Anda di halaman 1dari 60

Askep Luka Bakar

TIM KMB FKES UMPRI


Pengertian
 Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan yg disebabkan kontak dg sumber panas spt
api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
(Smeltzer, suzanna, 2002).
Klasifikasi luka bakar
 Berdasarkan penyebab : api, air panas, bahan
kimia, listrik, radiasi, suhu rendah.
 Berdasarkan kedalaman luka bakar : LB derajat I,
II, III.
 Berdasarkan tingkat keseriusan luka : LB Mayor,
moderat, minor.
 Ukuran luas luka bakar : rule of nine, diagram
Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dr sumber panas
ke tbh melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik.
Berdasarkan perjalanan LB
1. Fase akut ; problem yg ada pd ggn sal napas krn cidera
inhalasi dan ggn sirkulasi, tjd ggn keseimbangan sirkulasi
cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat
sistemik.
2. Fase sub akut : berlangsung setelah shock berakhir. LB
akibat kerusakan jaringan menimbulkan masalah
inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tbh disertai
panas/energi.
3. Fase lanjut :setelah tjd penutupan luka sampai tjd
maturasi. Masalah pd fase ini adalah parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lainya.
Patofisiologi Luka Bakar
1. Pada kulit
 Perubahan patofisiologik luka bakar tergantung
pada luas dan ukuran luka bakar.
 LB yg kecil respon tubuh bersifat lokal yaitu
terbatas pd area yg mengalami injury.
 LB yg luas misalnya 25% dari total permukaan
tubuh atau lebih besar, maka respon tubuh thd
injury dpt bersifat sistemik
2. Respon sistemik
 Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yg berat

adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat


hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya
perpindahan cairan , natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruang interstisial.
 Ketidakstabilan hemodinamika melibatkan

mekanisme kardiovskuler , kesimbangan cairan dan


elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner.
Respon kardiovaskuler
 Berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya
volume vaskuler maka curah jantung akan terus turun
dan terjadi penurunan tekanan darah.
 Sebagai respon sistem saraf sistem simpatik akan
melepaskan katekolamin yg meningkatkan resistensi
perifer (vasokontriksi) & frekw nadi, vasokontriksi
akan menurunkan curah jantung.
 Resusitasi cairan yg segera dilakukan memungkinkan
dipertahankanya TD normal yg rendah shg curah
jantung membaik
 Kebocoran cairan yg terbesar terjadi 24-36 jam
pertama mencapai puncaknya 6 – 8 jam .
 Dengan pemulihan integritas kapiler syok luka
bakar akan menghilang dan cairan mengalir ke
dalam kompartemen vaskuler.
 Diuresis berlanjut selama beberapa hari hingga 2
minggu
Efek pada cairan , elektrolit, dan volume darah

 Vol darah yg beredar akan menurun dramatis pd saat terjadi


syok luka bakar.
 Respon kadar natrium serum thd resusitasi cairan bervariasi,
hiponatrium dlm minggu pertama pd fase akut karena air akan
pindah dari ruang interstisial ke dlm ruang vaskuler.
 Hiperkalemia akibat dari dektrusi sel yang masif.
 Hipokalemia terjadi berpindahnya cairan tidak memadainya
asupan cairan.
 SDM dihancurkan dan sebagian lainya mengalami kerusakan
shg menyebabkan anemia
 Hematokrit dpt meninggi akibat kehilangan plasma.
Sistem pulmonal
1. Smoke Inhaltion
 Menghisap asap dapat mengakibatkan injury pulmonal

yg seringkali b.d injury akibat jilatan api.


 Manifestasi : Lb pd wajah, kemerahan pembengkakan

pada orofaring/nasopharing, rambut hidung yg gosong,


takipnu,kecemasan, stridor, wheziing, dyspnea, suara
serak, batuk.
2. Keracunan carbon monoxida
 Ggn tajam penglihatan, nyeri kepala, mual, ggn

ketangkasan, muntah, tachicardia, koma, mati.


