Anda di halaman 1dari 14

PENYAKIT TROPIS

DIFTERI

Kelompok 6

1. Rohadi
2. Irham ardinata
3. Yulianto
4. Sutrisno
5. Fitriani
6. Rismiyati
7. Linda riana sari
A.    Definisi

Difteri adalah infeksi saluran pernafasan yang


disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae
dengan bentuk basil batang gram
positif (Jauhari,nurudin. 2008).

Difteri adalah suatu infeksi akut yang


disebabkan oleh bakteri penghasil toksik
(racun) Corynebacterium diphteriae.
(Iwansain.2008). 
B.     Etiologi
Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang
berasal dari batuk penderita atau benda maupun
makanan yang telah terkontaminasi  oleh bakteri.
Biasanya bakteri ini berkembangbiak pada atau
disekitar selaput lendir mulut atau tenggorokan dan
menyebabkan peradangan. Pewarnaan sediaan
langsung dapat dilakukan dengan biru metilen atau biru
toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan
langsung dari lesi.
C.  Patofisiologi 
Kuman membentuk pseudomembran
dan melepaskan eksotoksin.
Kuman difteri masuk dan Pseudomembran timbul lokal dan
berkembang biak pada saluran menjalar dari faring, laring, dan saluran
nafas atas, dan dapat juga pada nafas atas. Kelenjar getah bening akan
vulva, kulit, mata. tampak membengkak dan mengandung
toksin.

Bila eksotoksin mengenai otot jantung akan


mengakibatkan terjadinya miokarditis dan timbul
paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai jaringan
saraf. Sumbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat
dari pseudomembran pada laring dan trakea dan dapat
menyebabkan kondisi yang fatal
D.  Manifestasi Klinis

1. Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat


Celcius,
2. Batuk dan pilek yang ringan.
3. Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
4. Mual, muntah , sakit kepala.
5. Adanya pembentukan selaput di tenggorokan
berwarna putih ke abu abuan kotor.
6. Kaku leher
E.  Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium: Apusan tenggorok terdapat kuman
Corynebakterium difteri (Buku kuliah ilmu kesehatan anak, 1999).
2. Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan
leukositosis polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar
albumin. Pada urin terdapat albuminuria ringan (Ngastiyah, 1997).
3. Pemeriksaan bakteriologis mengambil bahan dari membrane atau
bahnan di bawah membrane, dibiak dalam Loffler, Tellurite dan
media blood ( Rampengan, 1993 ).
4. Lekosit dapat meningkat atau normal, kadang terkadi anemia karena
hemolisis sel darah merah (Rampengan, 1993 )
5. Pada neuritis difteri, cairan serebrospinalis menunjukkan sedikit
peningkatan protein (Rampengan, 1993 ).
6. Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita,
suatu pemeriksaan swab untuk mengetahui apakah seseorang telah
mengandung antitoksin.
F.     Penatalaksanaan Medis
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG yang dilakukan pada
permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya sampai keadaan EKG 2 kali berturut-turut
normal dan pengobatan spesifik
1. ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya harus dilakukan
uji kulit dan mata.
a.    TEST ADS
ADS 0,05 CC murni dioplos dengan aquades 1 CC.
Diberikan 0,05 CC à intracutan Tunggu 15 menit à indurasi dengan garis tengah 1 cm à (+)
b.   CARA PEMBERIAN
Test Positif à BESREDKA
Test Negatif à secara DRIP/IV
c.    Drip/IV
200 CC cairan D5% 0,225 salin. Ditambah ADS sesuai kebutuhan. Diberikan selama 4 sampai 6
jam à observasi gejala cardinal.
2. Antibiotik, diberikan penisillin prokain 5000U/kgBB/hari sampai 3 hari bebas demam. Pada pasien yang
dilakukan trakeostomi ditambahkan kloramfenikol 75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
3.    Kortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat membahayakan, dengan
memberikan predison 2mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu. Bila terjadi sumbatan jalan nafas yang berat
dipertimbangkan untuk tindakan trakeostomi. Bila pada pasien difteri terjadi komplikasi paralisis atau paresis
otot, dapat diberikan strikin ¼ mg dan vitamin B1 100 mg tiap hari selama 10 hari.
II.   Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Difteri
A.    Pengkajian
1.    Biodata
a.Umur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan
jarang ditemukan pada bayi  berumur dibawah 6 bulan dari pada
orang dewasa diatas 15 tahun
b.Suku bangsa : Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-
negara miskin
c.Tempat tinggal :  Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-
tempat pemukiman yang rapat-rapat, higine dan sanitasi jelek dan
fasilitas kesehatan yang kurang
2.    Keluhan Utama
Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu,
pucat, sakit kepala, anoreksia, lemah
3.    Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia
4.    Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran nafas
atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
5.    Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri
6.    Pola Fungsi Kesehatan
a.    Pola nutrisi dan metabolism
Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoraksia
b.    Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan demam
c.    Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur
d.   Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan nutrisi
kurang disebabkan oleh anoreksia
7.    Pemeriksaan fisik
a.    Pada diptheria tonsil – faring
1)     Malaise
2)     Suhu tubuh < 38,9 º c
3)     Pseudomembran ( putih kelabu ) melekat dan menutup tonsil dan
4)     dinding faring
5)     Bulneck
b.    Diptheriae laring
1)          Stridor
2)          Suara parau
3)          Batuk kering
4)          Pada obstruksi laring yang berat terdpt retraksi suprasternal, sub costal
dan supraclavicular
c.    Diptheriae hidung
1)          Ringan
2)          Sekret hidung serosanguinus à mukopurulen
3)          Lecet pada nares dan bibir atas
4)          Membran putih pada septum nasi
B.     Diagnosa Keperawatan (Doengoes, E
Marylin,2000)
1. Pola nafas napas tidak efektif b/d edema
laring.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
3. Nyeri akut b/d proses inflamasi.
C.    Intervensi
Diagnosa Intervensi Rasional
.      Mandiri
Pola nafas napas tidak 1. Observasi tanda – tanda vital.  
efektif b/d edema laring. 2. Posisikan pasien semi fowler. 1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien
3. Anjurkan pasien agar tidak terlalu banyak bergerak. 2. Agar  pasien merasa lebih nyaman
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian 3. Agar sesak tidak bertambah
terapi Oxygen 4. Mempertahankan kebutuhan oksigen yang maksimal
bagi pasien

Ketidak seimbangan Mandiri  


nutrisi kurang dari 1. Monitor intake kalori dan kualitas konsumsi 1. Untuk mengetahui pemasukan atau intake makanan.
kebutuhan tubuh b/d makanan 2. Makanan dalam porsi kecil mudah dikonsumsi oleh
anoreksia 2. Berikan porsi kecil dan makanan lunak/lembek. klien dan mencegah terjadinya anoreksia.
3. Berikan makan sesuai dengan selera. 3. Meningkatkan intake makanan. 
4. Timbang BB tiap hari 4. Mengetahui kurangnya BB dan efektifitas nutrisi
yang diberikan

 
Nyeri akut b/d proses Mandiri 1. Untuk mengetahui lokasi nyeri dan derajat nyeri,
inflamasi 1. Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh sehingga dapat dilakukan pengobatan yang tepat.
meliputi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, 2. Agar dapat mengetahui tingkat nyeri pada pasien.
keparahan nyari dan factor pencetus nyeri 3. Relaksasi dapat merelaksasi otot – otot sehingga
2. Observasi ketidaknyamanan non verbal nyeri dapat berkurang dan pasien bisa rileks.  
3. Ajarkan untuk menggunakan teknik non 4. Lingkungan yang tenang dapat menjadikan pasien
farmakologi misal relaksasi, guided imageri, terapi dapat istirahat.
musik dan distraksi 5. Agar nyeri berkurang dan pasien cepat sembuh
4. Kendalikan factor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
D.    Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri
dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor
kemajuan kesehatan klien
 
E.     Evaluasi Keperawatan
1.    Pola napas efektif
2.    Nyeri berkurang atau hilang
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai