Anda di halaman 1dari 20

Praktikum

farmakologi II
“analisis Efek Obat Hipoglikemia
Oral pada Hewan uji
Disusun oleh
(kelompok 3 2A) :
▧ Muhammd iqbal (1904277019)
▧ Mutiara Amalia Maulidini (1904277020)
▧ Nabila Putir Pratiwi (1904277021)
▧ Nasrul ridwan (1904277022)
▧ Oktapiana Rismaya (1904277023)
▧ Pelita Rahman (1904277024)
▧ Rani Rizqi Harhadi (1904277025
▧ Zanuba Arifah (1904277019)

2
Bab I
pendahuluan

3
A. Latar Belakang
Glukosa merupakan salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia. Komponen glukosa
didapatkan dari makanan sehari-hari yang berupa lemak, protein, dan terutama karbohidrat. Glukosa mengalami
berbagai proses metabolisme di dalam tubuh manusia dengan bantuan berbagai hormon, yaitu salah satunya
adalah insulin. (Guyton, et al., 2007)
Kadar glukosa yang terkandung di dalam tubuh manusia, disebut sebagai kadar glukosa darah. Kadar glukosa
normal menggambarkan keseimbangan antara masuknya glukosa dari usus ke dalam darah dan berpindahnya
glukosa dari darah ke jaringan tubuh. (Sukmono, 2009). Tubuh manusia secara alamiah akan mengatur kadar
glukosa darah, karena merupakan bagian dari proses homeostasis. Kadar glukosa darah yang berada di atas nilai
normal merupakan salah satu indikator terjadinya Diabetes Melitus. (Candra, et al., 2012).
Pengukuran kadar glukosa darah pada hewan uji salah satunya yaitu menggunakan glukometer. Sebelum
dilakukan pengukuran, hewan uji dipuasakan selama 8-12 jam. Darah diambil dengan cara menusuk bagian
pembuluh darah dengan jarum kecil sampai darah keluar. Darah tersebut disentuhkan ke strip, hasilnya secara
otomatis akan terbaca oleh glukometer setelah wadah strip terisi penuh darah. Pengukuran kadar glukosa
dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu kadar glukosa awal, kadar glukosa pre-test (48 jam pasca-induksi aloksan), dan
kadar glukosa post-test (hari ke-8 setelah perlakuan dimulai). (Prasetyo, et al., 2016).
.

4
Lanjutan :
Tujuan Prinsip
Mengetahui cara mengkonversi dosis Menganalisa berbagai efek obat
beberapa obat hipoglikemik oral manusia
ke dosis marmot hipoglikemik oral yang
2. Membuat sediaan suspensi obat diberikan kepada marmot
hipoglikemik oral yang sesuai dengan dengan mengamati penurunan
hewan coba marmot yang digunakan
3. Melakukan induksi glukosa darah pada
kadar glukosa darah pada
hewan coba baik dengan induksi glukosa marmot.
maupun dengan bahan kimia lainnya
4. Mengukur kadar glukosa darah marmot
dengan menggunakan gulcometer
5. Menganalisis perbedaan penurunan
kadar glukosa darah marmot antar
pelakuan.
5
Bab 2
tinjauan pustakan

6
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu penurunan sekresi insulin, penurunan penggunaan
glukosa di otot, dan peningkatan produksi glukosa. Diabetes secara umum dapat diatasi
dengan obat-obat antidiabetes yang disebut obat hipoglikemia oral. (Prasetyo, et al., 2016).
Aloksan adalah suatu senyawa yang serin digunakan untuk penelitian diabetes
menggunakan hewan coba. Aloksan dapat menghasilkan radikal hidroksil yang sangat
reaktif dan dapat menyebabkan diabetes pada hewan coba. (Studiawan, et al., 2005).
Mekanisme kerja metformin adalah menurunkan resistensi insulin. Mekanisme kerja
metformin yang dapat menurunkan resistensi insulin dibuktikan melalui penelitian uji
klinis acak terkontrol pada 28 anak usia 9-18 tahun selama 6 bulan (level of evidence: 1b).
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dibandingkan dengan kelompok plasebo,
metformin secara bermakna dapat menurunkan berat badan, IMT, jaringan lemak subkutis
abdomen dan kadar insulin puasa. (Diani, et al., 2016).

7
Penggunaan glibenklamid merupakan termasuk ke dalam pengobatan secara modern untuk
menurunkan kadar glukosa darah. Mekanisme kerja glibenclamid yaitu dengan
merangsang sekresi hormon insulin. Hormon insulin berfungsi untuk mengatur kadar
glukosa dalam darah. (Iryani, et al., 2017).
Pengukuran kadar glukosa darah pada hewan uji salah satunya yaitu menggunakan
glukometer. Sebelum dilakukan pengukuran, hewan uji dipuasakan selama 8-12 jam.
Darah diambil dengan cara menusuk bagian pembuluh darah dengan jarum kecil sampai
darah keluar. Darah tersebut disentuhkan ke strip, hasilnya secara otomatis akan terbaca
oleh glukometer setelah wadah strip terisi penuh darah. Pengukuran kadar glukosa
dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu kadar glukosa awal, kadar glukosa pre-test (48 jam pasca-
induksi aloksan), dan kadar glukosa post-test (hari ke-8 setelah perlakuan dimulai).
(Prasetyo, et al., 2016).

8
Bab 3
metode kerja

9
Alat Bahan
Batang pengaduk Alkohol 70%
Beaker glass Aquadstilata
Gelas ukur Kapas
Gunting Natrium CMC
Hot plate Tablet glibenclamid
Spuit 1cc Tablet metformin
Sonde oral Aloxan
Timbangan hewan

Hewan yang digunakan adalah Marmot

10
Prosedur kerja

▧ Penyiapan hewan uji


marmot ditimbang

Marmot dipuasakan selama 10 jam

11
▧ Perlakukan hewan uji
Setelah dipuasakan selama 10 jam

Diukur kadar glukosa puasanya

Diinduksikan Alloxan dosis 100 mg/Kg

Diukur kembali kadar glukosa darah setelah induksi

12
▧ Lanjutan…
Diukur kadar glukosa (kadar glukosan diabetic)
Diberikan obat

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3


Kontrol negative
Glibenklamid Metformin (Na CMC 1%)

Ukur kadar gula darah tiap 20 menit selama 60 menit


13
Bab 4
hasil dan
pembahasan

14
Kadar Glukosa Darah
Kelompok Marmot Puasa Kadar Gula Marmot    
Diabetik 20 40 60
Kontrol 1 89 mg/dL 81 mg/dL 79 mg/dL 144 mg/dL 145 mg/dL
  2 126 mg/dL 101 mg/dL 81 mg/dL 166 mg/dL 170 mg/dL
Glibenklamid 1 83 mg/dL 90 mg/dL 78 mg/dL 76 mg/dL 70 mg/dL
  2 90 mg/dL 95 mg/dL 80 mg/dL 75 mg/dL 73 mg/dL
Metformin HCL 1 77 mg/dL 128 mg/dL 114 mg/dL 113 mg/dL 95 mg/dL
  2 100 mg/dL 123 mg/dL 97 mg/dL 84 mg/dL 81 mg/dL

15
Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui sekaligus menganalisis efektifitas dari beberapa golongan
obat hipoglikemia oral. Percobaan kali ini diawali dengan pengukuran kadar gula darah marmot (hewan uji)
dilanjutkan dengan penginduksian aloksan secara IP (Intraperitonial) rutin 1 kali sehari dalam kurun waktu
seminggu yang bertujuan untuk meningkatkan kadar gula darah marmot, sehingga dikatakan hiperglikemi.
Hiperglikemi terjadi akibat glukosa yang menumpuk sedangkan sel beta pankreas rusak, sehingga insulin tidak
mampu mentransport glukosa ke dalam sel (Nugrahani, 2008).
Aloksan dapat mengakibatkan kerusakan baik dalam jumlah sel maupun massa sel pankreas sehingga
terjadi penurunan pelepasan insulin yang mengakibatkan terjadinya hiperglikemi (diabetes). (Borg, et al., 1979).
Beberapa teori lain menerangkan bahwa aloksan dapat menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas sehingga
terjadilah insulin dependent diabetes mellitus atau disebut juga älloxan diabetes pada hewan percobaan.
Diabetes tipe ini memiliki karakteristik yang serupa dengan diabetes tipe I pada manusia. Pada diabetes tipe 1,
sel-sel beta di pankreas mengalami kerusakan, sehingga produksi insulin menurun. Akibatnya, sel-sel tubuh
tidak dapat mengambil gula dari darah dan kadar gula darah meningkat. Oleh karena itu, pemberian aloksan
merupakan suatu cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada
hewan percobaan. (Sakurai, et al., 2001).

