Anda di halaman 1dari 49

D

BAGAIMANA KE-66 KITAB DALAM ALKITAB


TERKUMPUL DAN TERPELIHARA ?

1. Materi Untuk Penulisan Alkitab:


a. Tanah liat (Yer. 17:13)
b. Batu (Kel. 24:12; 13:18)
c. Papirus (2 Yoh.12)
d. Vellum (Kulit Lembu)
e. Perkamen (2 Tim. 4:13)
f. Metal (Kel. 28:36)
2. Bahasa Alkitab:
Bahasa yang digunakan dalam penulisan Alkitab
terdiri dari :

1. Perjanjian Lama
Menggunakan bahasa Ibrani dan bahasa Aram

2. Yunani (PB)
Menggunakan bahasa Ibrani dan bahasa Aram
E
BUKTI-BUKTI ALKITAB FIRMAN ALLAH

1.Unsur Supranatural:
a. Kesatuan isi Alkitab
Kesatuan isi meskipun oleh banyak penulis

b. Kesatuan meskipun berbeda gaya penulisan

c. Kesatuan meskipun ditulis di tempat Berbeda


2. Keabadian Alkitab:

a. Tidak dapat dimusnahkan


-Penganiayaan Politik
- Penganiayaan Agama
-Pemusnahan Secara Filosofi
3. Keakuratan Sejarah

4. Keakuratan Arkheologi

5. Keakuratan Ilmu Pengetahuan:


Bumi Bulat, Bintang tak terhitung,
Gunung-gunung, dll.
F. KANON ALKITAB
• Berbicara mengenai kanon Alkitab berarti berbicara
mengenai 66 kitab, yang memenuhi standar tulisan
suci yang disebut Alkitab.
• Kata kanon berarti ukuran atau aturan atau tongkat
pengukur. Kanonisasi terakhir terjadi pada tahun 397
M pada konsili Kartago. Pada waktu itu keenam
puluh enam kitab (39 PL dan 27 PB) disahkan sebagai
totalitas firman Allah.
• W. Garry Crampton, Verbum Dey (Surabaya:
Momentum, 2004), 44.
• Gereja tidak menciptakan kanon tetapi gereja
mengesahkan dan mengakui apa yang
merupakan firman Allah. Gereja semata-mata
mengesahkan apa yang sudah merupakan
Alkitab.
Kanonisasi adalah suatu proses bagaimana
buku-buku dari Alkitab itu menerima
persetujuan untuk diterima oleh pemimpin-
pemimpin sidang (Konsili). Para ahli, tokoh-
tokoh gereja, teolog-teolog, merasa
bertanggungjawab untuk melestarikan dan
mempertahankan nilai-nilai agung dari Alkitab
sebagai Firman Allah yang hidup dengan
menggunakan dan menetapkan kanonisasi
untuk Alkitab tersebut. Kanonisasi memberikan
jaminan nilai dan isi Alkitab yang tidak dapat
dirubah atau ditambah dengan pikiran manusia
semena-mena.
 
1. Sejarah Pengertian dan Fungsi Kanon:

a. Secara definitf, maka Kanonisasi berasal dari kata


“qaneh”, yaitu istilah yang diambil dari makna
tumbuhan seperti gelagah atau batang papirus,
atau sejenis tanaman serai, atau tebu manis.
b. Dari pengertian “qaneh” ini maka dipakai sebagai
tongkat pengukur, kayu penggaris yang lurus. Di
sini kanon dipakai sebagai tongkat pengukur atau
kayu penggaris, atau buluh pengukur.
c. Athanasius, uskup dari Alexandria menggunakan
ini pertama kali sebagai ungkapan theologis
(tahun 367, isi kanon PB).

d. Kanon, tiap-tiap kitab PL tidak dapat dipisahakan


dari pengilhaman dan daftar kumpulan kitab-
kitab yang terdapat dalam kitab suci Ibrani yang
memiliki otoritas tertinggi untuk iman dan praktik
iman masyarakat Ibrani. Kitab Ibrani menjadi
standar atau ukuran untuk menilai kitab-kitab
sejarah, tradisi, dan ajaran agama Ibrani.
e. Garis besar pembentukan kanon PL:

Tahap 1: Ucapan yang berotoritas: “Beginilah Firman Tuhan”.