DALAMNYA LUKA BAKAR
Karakteristik luka bakar menurut kedalaman

Kedalaman dan Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan


etiologi kulit yg kesembuhan
terkena
Derajat I epidermis Kesemutan, Memerah, menjadi waktu 1
(superfisial) hiperestesia, putih ketika minggu.
Tersengat rasa nyeri ditekan, eritema, Pengelupasan
matahari, api dg mereda bila minimal atau tanpa kulit
intesitas rendah didinginkan edema
Derajat II Epidermis Nyeri, Melepuh,dasar luka 2-3 minggu.
(partial- dan bagian hiperestesia, berbintik-bintik Pembentukan
Thickness) dermis sensitif merah, epidermis parut dan
Tersiram air terhadap retak, permukaan depigmentasi,
mendidih, udara dingin luka basah. infeksi dapat
terbakar api Edema menubah
menjadi derajat
3
Kedalaman Bagian kulit Gejala Penampilan Perjalanan
dan etiologi yg terkena luka kesembuhan
Derajat III Epidermis, Tidak terasa Kering : LB Pembentukan
(full-thickness) keseluruhan nyeri. berwarna eskar.
Terbakar nyala dermis dan Syok putih. perlu
api, terkena kadang-kadang Hematuria dan Kulit retak dg pencakokan.
cairan jaringan hemolisis. bagian lemak Pembentukan
mendidih subkutan Kemungkinan yg tampak. parut dan
dalam waktu terdapat luka Edema hilangnya fungsi
yg lama. bakar dan kulit.
Tersengat arus keluar Hilangnya jari
listrik tangan atau
ekstremtas dapat
terjadi.
LUAS LUKA BAKAR
Metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi :
1. RULE OF NINE
 estimasi luas permukaan tubuh yg terbakar disederhanakan

dg menggunakan rumus sembilan.


1. LUND AND BROWDER
2. metode yg lebih tepat untuk memperkirakan luas
permukaan tubuh yg terbakar yg mengakui bahwa
persentase luas luka bakar pada berbagai anatomik.
3. HAND PALM (metode telapak tangan )
4. pada banyak pasien dg luka bakar yg menyebar, lebar
telapak tangan ± 1% luas permukaan tubuhnya.
1. Metode rule of nine
Wallace membagi tubuh atas bagian
9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atua rule
of wallace yaitu:
1. Kepala dan leher : 9%
2. Lengan masing-masing 9% : 18%
3. Badan depan 18%, badan
belakang 18% : 36%
4. Tungkai maisng-masing 18% :
36%
5. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
2. METODE LUND AND BROWDER
Permukaan tubuh/usia 1 1-4 5-9 10-14 15 dewasa
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Dada & perut 13 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13 13
Pantat kiri/kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Genetalia 1 1 1 1 1 1
Lengan atas kiri/kanan 4 4 4 4 4 4
Lengan bawah ki/ka 3 3 3 3 3 3
Tangan kiri/kanan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Tungkai atas kiri/kanan 5,5 6.5 8 8,5 9 9,5
Tungkai bawah ki/ka 5 5 5.5 6 6,5 7
Kaki kiri/kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
total 100 100 100 100 100 100
BERAT RINGANNYA LUKA
BAKAR
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan
beberapa faktor antara lain :
1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar.
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.
KLASIFIKASI TINGKAT KEGAWATAN LUKA
BAKAR

1. LUKA BAKAR RINGAN (MINOR) :


 Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface
Area pada orang dewasa atau kurang dari 10%
Total Body Surface Area pada anak-anak.
 Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface
Area yang tidak disertai komplikasi.
2. LUKA BAKAR SEDANG (MODERATE) :
 Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area
pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20%
Total Body Surface Area pada anak-anak.
 Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface
Area yang tidak disertai komplikasi.
3. LUKA BAKAR KRITIS (MAYOR):
 Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada

orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area
pada anak-anak..
 Tingkat III 10% atau lebih.

 Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga,

kaki dan perineum..


 Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi

pernafasan.
 Luka bakar sengatan listrik (elektrik).

 Luka bakar yang disertai dengan masalah yang

memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak,


fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya..
MANIFESTASI KLINIS
a. Cedera inhalasi
 Keracunan karbon monosida : susunan saraf pusat
dari sakit kepala sampai koma.
 Distres pernafasan : penurunan oksigen
tandanya : serak, ngiler, ketidakmampuan
menangani sekresi.
 Cidera pulmonal : pernafasan cepat dan sulit,
krakles, stridor dan batuk pendek.
b. Hematologi.
hematokrit meningkat sekunder kebocoran kapiler
dan kehilangan volume plasma, menurunya SDP
dan trombosit serta meningkatnya leukosit.

c. Elektrolit
menurunya kalium dan meningkatnya natrium,
klorida dan BUN.
d. Ginjal
 Peningkatan haluaran urine.

 Respon renalis : GFR menurun urine menurun


GGA.
 Respon kardiovaskuler : perpindahan cairan IV dan

EV krn kebocoran kapiler dan edema, volume


darah menurun shg TD menurun.
e. Sepsis
 pd LB luas bakteri menyerang luka masuk ke dlm

aliran darah
 Gejalanya : suhu bervariasi, nadi 140-170 x/mnt,

penurunan TD, paralitik ileus, perdarahan jelas dan


luka.
f. Syok hipovolemik
g. Metabolik
 Hipermetabolik serta kehilangan BB.

 Aktivitas GI menurun krn efek hipovolemik

endokrin.
 Kenaikan keb nutrisi, meningkat aliran glukosa,

pengeluaran banyak protein dan lemak.


 LB > 40% LPTT menunjukan adanya penurunan

BB 25% dr BB sebelum dirawat di RS sampai 3


minggu setelah LB.
Fase pada perawatan luka bakar
fase Durasi Prioritas
Fase Dari awitan cedera hingga •Pertolongan pertama.
resusitasi selesainya resusitasi cairan •Pencegahan syok
•Pencegahan ggn pernapasan.
•Deteksi dan penanganan cedera yg
menyertai.
•Penilaian luka dan perawatan
pendahuluan
Fase akut Dari dimulainya diuresis • perawatan dan penutupan luka.
hingga hampir selesainya •Pencegahan atau penanganan komplikasi
proses penutupan luka termasuk infeksi.
•Dukungan nutrisi
Fase Dari penutupan luka yg besar •Pencegahan parut dan kontraktur.
rehabilitasi hingga kembalinya kepada •Rehabilitasi fisik, oksupasional dan
tingkat penyesuaian fisik dan vokasional.
psikososial yang optimal •Rekonstruksi fungsional dan kosmetik.
•Konseling psikososial
1. FASE
DARURAT/RESUSITASI
1. Perawatan di tempat kejadian
 Mematikan api : menjatuhkan dan mengulingkan dilantai

atau tanah
 Mendinginkan luka bakar : basahi air yg sejuk dan kompres

dingin
 Melepaskan benda penghalang : perhiasan segera dilepas.

 Menutup luka bakar : secepatnya ditutup dg kasa steril

 Mengirigasi luka bakar kimia : irigasi dg air mengalir.

 Airway, breathing, and circulation: pemberian oksigen

 Pencegahan syok : pemberian infus cairan dan elektrolit.


3. Penanganan luka bakar ringan
 Managemen nyeri

 Profilaksus tetanus

 Perawatan luka awal

 Pendidikan/penyuluhan kesehatan
3. Penanganan luka bakar berat
 Reevaluai jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma yg

mungkin terjadi.
 Resusitasi cairan (penggantian cairan yg hilang)

 Pemasangan kateter urine

 Pemasangan NGT

 Pemeriksaan TTV dan laboratorium

 Management nyeri

 Propilaksus tetanus

 Pengumpulan data

 Perawatan luka
PEDOMAN DAN RUMUS UNTUK PENGGANTIAN CAIRAN PADA
PASIEN LUKA BAKAR
Rumus Larutan RL 2-4 ml x kg BB x % luas LB.
konsesu Separuh diberikan dlm 8 jam pertama, sisanya 16 jam berikutnya.
s
Rumus 1. Koloid : 1 ml x kg BB x % luas LB.
Evans 2. Elektrolit : 1 ml x kg BB x % luas LB.
3. Glukosa 5% : 2000 ml untuk kehilangan insensibel.
Hari 1 : separuh diberikan 8 jam pertama, sisanya 16 jam berikutnya.
Hari 2 : separuh cairan elektrolit dan koloid yg diberikan pd hari sebelumnya,
selruh penggantian cairan insesibel.
Maks 10.000 ml selama 24 jam. LB derajat 2 dan 3 melebihi 50% TBSA.
Rmspar RL : 4 ml x kgBB x % luas LB.
kland/B Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh 16 jam berikutnya.
axter Hari 2 : bervariasi. Ditambahkan koloid
Rms 1. Koloid : 0,5 ml x kg BB x % luas LB.
Brooke 2. Elektrolit (ringer laktat) : 1,5 ml x kg BB x % luas LB.
army 3. Glukosa 5% : 2000 ml untuk kehilangan insensibel.
Hari 1 : separuh diberikan 8 jam pertama, sisanya 16 jam berikutnya.
Hari 2 : separuh cairan elektrolit dan koloid yg diberikan pd hari sebelumnya,
selruh penggantian cairan insesibel.
LB derajat 2 dan 3 yg melebihi 50% TBSA dihitung berdasarkan 50% TBSA
Larutan salin hipertonik
 Larutan pekat natrium klorida (NaCL0 dan laktat dg

konsentrasi 250-300 mEq natrium/ltr yg diberikan


dengan kecepatan yg cukup untuk mempertahankan
volume keluaran urine yg diinginkan. Jangan
meningkatkan kecepatan infus selama 8 jam pertama
pasca luka bakar.
 Kadar natrium serum harus dipantau dg ketat, tujuan :

meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas


untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi
paru
 Contoh :
“ penggantian cairan pasien BB 70 kg dengan luas
LB 50%”
1. Rumus konsensus : 2-4 ml/kg/% luas LB.
2. Hitung : 2 x 70 x 50 = 7000 ml/24 jam
3. Rencana pemberian infus : 8 jam pertama = 3500
ml atau 437 ml/jam, berikutnya 16 jam = 3500 ml,
atau 219 ml/jam.
Catatan
“ rumus hanya mrpkn panduan. Respon pasien yg
dibuktikan berdasarkan frekw jantung, tekanan
darah dan haluaran urine mrpkn determinan primer
terapi cairan yg aktual dan hrs dinilai sedikitnya
setiap jam sekali. Hasil akhir pasien diperbaiki oleh
resusitasi cairan yg optimal.
Tujuan terapi penggantian cairan:
 Tekanan sistolik yg melebihi 100 mmHg,

 nadi < 110 /mnt,

 haluran urine sebanyak 30 hingga 50 ml/jam.

Ukuran tambahan dlm resusitasi mencakup nilai hematokrit


dan , hemoglobin, dan kadar natrium serum. Jika
hematokrit dan Hb menurun atau haluaran urine > 50
ml/jam, kecepatan pemberian cairan infus dpt
diturunkan.
ASKEP LUKA BAKAR PADA FASE RESUSITASI

1. Pengkajian
 Inventarisasi data pengkajian yg didapat dari petugas luar rumah sakit.
 Bila pasien mampu bicara, lakukan pertanyaan ttg proses dan
mekanisme cedera.
 Pengkajian TTV harus diperiksa dengan sering.
 Pada LB derajat 2 dan 3, infus dan kateter urine harus dipasang.
 Pengkajian suhu, BB, rwyt praluka, alergi, imunisasi tetanus, masalah
medis, penyakit sekarang, dan penggunaan obat.
 Pengkajian fisik dg berfokus pada tanda dan gejala.
 Pengkajia luas LB.
 Pengkajian neurologis berfokus pada tingkat kesadaram
Diagnosa keperawatan Fase Darurat
1. Aktual/resiko gangguan Pertukaran gas bd keracunan karbon
monosida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.
2. Aktual/resiko bersihan jalan napas tidak efektif bd edema dan
efek inhalasi asap.
3. Ketidak seimbangan Cairan dan elektrolit bd ketidak
seimbangan elektrolit dan kehilangan volume plasma dari
pembuluh darah.
4. hipotermia bd ggn mikrosirkulasi kulit dan luka yg terbuka.
5. Nyeri bd hipoksia jaringan, cedera jaringan.
6. Kecemasan bd ketakutan dan dampak emosional dari luka
bakar.
Intervensi
Tujuan utama mencakup pemeliharaan saluran napas
paten, ventilasi, oksigenasi jaringan, pencapaian
keseimbangan cairan serta elektrolityg optimal dan
perfusi organ-organ vital, pemeliharaan suhu tubuh
yang normal, rasa nyeri serta ansietas yg minimal
dan tidak ada adanya komplikasi yg potensial.
Intervensi
1. Kerusakan pertukaran gas
a. Berikan oksigen yg dilembabkan
b. Kaji bunyi nafas, frkew napas, irama, pantau tanda tanda hipoksia.
c. Amati : eritema pd mukosa bibir dan pipi, lubang hidung yg gosong,
lka bakar pada muka ,leher dan dada, bertambanya suara parau,
adanya hangus dlm sputum.
d. Pantau hasl gas darah arteri, hasil oksimetri dnenyut nadi dan kadar
Hb.
e. Laporkan pernapasan yg berta, penurunan dlm pernapasan dan tanda
tanda hipoksia.
f. Kolaborasi dlm intubasi dan eskarotomi
g. Pantau pasien yg menggunakan ventilator.
Kurangnya volume cairan
a. Amati TTV, haluaan urine, hipovolemia, atau
kelebihan caiaran
b. Pantau haluaran urine setiap jam dan timbang BB
c. Pertahan pemberian infus dan mengatur tetesan
d. Amati gejala defisiensi atau kelebihan kadar
natrium, kalium , kalsium, fosfor dan bikarbonat.
e. Naikan bg kepala tempat tidur dan tinggikan
ekstremitas yg terbakar
Evaluasi
Hasil yg di harapkan
1. Memelihara pertukaran gas dan bersihan sal nps : tdk dispnea, RR antara 12-
20 x/m, suara paru bersih, saturasi oksigen melebihi 96%, sekret minimal tdk
berwarna dan encer.
2. Mendapatkan kembali balance C & E optimal : kadar elektrolit serum normal,
frek jantung dan TD normal, refleks dan tonus otot yg normal, urine yg jernih
berwrna kuning jernih, nilai protein, gula, pH, BJ normal, Hb dan Ht normal.
3. Memperlihatkan suhu tbh yg akseptabel : suhu 37 -38 C, rasa nyaman tanpa
menggigil.
4. Menyatakan rasa nyeri yg terkendali ; tingkat nyeri rendah, tdk
memperlihatkan tannda nonverbal yg menunjukaan rasa nyeri.
5. Memperlihatkan tingkat ansietas minimal.
6. Tdk mengalami komplikasi
2. Fase akut
Fase akut pada perawatan luka bakar berlansung
sesudah fase darurat dan dimulai 48 hingga 72 jam
setelah terjadinya luka bakar.
Fase akut
1. Ancaman infeksi
 LB tetap menjadi media yg sangat baik bagi
pertumbuhan dan perbanyakan kuman.
 eskar pd LB mrpkn krusta yg nonviabel tanpa suplai
darah shg tdk ada satupun dr leukosit atau antibodi yg
menjangkau daerah tsb.
 Sepsis pd LB memiliki karakteristik sbb : inflamasi, 10 5
bakteri per gram jaringan, pembentukan endapan dan
trombosis dlm pembuluh darah dermis.
 Sumber utma infeksi terdapat pada traktus intestinal pasien
sendiri. Sumber yg kedua adalah lingkungan
2. Perawatan luka umum
perawatan luka mencakup pembersihan luka dan
debridemen, pengolesan preparat antibiotik serta
pembalutan.
Pencangkokan kulit split thicknes diperlukan
untuk menutup LB derajat 3 dan 2.
prosedur khusus hrs diikuti dlm perawatan luka
bakar muka, telinga, mata dan genetalia.
3. Perawatan luka
1. Hidroterapi
 Merendam dan spray dilakukan selama 30 menit

 Dibersihkan secara-perlahan dan hati-hati dengan

menggunakan berbagai macam larutan spt sodium


hipoclroride, providon iodine.
 Selama berendam pasien didorong agar sedapat

mungkin bergerak aktif


2. Terapi antibiotik lokal
 Preparat antibiotik lokal tdk mensterilkan LB tetapi

hanya mengurangi jumlah bakteri


3. Balutan
 Penggunaan penutup luka khusus

 Balutan atau kasa yg menempel sebelumnya dibasahi larutan

salin
 Metode terbuka : luka dibiarkan terbuka agar terkena udara,

keberhasilanya bergantung pada lingkungan yg bebas kuman.


 metode tertutup : balutan oklusif mrpkn kasa tipis yg

sebelumnya dibubuhi dg preparat khusus.


4. Penutupan luka
 Penutupan luka sementara

 Pencangkokan kulit
5. Debridemen
 Debridemen mekanik : meliputi penggunaan gunting

untuk memisahkan jaringan eskar. Dilakukan setiap


hari.
 Debridemen alami : jaringan mati akan memisahkan

diri spontan dari jaringan viabel yg ada dibawahnya.


 Debridemen pembedahan : tindalan operasi dg

melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit samapi


fasia atau mengelupas kulit yg terbakar
4. Graft pada luka bakar.
 Autograft : pencangkokan dari kulit pasien itu

sendiri.
 Balutan biologik (homograft : kulit yg didapat dari

manusia yg hidup atau yg baru meninggal dan


heterograft : kulit yg diambil dari binatang) .
 Balutan luka biosintetik dan sintetik.
5. Pentalaksanaan nyeri
 Meminimalkan nyeri dengan pemberian analgetik

sebelum menghadapi perawatan luka.