16
Lanjutan
Setelah proses penginduksian aloksan dilakukan dalam seminggu, kadar gula darah marmot diukur
kembali dan hasilnya dicatat sebagai kadar gula diabetik dalam tabel hasil pengamatan. Setelah itu marmot
dibagi menjadi 3 kelompok (kelompok control,, kelompok obat Glibenclamid, kelompok obat Metformin)
setelah pembagian kelompok selesai maka dilakukan pemberian obat secara oral kepada marmot. Kemudian
dilakukan proses pengukuran kadar gula darah marmot secara berkala setiap 20 menit dalam kurun waktu
pengamatan 1 jam.
Hasil pengamatan menunjukan kelompok control memiliki angka penurunan kadar gula darah yang amat
kecil dan tidak signifikan bahkan semakin naik. Sedangkan kelompok glibenclamide memiliki angka penurunan
kadar gula darah yang paling tinggi. Penurunaan kadar glukosa darah pada marmot yang diberi obat
glibenclamide disebabkan karena glibenklamide merupakan obat oral antihiperglikemik yang termasuk kedalam
golongan sulfonilurea tersebut didalam saluran usus sehingga menurunkan penyerapan glukosa setelah
penyerapan (Suarsana, 2010), sehingga kadar gula darah bisa turun da terkontrol.
Faktor kesalahan yang mungkin dapat mempengaruhi data ialah waktu pengecekan kadar glukosa darah
pada setiap kelompok yang tidak seragam, penimbangan tikus yang tidak akurat, keadaan fisiologis yang dapat
mempengaruhi kerja obat, serta perhitungan dosis yang salah.

17
Bab 5
penutup

18
Kesimpulan
1. Hiperglikemi terjadi akibat glukosa yang menumpuk
sedangkan sel beta pankreas rusak, sehingga insulin tidak
mampu mentransport glukosa ke dalam sel
2. Pemberian Aloksan menimbulkan kadar gula darah pada
marmot meningkat
3. Hasil pengamatan menunjukan kelompok control memiliki
angka penurunan kadar gula darah yang amat kecil dan tidak
signifikan
4. Pemberian obat glibenclamid yang memiliki angka penurunan
kadar gula darah yang paling tinggi

19

Daftar Pustaka
Borg LAH, Eidfi SJ, Anderson A, Hellerstrom C. Effect invitro of alloxan on the glucose metabolism of mose pancreatic β cells. Biochem j; 1979:
182: 197-802
▧ Candra, S., & Widodo S, A. (2012). Pengaruh pemberian ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) terhadap penurunan kadar glukosa
darah tikus wistar yang diinduksi aloksan (Doctoral dissertation, Fakultas Kedokteran).
▧ Diani, A., & Pulungan, A. B. (2016). Tata laksana Metformin Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Anak Dibandingkan dengan obat Anti Diabetes Oral
yang lain. Sari Pediatri, 11(6), 395-400.
▧ Guyton A. C., Hall J. E. Buku Ajar Fisiologi Kediokteran. Edisi 11. Penerjemah: Irawati Setawan. Jakarta: EGC; 2007.
▧ Iryani, I., Iswendi, I., & Katrina, I. T. (2017). Uji Aktivitas Anti Diabetes Mellitus Senyawa Metabolit Sekunder Fraksi Air Dari Beras Ketan
Hitam (Oryza Satival. Var Glutinosa) Pada Mencit Putih. EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), 54-60.
▧ Prasetyo, A., Denashurya, T. G., Putri, W. S., & In'am Ilmiawan, M. (2016). Perbandingan Efek Hipoglikemik Infusa Daun Kembang Bulan
(Tithonia diversifolia (Hamsley) A. Gray) dan Metformin pada Tikus yang Diinduksi Aloksan. Cermin Dunia Kedokteran, 43(2), 91-94.
▧ Rizki Joko Sukmono. Mengatasi Aneka Penyakit dengan Terapi Herbal. Jakarta: Agromedia Pustaka; 2009.
▧ Studiawan, H., & Santosa, M. H. (2005). Uji aktivitas penurunan kadar glukosa darah ekstrak daun Eugenia polyantha pada mencit yang diinduksi
aloksan. Media Kedokteran Hewan, 21(2), 62-65.
▧ Tan TH, Rahardja K. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi V. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
hlm 693-713.
▧ Sakurai K, Katon M, Someno K, Fujimoto Y. Apoptosis and mitokondrial
damage in INS-1 cells treated with alloxan. Biol Pharm Bull 2001; 24(8):
876-882.
▧ Nugrahani, A. R. (2008). Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba Daun Sendok (Plantago Mayor L.) pada Kelinci Jantan yang Dibebani
Glukosa. Fakultas Farmasi, S1.
▧ Suarsana, I. N. (2010). Karakterisasi senyawa bioaktif isoflavon dan uji antioksidan ekstrak etanol tempe. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
Vol. 8, pp. 74–79. 20

Anda mungkin juga menyukai