Askep Luka Bakar
Askep Luka Bakar
orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area
pada anak-anak..
Tingkat III 10% atau lebih.
pernafasan.
Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
c. Elektrolit
menurunya kalium dan meningkatnya natrium,
klorida dan BUN.
d. Ginjal
Peningkatan haluaran urine.
aliran darah
Gejalanya : suhu bervariasi, nadi 140-170 x/mnt,
endokrin.
Kenaikan keb nutrisi, meningkat aliran glukosa,
atau tanah
Mendinginkan luka bakar : basahi air yg sejuk dan kompres
dingin
Melepaskan benda penghalang : perhiasan segera dilepas.
Profilaksus tetanus
Pendidikan/penyuluhan kesehatan
3. Penanganan luka bakar berat
Reevaluai jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma yg
mungkin terjadi.
Resusitasi cairan (penggantian cairan yg hilang)
Pemasangan NGT
Management nyeri
Propilaksus tetanus
Pengumpulan data
Perawatan luka
PEDOMAN DAN RUMUS UNTUK PENGGANTIAN CAIRAN PADA
PASIEN LUKA BAKAR
Rumus Larutan RL 2-4 ml x kg BB x % luas LB.
konsesu Separuh diberikan dlm 8 jam pertama, sisanya 16 jam berikutnya.
s
Rumus 1. Koloid : 1 ml x kg BB x % luas LB.
Evans 2. Elektrolit : 1 ml x kg BB x % luas LB.
3. Glukosa 5% : 2000 ml untuk kehilangan insensibel.
Hari 1 : separuh diberikan 8 jam pertama, sisanya 16 jam berikutnya.
Hari 2 : separuh cairan elektrolit dan koloid yg diberikan pd hari sebelumnya,
selruh penggantian cairan insesibel.
Maks 10.000 ml selama 24 jam. LB derajat 2 dan 3 melebihi 50% TBSA.
Rmspar RL : 4 ml x kgBB x % luas LB.
kland/B Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh 16 jam berikutnya.
axter Hari 2 : bervariasi. Ditambahkan koloid
Rms 1. Koloid : 0,5 ml x kg BB x % luas LB.
Brooke 2. Elektrolit (ringer laktat) : 1,5 ml x kg BB x % luas LB.
army 3. Glukosa 5% : 2000 ml untuk kehilangan insensibel.
Hari 1 : separuh diberikan 8 jam pertama, sisanya 16 jam berikutnya.
Hari 2 : separuh cairan elektrolit dan koloid yg diberikan pd hari sebelumnya,
selruh penggantian cairan insesibel.
LB derajat 2 dan 3 yg melebihi 50% TBSA dihitung berdasarkan 50% TBSA
Larutan salin hipertonik
Larutan pekat natrium klorida (NaCL0 dan laktat dg
1. Pengkajian
Inventarisasi data pengkajian yg didapat dari petugas luar rumah sakit.
Bila pasien mampu bicara, lakukan pertanyaan ttg proses dan
mekanisme cedera.
Pengkajian TTV harus diperiksa dengan sering.
Pada LB derajat 2 dan 3, infus dan kateter urine harus dipasang.
Pengkajian suhu, BB, rwyt praluka, alergi, imunisasi tetanus, masalah
medis, penyakit sekarang, dan penggunaan obat.
Pengkajian fisik dg berfokus pada tanda dan gejala.
Pengkajia luas LB.
Pengkajian neurologis berfokus pada tingkat kesadaram
Diagnosa keperawatan Fase Darurat
1. Aktual/resiko gangguan Pertukaran gas bd keracunan karbon
monosida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.
2. Aktual/resiko bersihan jalan napas tidak efektif bd edema dan
efek inhalasi asap.
3. Ketidak seimbangan Cairan dan elektrolit bd ketidak
seimbangan elektrolit dan kehilangan volume plasma dari
pembuluh darah.
4. hipotermia bd ggn mikrosirkulasi kulit dan luka yg terbuka.
5. Nyeri bd hipoksia jaringan, cedera jaringan.
6. Kecemasan bd ketakutan dan dampak emosional dari luka
bakar.