 Pembiusan untuk tindakan pencangkokan
6. Dukungan nutrisi
 Kebutuhan protein berkisar 1,5 – 4,0 gm protein

per kg BB setiap 24 jam.


 Kebutuhan karbohidrat : 5000 kalori per hari.

 Vitamin dan mineral yang adekuat.


Kelainan pada penyembuhan luka
 Parut : sikatriks yg hipertropik dan kontraktur luka jika LB
yg primer melampaui tingkat lapisan dermis yg dalam.
 Keloid : massa jaringan parut yg besar dan bertumpuk
akan terjadi dan dapat meluas sampai kepermukaan luka.
 Kegagalan untuk sembuh : disebabkan infeksi dan nutrisi
yg tidak adekuat.
 Kontraktur : jaringan tubuh yg terbakar akan memendek
karena gaya yg ditimbulkan oleh sel-sel fibroblast dan
fleksi otot dlm proses kesembuhan luka yg alami.
Askep luka bakar fase akut
1. Pengkajian
 Pengkajian pada sistem respirasi dan cairan tetap
jadiprioritas.
 TTV harus diukur dengan sering.
 Hasil observasi EKG.
 Pengkajian thd isi lambung dan pH pada pasien yg
dipasang NGT.
 Pengkajian LB memerlukan mata, tangan dan
indera pembau yg berpengalaman.
Data penunjang
 SDM : penurunan SDM
 SDP : peningkatan SDP
 Gas darah arteri : penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2
 Karboksihemoglobin : meningkat mengindikasikan keracunan Carbon monoksida
 Serum elektrolit : potasium akan meningkat, sodium menurun.
 Sodium urine : untuk mengetahui adekuatnya resusitasi cairan
 Glukosa serum: refleksi respon thd cairan
 BUN/Creatinin : menurunya fgs renal
 Urin : albumin, Hb, mioglobulin, warna urine merah kehitaman.
 Rontgen dada : gambaran paru
 Bronkhoskopi : mendiagnosa injury paru.
 EKG : ggn irama jantung
 Foto luka : dokumentasi perbandingan perkembangan penyembuhan luka.
Diagnosis kep Fase Akut
1. Kelebihan volume cairan bd pemulihan kembali integritas kapiler dan
perpindahan cairan dari ruang interstisial ke dalam intravaskuler.
2. Potensial Infeksi bd gangguan integritas kulit. Terganggunya respon imun.
3. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
peningkatan rata-rata metabolisme.
4. Gangguan integritas kulit bd dg luka bakar terbuka.
5. Nyeri bd saraf yg terbuka, penangan luka bakar
6. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur.
7. Koping tidak efektif bd perasaan takut.
8. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan
penampilan fisik

9. Kurang pengetahuan tentang proses penangan luka bakar.


Intervensi
Tujuan mencakup pemulihan keseimbangan cairan yg
normal, tidak adanya infeksi, tercapainya status
anabolik dan BB normal, membaiknya integritas
kulit, pengurangan rasa nyaeri serta
ketidaknyamanan, mobilitas fisik yg
optimal,kemampuan koping pasien serta keluarga
yg adekuat, pengetahuan pasien yg adekuat,dan
tidak adanya komplikasi.
3. Fase Rehabilitasi
 Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan
merupakan fase terakhir dari perawatan luka bakar.
 Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka
bakar adalah peningkatan kemandirian melalui
pencapaian perbaikan fungsi yg maksimal.
Askep luka bakar fase rehabilitasi
1. Pengkajian
 Informasi ttg tingkat pendidikan, pekerjaan, kegiatan
rekreasi, latar belakang budaya, agama dan interksi
keluarga.
 Konsep diri, status mental, respon emosional, tingkat
fgs intelektual, perawatan rumah sakit sebelumnya,
respon nyeri.
 Pemeriksaan jasmani spt rentang gerak sendi,
kemampuan akativitas sehari-hari, toleransi terhadap
aktivitas.
Diagnosis kep fase rehabilitatif
 Intolernasi aktivitas bd rasa nyeri ketika latihan,
mobilitas terbatas.
 Gangguan citra tubuh bd perubahan pada
penampakan fisik dan konsep diri
 Kurang pengetahuan ttg perawatan dirumah.
intervensi
Tujuan mencakup meningkatka kativitas hidup
sehari-hari, peningkatan pemahaman ttg LB,
penanganan dan perawatan tindak lanjut yg
direncanakan, adaptasi dengan berbgai perubahan
pada citra tubuh, konsep diri serta gaya hidup, dan
tidak adanya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai