Anda di halaman 1dari 11

PDRI

Pemerintahan Darurat Republik Indonesia

Oleh :
Arnisa Melani K. & Sonia Suryani
XI MIA 4
ert i a n
Peng
PDRI atau Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia adalah sebuah negara sementara
berdasarkan mandat dari Soekarno kepada
Mr. Safrudin Prawiranegara yang berada di
Sumatera.
Tujuannya adalah untuk membentuk
pemerintahan darurat /sementara yang
berpusat di Bukittinggi agar Pemerintah
Republik Indonesia tetap berdiri walaupun
Presiden dan pemimpin lain ditangkap
serta ibukota RI telah diduduki Belanda.
Kapan
Terbentuknya
PDRI?

Terbentuknya PDRI sendiri pada


tanggal 19 Desember 1948 pada
jam 18.00 WIB atas inisiatif Mr.
Syarifudin dan beberapa pemuka
pemerintahan di Sumatera.
Pada bulan November hingga
B e la k an g
Latar Desember 1948 Belanda kemudian

e n tu k n y a melancarkan kembali serangan militer


Terb terakhir yang dimaksud untuk
PDRI menghancurkan Indonesia. Pada agresi
militer Belanda II ini tentara Belanda
berhasil masuk ke Yogyakarta,
dan seluruh kota Yogyakarta yang ketika itu menjadi ibu kota Republik
Indonesia berhasil dikuasai oleh Belanda. Kerusuhan di Yogyakarta ini
tak terelakan. Dengan dikuasainya Yogyakarta, maka Belanda berhasil
menawan presiden, wakil presiden dan beberapa pejabat tinggi lainnya.
Mereka kemudian diasingkan ke daerah yang berbeda dengan maksud
dan tujuan tertentu. Hal inilah yang kemudian membuat para tentara
Republik Indonesia. Untuk mengisi kekosongan pemerintahan, maka
dalam sidang kabinet kemudian memutuskan untuk memberikan mandat
kepada Mr. Sjahruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI).
1. Mr. Sjafruddin Prawiranegara:
Ketua merangkap Menteri Pertahanan
Susunan dan Penerangan
2. Mr. Soesanto Tirtoprodjo: Wakil
Kabinet Ketua merangkap Menteri Kehakiman
dan Menteri Pembangunan dan Pemuda

3. Mr. AA. Maramis: Menteri Luar Negeri (berkedudukan di New Delhi,


India)
4. dr. Soekirman: Menteri Dalam Negeri merangkap Menteri Kesehatan
5. Mr. Loekman Hakiem: Menteri Keuangan
6. Mr. IJ. Kasimo: Menteri Kemakmuran dan Pengawas Makanan
Rakyat
7. KH. Masjkoer: Menteri Agama
8. Mr. T. Moh. Hasan: Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan
9. Ir. Indratjahja: Menteri Perhubungan
10. Ir. Mananti Sitompoel: Menteri Pekerjaan Umum
Pe r j al an an S in g k a t
PDRI

Setelah ditawannya Presiden Soekarno, Wakil Presiden


Hatta dan beberapa Menteri lainnya, sesuai dengan rencana
awal dalam sidang kabinet tanggal 19 Desember 1948
bahwa seluruh kekuatan TNI yang masih ada di Yogyakarta
diperintahkan ke luar kota untuk melakukan gerilya.
Angkatan perang yang telah membagi wilayah pertahanan
republik menjadi dua komando, yaitu Jawa dan Sumatra siap
melaksanakan rencana di bidang pemerintahan tersebut.
Untuk melancarkan rencananya telah disiapkan konsepsi
baru dalam bidang pertahanan.
Pe r j al an an S in g k a t
PDRI

Konsepsi tersebut dituangkan dalam perintah siasat nomor 1


tahun 1948 yang pokok isinya adalah sebagai berikut:
1. Tidak melakukan pertahanan yang linear
2. Memperlambat setiap majunya serbuan musuh dan pe-
ngungsian total, serta bumi hangus total
3. Membentuk kantong-kantong di tiap onderdistrik yang
mempunyai kompleks di beberapa pegunungan, dan
4. Pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal
menyusup ke belakang garis musuh dan membentuk
kantong-kantong sehingga seluruh pulau Jawa akan
menjadi medan gerilya yang luas
Pe r j al an an S in g k a t
PDRI

Kemudian pada tanggal 1 Maret 1949 terjadilah


serangan umum terhadap kota Yogyakarta yang
diduduki oleh Belanda ketika itu. Penyerangan ini
dilakukan oleh TNI dan dipimpin oleh Letnan
Kolonel Suharto. Awal penyerangan ini dibentuk
sektor-sektor untuk mempermudah pengepungan.
Sektor barat dipimpin oleh major Fentje Sumual,
sektor untuk selatan dan timur dipimpin oleh major
Sarjono, sektor utara dipimpin oleh major Kusno.
Pe r j al an an S in g k a t
PDRI

Untuk sektor kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono


dan Letnan Masduki. Serangan dilakukan dari berbagai
penjuru kota, sehingga dalam waktu 6 jam Yogyakarta
behasil di kepung dan di kuasai oleh TNI. Dan serangan
umum ini berhasil mencapai tujuannya yaitu mendukung
perjuangan secara diplomasi dan meninggikan moral
rakyat serta TNI yang sedang bergerilya, menunjukkan
kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai
kekuatan yang mampu mengadakan ofensif serta
mematahkan moral pasukan Belanda.
Akhir dari PDRI
Berakhirnya kepemerintahan PDRI ini
kemudian berkaitan erat dengan perundingan
Roem-Royen dimana Belanda menyetujui
pemerintahan republik ke Yogyakarta. Dan
membebaskan tahanan politik yang ditahan
sejak 19 Desember 1948 tersebut, hal ini juga
berarti bahwa pemerintahan kedaulatan akan
segera diserahkan oleh Belanda kepada RIS.
Ditambah dengan meninggalnya panglima
militer Belanda Simon H. Spoor, yaitu salah
satu tokoh yang memprakarsai perebutan
kedaulatan pemerintahan Indonesia.
Akhir dari PDRI

Pemerintahan yang berlangsung kurang


lebih selama 7 bulan ini berakhir ketika
penyerahan mandat dari PDRI kepada Hatta
pada tanggal 14 Juli 1948. Setelah
perjanjian Roem-Royen disahkan dan Natsir
meyakinkan Prawiranegara untuk datang
dan menyelesaikan dualisme
kepemerintahan yang ada pada saat itu yaitu
PDRI dan Kabinet Hatta.

Anda mungkin juga menyukai