Intervensi
Tujuan utama mencakup pemeliharaan saluran napas
paten, ventilasi, oksigenasi jaringan, pencapaian
keseimbangan cairan serta elektrolityg optimal dan
perfusi organ-organ vital, pemeliharaan suhu tubuh
yang normal, rasa nyeri serta ansietas yg minimal
dan tidak ada adanya komplikasi yg potensial.
Intervensi
1. Kerusakan pertukaran gas
a. Berikan oksigen yg dilembabkan
b. Kaji bunyi nafas, frkew napas, irama, pantau tanda tanda hipoksia.
c. Amati : eritema pd mukosa bibir dan pipi, lubang hidung yg gosong,
lka bakar pada muka ,leher dan dada, bertambanya suara parau,
adanya hangus dlm sputum.
d. Pantau hasl gas darah arteri, hasil oksimetri dnenyut nadi dan kadar
Hb.
e. Laporkan pernapasan yg berta, penurunan dlm pernapasan dan tanda
tanda hipoksia.
f. Kolaborasi dlm intubasi dan eskarotomi
g. Pantau pasien yg menggunakan ventilator.
Kurangnya volume cairan
a. Amati TTV, haluaan urine, hipovolemia, atau
kelebihan caiaran
b. Pantau haluaran urine setiap jam dan timbang BB
c. Pertahan pemberian infus dan mengatur tetesan
d. Amati gejala defisiensi atau kelebihan kadar
natrium, kalium , kalsium, fosfor dan bikarbonat.
e. Naikan bg kepala tempat tidur dan tinggikan
ekstremitas yg terbakar
Evaluasi
Hasil yg di harapkan
1. Memelihara pertukaran gas dan bersihan sal nps : tdk dispnea, RR antara 12-
20 x/m, suara paru bersih, saturasi oksigen melebihi 96%, sekret minimal tdk
berwarna dan encer.
2. Mendapatkan kembali balance C & E optimal : kadar elektrolit serum normal,
frek jantung dan TD normal, refleks dan tonus otot yg normal, urine yg jernih
berwrna kuning jernih, nilai protein, gula, pH, BJ normal, Hb dan Ht normal.
3. Memperlihatkan suhu tbh yg akseptabel : suhu 37 -38 C, rasa nyaman tanpa
menggigil.
4. Menyatakan rasa nyeri yg terkendali ; tingkat nyeri rendah, tdk
memperlihatkan tannda nonverbal yg menunjukaan rasa nyeri.
5. Memperlihatkan tingkat ansietas minimal.
6. Tdk mengalami komplikasi
2. Fase akut
Fase akut pada perawatan luka bakar berlansung
sesudah fase darurat dan dimulai 48 hingga 72 jam
setelah terjadinya luka bakar.
Fase akut
1. Ancaman infeksi
LB tetap menjadi media yg sangat baik bagi
pertumbuhan dan perbanyakan kuman.
eskar pd LB mrpkn krusta yg nonviabel tanpa suplai
darah shg tdk ada satupun dr leukosit atau antibodi yg
menjangkau daerah tsb.
Sepsis pd LB memiliki karakteristik sbb : inflamasi, 10 5
bakteri per gram jaringan, pembentukan endapan dan
trombosis dlm pembuluh darah dermis.
Sumber utma infeksi terdapat pada traktus intestinal pasien
sendiri. Sumber yg kedua adalah lingkungan
2. Perawatan luka umum
perawatan luka mencakup pembersihan luka dan
debridemen, pengolesan preparat antibiotik serta
pembalutan.
Pencangkokan kulit split thicknes diperlukan
untuk menutup LB derajat 3 dan 2.
prosedur khusus hrs diikuti dlm perawatan luka
bakar muka, telinga, mata dan genetalia.
3. Perawatan luka
1. Hidroterapi
Merendam dan spray dilakukan selama 30 menit
salin
Metode terbuka : luka dibiarkan terbuka agar terkena udara,
Pencangkokan kulit
5. Debridemen
Debridemen mekanik : meliputi penggunaan gunting
sendiri.
Balutan biologik (homograft : kulit yg didapat dari