ditanamkan pada tanah dengan kedalaman tertentu. Kemudian di sekeliling
drum tersebut ditempatkan tanah liat yang dipadatkan.

Dengan naiknya permukaan air didalam drum tersebut, maka perbedaan


muka air didalam sungai dan di dalam drum menjadi berkurang, sehinggal
kec. aliran filtrasi berkurang dna kekuatan aliran tidak lagi dapat
menghayutkan butiran-butiran halus pada lapisan tanah yang dilalui aliran
filtrasi tersebut. Dengan demikian gejala piping dapat dicegah
(ii) Apabila cara diatas belum dapat menghentkan terjadinya gejala piping serta
boiling, maka penanganan selanjutnya dapat ditingkatkan dengan memasang
pipa kecil vertikal di dalam drum, drum diisi dengan pemberat berupa
pecahan batu dan tanah liat, kemudian dibebani karung-karung berisi pasir.

Dengan cara ini, air yang mengalir keluar pipa kecil biasanya menjadi jernih
yang menandakan bahwa gejala piping dan boiling telah dapat diatasi

(iii) Apabila munculnya mata air keruh yang berasal dari rembesan/bocoran pada
tanggul tersebar memanjang tumit tanggul, maka pencegahan gejala piping
dan boiling dapat dilakukan dengan memasang tumpukan beberapa lapis
karung berisi pasir mengelilingi mata air tersebut, membentuk busur-busur
yang kedua ujungnya ditempelkan pada lereng tanggul
Air mengalir melalui pipa-pipa yang dipasang diatas tumpukan karung
tersebut

Akan tetapi jika munculnya mata air keruh yang berasal dari
rembesan/bocoran muncul pada permukaan tanah yang tergenang air, maka
penutup rembesan/bocoran tersebut dapat dilakukan dengan jerami, ijuk
yang dianyam dan diberi pemberat dengan karung berisi pasir atau pemberat
lainnya. Diharapkan air rembesan/bocoran tersebut tidak lagi membawa
butiran-butiran tanah halus
(iv) Apabila rembesan/bocoran menaglir keluar melalui lereng belakang tanggul
yang curam (1 : 1.5 s/d 1 : 2.5), kemungkinan besar akan segera disusul
dengan terjadinya longsor pada lereng belakang tersebut. Dalam keadaan
demikian, disarankan agar rembesan/bocorantersebut dapat segera ditutup
dengan timbunan tanah yang sebelumnya dipagari dengan gedeg yang
diperkuat dengan dolken atau bambu
Sebagai pagar tersbut diatas dapat pula dipergunakan tumpukan karung
berisi pasir
(v) Apabila tersedia batu pecah dan ijuk, maka untuk mencegah gejala piping
dna boiling serta longsor, dapat ditangani dengan pemasangan konstruksi
drainage tumit (toe drain), yaitu dengan menggunakan hamparan ijuk
sebagai filter yang diberi pemberat diatasnya dengan timbunan batu pecah.
Umumnya gejala longsor pada lereng belakang tanggul dapat terjadi akibat
kenaikan kadar air dalam tubuh tanggul yang kadang-kadang dapat mencapai
keadaan jenuh, terutama pada saat terjadi kenaikan air, sehingga air filtrasi
mengalir melalui tubuh tanggul.

Dengan terjadinya peningkatan garis depresi (seepage) di dalam tanggul, maka


terjadilah kenaikan tenakan air pori merupakan salah satu penyebab turunnya
kestabilan lereng tanggul

Cara mengatasinya adalah dengan meningkatkan kembali kestabilan lereng


tersebut, yaitu dengan memasang counterweight. Selanjutnya dengan adanya
kenaikan kec. aliran filtrasi, yang mengakibatkan naiknya kemampuan aliran ini
untuk menghayurkan keluar butiran-butiran halus dari dalam tubuh tanggul atau
lapisan tanah dasar tanggul, dan terjadinya gejala piping dan boiling

Gejala ini dapat diatasi dengan pemasangan hamparan filter tepat di tempat
munculnya mata air mata air dengan air yang keruh menggunakan hamparan
ijuk, jerami, alang-alang yang kemudian diberi pemberat dengan karung pasir,
kerikil atau batu belah
3. Penanggulangan gerusan akibat arus air dan gelombang
a. Memasang batang bambu yang masih berdaun yang pada bagian
ujungnya diberi batu sebagai pemberat, bagian pangkalnya diikat dengan
patok bambu yang dipancangkan pada tubuh tanggul. Dapat juga digunakan
pohon-pohonan lainnya tanpa membuang dahan, rating dan daunnya.

b. Menggunakan gedeg (anyaman bambu) yang bagian ujungnya diberi


batu pemberat dan bagian pangkal (atas) dipasak pada tubuh tanggul.
c. Dapat juga mempergunakan reno-matra meskipun cara ini memerlukan
persiapan yang lama dan persediaan bahan dan peralatan yang baik
selain memerlukan jalan kerja alat-alat berat

4. Cara penanggulangan akibat longsor


a. Longsor bagian belakang
Untuk mencegah gejala longsor yang lebih parah, biasanya diatasi
dengan memasang ‘counterweight’ dengan cara memancang beberapa
baris patok bambu diatas permukaan tanah dibelakang tumit tanggul yang
kemudian diisi dengan karung-karung plastik yang sudah terisi
tanah/pasir
b. Longsor pada lereng depan tanggul, diatasi dengan mempertebal bagian
belakang tangkis, sedang untuk menghindari gerusan-gerusan dan
gelombang dari aliran air, maka pada dinding tangkis sebelah depan
dipasang batang/pohon termasuk dahan, rating dan daunnya yang diikat
pada bongkotan bambu yang dipancang. Atau pada dinding depan tersebut
dipasang sesek yang dipasak pada badan tangkis.
c. Cara lain untuk menanggulangi longsor bagian depan ialah dengan
membuat tangkis darurat dari karung berisi pasir/tanah setinggi tanggul
sendiri

5. Cara Penanggulangan akibat penurunan tanggul


Gejala penurunan tanggul dapat terjadi dalam 3 (tiga) keadaan yaitu :
a. Penurunan tanggul pada seluruh tubuh
b. Penurunan pada lereng depan tanggul dan pada saat banjir sukar
diketahui karena terendam air
c. Penurunan pada lereng belakang tanggul mudah terlihat

6. Cara menutup tanggul yang bobol


4.2.6 Prakiraan dan Pemberitaan Banjir
A. Prakiraan dan Prediksi Banjir (Flood forecasting)
Untuk setiap sungai khususnya sungai yang telah dikelola dengan baik
dan sungai-sungai yang dianggap penting (potensial), perlu fasilitas
prakiraan banjir.
Prakiraan banjir (flood forecasting) adalah kegiatan untuk mengetahui
besaran banjir (how much) dan waktu terjadinya (when). Ini diperlukan
dalam tahap operasi dan untuk peringatan dini. Misalnya akan terjadi
debit 300m3/det besok pagi jam 10.00 di pintu air Manggarai.
Sedangkan, prediksi banjir (flood prediction) bertujuan untuk
mengetahui besaran (how much) dan frekuensi (how often) kejadian banjir.
Prediksi banjir diperlukan dalam tahap perencanaan. Misalnya Q100
(rata-rata terjadi sekali dalam 100 tahun atau probabilitas 1%) di pintu air
Manggarai adalah 370m3/det
Komponen utama pendukung kegiatan forecasting :
1. Pengumpul data
2. Pembuat/ pengoperasi model
3. Pengambil keputusan
 Trace Perbaikan Tanggul
Perlu pula dipahami bahwa mengingat kegiatan menutup
bobolan tanggul adalah termasuk pekerjaan perbaikan
darurat,. Secara garis besar terdapat 3 alternatif trase
dengan keuntungan dan kerugiannya sebagai berikut :
 
Trace A
+ Bekerja dengan kondisi muka air rendah
+ Dapat berfungsi sebagai pelindung (cofferdam)
terhadap trace tanggul permanen
+ Bahan material yang terlepas akan mengisi lubang
bobolan tanggul
Tracenya panjang dan perlu waktu pelaksanaan lama
Perlu volume material timbunan lebih banyak
Banyak gangguan dari pohon2 tumbang
Trace B
+ Bekerja dengan kondisi muka air rendah
+ Tracenya paling pendek
+ Dapat diselesaikan cepat
Kecepatan aliran tinggi
Bahan timbunan kegiatan darurat dapat mengganggu
pelaksanaan perbaikan permanen
 
Trace C
+ Terlindung dari arus yang deras
+ Kecepatan aliran rendah
Tracenya panjang dan perlu waktu pelaksanaan lama
Memerlukan bahan timbunan dengan jumlah volume yang
lebih besar untuk mengisi lubang bobolan dan gerusan dasar
sungai.
123
124
125
Soal

1..Sebutkan anggota tim teknis kaji cepat dan
jelaskan tugasnya.
2.Jelaskan SOP pemanfaatan dana tanggap darurat
bencana dan garis besar persetujuan penggunaan
dana cadangan tanggap darurat.
3.Bagaiman cara penganggulanggan limpasan dan
bocoran/rembesan pada tanggul sungai?

Anda mungkin juga menyukai