Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

Pityriasis
PityriasisVersikolor
Versikolor(PV)
(PV)
Disusun Oleh :
Anita Adriani.S
(1911901007)

Pembimbing : dr. Imawan Hardiman,


Sp.KK., FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT


DAN KELAMIN
RSUD BANGKINANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit,


kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur.

Pada umumnya golongan penyakit ini dibagi atas infeksi superfisial,


infeksi kutan, dan infeksi subkutan. Infeksi superfisial yang paling
sering ditemukan adalah Pityriasis Versikolor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pityriasis Versikolor (PV)

Definisi Pityriasis Versikolor (PV)  infeksi kulit superfisial


kronik, disebabkan oleh ragi genus Malassezia,
umumnya tidak memberikan gejala subyektif, ditandai
oleh area depigmentasi atau diskolorasi berskuama
halus, tersebar diskret atau konfluen, dan terutama
terdapat pada badan bagian atas.
Epidemiologi

Amerika serikat Internasional

Di daerah tropis insiden dilaporkan


penyakit ini banyak
sebanyak 40%, sedangkan pada daerah
ditemukan pada usia 15-
yang lebih dingin angka insiden lebih
24 tahun, dimana rendah, sekitar 3% pasien
kelenjar sebasea mengunjungi dermatologis. Di Inggris,
(kelenjar minyak) lebih insiden dilaporkan sekitar 0,5%
aktif bekerja. sampai 1% diantara penyakit kulit
Etiologi

PV disebabkan oleh
Malassezia spp., ragi bersifat
lipofilik yang merupakan flora
normal pada kulit. Jamur ini
juga bersifat dimorfik, bentuk
ragi dapat berubah menjadi
hifa.
Faktor Risiko

1. Kekebalan tubuh
2. Faktor temperatur
3. Kelembaban udara
4. Hormonal
5. Genetik
6. Keringat ,dan
7. Kondisi imunosupresif serta malnutrisi
Patogenesis

• Malassezia spp  ragi saprofit  miselia  kelainan kulit PV

• Malassezia spp  asam dikarboksilat


dan metabolit  mengganggu
pembentukan pigmen melanin dan absorbsi sinar ultraviolet lesi
hipopigmentasi.

• Malassezia enzim  oksidasi  asam lemak  asam dikarboksilat 


menghambat tyrosinase  hipomelanosit
Manifestasi Klinis

Predileksi:
Lesi PV terutama terdapat pada badan bagian atas, leher, perut, dan ektremitas
sisi proksimal. Kadang ditemukan pada wajah dan scalp; dapat juga
ditemukan pada aksila, lipat paha, dan genitalia.
Efloresensi:
Lesi berupa makula berbatas tegas, dapat hipopigmentasi, hiperpigmentasi,
dan kadang eritematosa, terdiri atas berbagai ukuran, dan berskuama halus
(pitiriasiformis) gejala dapat ditemukan adanya pruritus ringan.
Diagnosis

1. Anamnesis

Penderita biasanya mengeluhkan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat.


Penderita pada umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/makula berwarna
putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal yang
akan muncul saat berkeringat
Diagnosis

1. Pemeriksaan Fisik

Ditemukan di badan terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak


teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus.Sering didapatkan lesi bentuk
folikular atau lebih besar, atau bentuk nummular yang meluas membentuk plakat.
Kadang-kadang dijumpai bentuk campuran, yaitu folikular dengan nummular,
folikular dengan plakat ataupun folikular atau nummular dengan plakat.
Diagnosis

1. Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Langsung dengan KOH 20%


Pemeriksaan mikologis langsung sediaan kerokan kulit akan menunjukkan
kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat, kadang oval. Gambaran demikian
menyebabkan sebutan serupa “sphagetti and meatballs” atau “bananas and
grapes”.
Diagnosis

1. Pemeriksaan Penunjang

B. Pemeriksaan dengan Sinar Wood


Pemeriksaan dengan lampu wood dapat memperlihatkan fluoresensi kekuningan
akibat metabolit asam dekarboksilat, yang digunakan sebagai petunjuk lesi PV dan
mendeteksi sebaran lokasi lesi
Penatalaksanaan

Terapi Medis

1. Sebagai obat topikal dapat digunakan antara


lain selenium sulfide bentuk sampo 1,8% atau
bentuk losio 2,5% yang dioleskan tiap hari
selama 15-30 menit dan kemudian dibilas.
Aplikasi yang dibiarkan sepanjang malam
dengan frekuensi 2 kali seminggu.
Penatalaksanaan

Terapi Medis

2. Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas,


kambuhan, dan gagal dengan terapi topikal,
antara lain dengan ketokonazol 200mg/hari
selama 5-10 hari atau itrakonazol 200 mg/hari
selama 5-7 hari.
Penatalaksanaan

Terapi Non-Medis

 Mengidentifikasi faktor predisposisi


Diagnosis Banding

 Pitiriasis Alba
 Vitiligo
Prognosis

Prognosisnya baik jika pengobatan dilakukan secara


tekun dan konsisten, serta faktor predisposisi dapat
dihindari. Lesi hipopigmentasi dapat bertahan sampai
beberapa bulan setelah jamur negatif, hal ini perlu
dijelaskan pada pasien.
BAB III
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kesimpulan
https://med.unhas.ac.id/ikkk/?p=274
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_di
r/5c1276bb1f5fdecd9f47a78c9c855f2b.pdf
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai