Anda di halaman 1dari 7

Konferensi Inter-

DHITO FEBRIAN
Indonesia
WILLIAM MIKHAIL P.
Konferensi Inter-Indonesia adalah konferensi
antara pemerintah Republik Indonesia dan
Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) atau
Badan Permusyawaratan Federal, yaitu suatu
badan yang merupakan kumpulan negara-
negara bagian bentukan Belanda. Konferensi ini
diselenggarakan pada 19-22 Juli 1949 di
Yogyakarta dan 31 Juli-2 Agustus 1949 di
Jakarta. Peserta konferensi Inter-Indonesia
adalah wakil-wakil pemerintah RI dan wakil-
wakil negara bagian yang dipimpin van Mook.
Pendekatan antara pimpinan Republik dan BFO yang
semakin hangat menjelang dilaksanakan
Perundingan Roem - Royen dan kontak-kontak menjelang
dan setelah Pemerintah Republik kembali ke Yogya, telah
membuka jalan untuk mengadakan Konferensi Inter
Indonesia. Delegasi RI ke Konferensi Inter Indonesia,
terbentuk 18 Juli 1949 dipimpin oleh Wakil Presiden/PM
Moh. Hatta.
Sedangkan delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II
dari Pontianak dan Anak Agung dari NIT.
Konferensi Inter Indonesia bertujuan untuk menyatukan
pendapat antara RI dan BFO dalam rangka menghadapi
Belanda dalam KMB. Konferensi dilaksanakan dua tahap.
Tahap pertama
Di Yogyakarta (19 – 22 Juli 1949).
Tahap pertama dalam konferensi inter indonesia ini berlangsung di Yogyakarta.

Apa yang disepakati ?


Tahap ini menyepakati beberapa hal yaitu :
Dalam konferensi tahap pertama telah disepakati bahwa:
1) negara Indonesia Serikat akan diberi nama Republik Indonesia Serikat;
2) Merah Putih adalah bendera kebangsaan;
3) Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan;
4) Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia;
5) 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan.
Hasil Konferensi Inter Indonesia ini ternyata adalah konfirmasi consensus
nasional yang sejak 17 Agustus 1945 direalisasikan dalam perjuangan
bangsa.
Tahap kedua
Di Jakarta (31 Juli – 2 Agustus 1949)
Tahap kedua dari konferensi inter indonesia ini berlangsung di Jakarta.
Konferensi Inter Indonesia tahap kedua bertempat di Gedung Pejambon, Jakarta.

Salah satu keputusan penting yang diambil adalah bahwa BFO


menyokong tuntutan Republik Indonesia atas penyerahan kedaulatan
tanpa ikatan-ikatan politik ataupun ekonomi.
Di bidang militer/pertahanan konferensi memutuska antara lain:
1) Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah
Angkatan Perang Nasional.
2) TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia
yang ada dalam KNIL, dan kesatuan-kesatuan tentara Belanda lain
dengan syarat-syarat yang akan ditentukan lebih lanjut.
3) Pertahanan negara adalah semata-mata hak Pemerintah RIS, Negara-
negara bagian tidak mempunyai angkatan perang sendiri.
Konferensi Inter-Indonesia
melahirkan keputusan sebagai
berikut.

a. Negara Indonesia Serikat dinamakan Republik Indonesia Serikat (RIS).


b. RIS akan dikepalai seorang presiden dibantu menteri yang
bertanggung jawab kepada presiden. Soekarno-Hatta akan menjadi
presiden dan wakil presiden.
c. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari RI maupun dari
kerajaan Belanda.
d. Angkatan Perang RIS adalah Angkatan Perang Nasional. Presiden RIS
adalah Panglima Tertinggi
Angkatan Perang RIS.
Hasil keputusan dalam konferensi Inter-Indonesia tersebut menjadi bahan
pembicaraan dalam Konferensi Meja Bundar ( KMB ).
Dampak dari Konferensi Inter-Indonesia adalah
adanya konsensus yang dibangun melalui
Konferensi Intern-Indonesia yang menjadi modal
berharga bagi pemerintah RI, terutama delegasi
Indonesia yan dtunjuk untuk berunding dengan
Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Den Haag. Keberadaan BFO dan sikap tegas Gde
Agung untuk menolak intervensi Belanda membuat
pemerintah Indonesia memiliki legitimasi yang
makin kuat untuk berunding dengan Belanda di
KMB.

Anda mungkin juga menyukai