Tahap 2: Dokumen dokumen tertulis resmi: Dokumen yang


berisi ucapan Allah yang dipelihara oleh masyarakat Ibrani
(Kitab Taurat, dll).

Tahap 3: Pengumpulan dokumen-dokumen: pengumpulan


kitab Mazmur (500 tahun), karya sastra, dll. Kitab orang jujur,
kitab peperangan Tuhan masih belum diketahui para ahli.
eTahap 4: Menyortir dokumen-dokumen tertulis dan
menetapkan kanon:
Pilihan-pilihan dokumen yang disepakati oleh
pemuka agama Yahudi dalam pimpinan Roh Kudus
selama perjalanan sejarah Israel dan menjadi kitab
resmi:
-selama pengalaman di Sinai.
-peralihan teokrasi ke monarki Israel.
-masa keruntuhan Israel dan pembuangan Babel.
-sebagai pembaharuan oleh Ezra, ahli kitab,
Nehemia, dan pasca pembuangan.
f. Kriteria Penyaringan Kanon:
• Sifat ilham ilahi dan otoritas yang dikenal oleh para
masyarakat keagamaan Ibrani seperti penyataan
langsung dari Roh Allah dalam kasus Musa dan 70 nabi.
• Siapa penulisnya: raja, imam, nabi, pemberi hukum,
hakim.
• Konsistensi internal dari pengajaran dan kesatuan
menyeluruh dari tema dan berita pengalaman
perjanjian yang tersurat dalam kitab-kitab diakui
sebagai firman Allah.
• Penggunaan dokumen agama oleh masyarakat Ibrani
yakni kitab-kitab yang digunakan, dibaca, dipelajari,
disalin dan ditaati oleh masyarakat Ibrani.
g. Sejarah Kanon (PL).
• Alkitab Ibrani disebut sebagai “Wasiat Lama” atau
kemudian dikenal sebagai Perjanjian Lama (PL).
Dalam kitab Yeremia dikenal dengan nama
“perjanjian baru (Yeremia 31:31-36, Matius 26:17-
35).
• Dalam Yudaisme (Torah/Taurat, Nebiim/Nabi-
Nabi, Ketubim).
• Pengelompokan tiga bagian Alkitab (TANAK) ini
diakui oleh Yesus dalam Lukas 24:44, dan juga
dalam Talmud dan juga oleh Philo, Yosephus,
Melito, Tertulianus, Origenes, Eusebius,
Hieronimus, dan Agustinus.
h.Kitab-Kitab diperdebatkan.
• Esther: tidak ada nama Allah didalamnya.
• Amsal: nampak seperti hikmat duniawi.
• Pengkotbah: bernada pesemistis dan mengutamakan
kenikmatan.
• Kidung Agung: mengutamakan syair cinta.
• Yehezkiel: berisi penglihatan yang aneh-aneh dan ajaran
tantang korban yang bertentangan dengan Taurat.
• Yunus: Dianggap sebagai cerita mitos.
• Kanon Ibrani diselesaikan dan ditetapkan oleh pemimpin
agama dari masyarakat Ibrani. Konsili-konsili tidak menetapkan
kanon tetapi menegaskan atau menetapkan persetujuan atas
kumpulan kitab-kitab yang diilhami dan diakui sebagai Firman
Tuhan yang memiliki otoritas dalam masyrakat Ibrani.
i. Apokrifa.
• Istilah Apokrifa artinya tersembunyi atau hanya
diketahui oleh orang tertentu saja; dan karena tidak
pernak diakui oleh kanon. Kitab ini terdiri dari 14-15
kitab, ditulis oleh penulis saleh Ibrani 200-100 AD.
• Mulanya ditambahkan kedalam Septuaginta, karena
dampak helenisme dalam Yudaisme, diselesaikan 250
SsM, tapi tidak dianggap oleh orang Ibrani.
• Terjadi perdebatan, pro dan kontra antar bapak2 gereja,
kemudian lahirlah Vulgata, kitab PL dalam bahasa Latin
oleh Hieronimus (405 SesM), untuk gereja Katholik yang
tidak membedakan antara Apokrifa dan PL.
• Reformator tidak mengakui apokrifa, karena dianggap
tidak tercantum dalam kanon.
j. Pseudepigrafa.
• 18 kitab yang ditulis oleh penulis Yahudi saleh
pada 200 AD-200 SesM dalam bahasa Ibrani,
Aram, Yunani, Siria dll, yang juga tidak
diterima dalam kanon Alkitab. Walaupun tidak
diterima, ada gereja-gereja yang
menggunakannya. Surat Yudas dalam PB
mengutip mengenai 1 Henokh dan
menyinggung menegenai Musa naik ke sorga.
2.
Kriteria Dasar Menentukan Kanon Alkitab
a. Mempunyai Kekuasaan Otoritas.
Apakah buku ini mempunyai kekuasaan
otoritas? Apakah buku itu dapat dikatakan merupakan buku
yang berasal dari Allah? Setiap buku di dalam Alkitab dapat
dikatakan mempunyai otoritas yang kudus. Sering kali
pernyataan ‘Demikianlah Firman Tuhan’ tertulis di sana.
Kadang-kadang nada dan peringatan-peringatan
menunjukkan bahwa kitab itu murni dan bersifat ilahi. Dalam
kepustakaan atau kitab-kitab yang mengandung pengajaran
ada pernyataan-pernyataan yang kudus mengajarkan apa
yang harus dilakukan oleh orang-orang beriman.
• Di dalam buku-buku dari para nabi, kita
dengan mudah dapat melihat adanya prinsip
otoritas ini. Kata-kata yang sering diulang
adalah ‘Dan Tuhan berkata kepadaku’ atau
Firman Tuhan datang kepadaku’.Seringnya
kata-kata ini diulang, memberikan bukti yang
begitu nyata bahwa kata-kata ini berasal dari
wewenang yang kudus.
b. Mengandung Nubuatan.
Apakah mengandung nubuatan? Apakah ditulis
• oleh hamba Allah?
• Buku-buku yang mengandung wahyu ditulis
hanya karena gerakan Roh Kudus oleh orang-
orang yang dikenal sebagai nabi-nabi (2Ptr
1:20-21). Firman Allah diberikan kepada
umatNya hanya melalui nabi-nabiNya. Setiap
pengarang buku alkitabiah mempunyai
karunia nubuatan atau fungsi nubuatan,
sekalipun pekerjaan mereka bukan sebagai
seorang nabi (Ibr 1:1).
• Di dalam kitab Galatia, rasul Paulus
membantah bahwa tulisan dan pengajarannya
harus diterima karena ia adalah seorang rasul,
’ bukan karena manusia juga bukan oleh
manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan
Allah Bapa’(Gal 1:1). Bukunya harus diterima
karena buku bersifat pengajaran kerasulan,
yaitu berasal dari seorang pembicara atau
seorang nabi yang ditentukan oleh Allah.
c. Otentik.
Apakah buku itu otentik? Apakah buku itu menceritakan
kebenaran tentang Allah, manusia dan sebagainya?
Kemurnian lain suatu inspirasi atau wahyu adalah
otentiknya buku itu. Buku apapun yang mempunyai
kesalahan fakta atau kesalahan doktrin (dapat dinilai
dari wahyu-wahyu sebelumnya) tidak mungkin
merupakan inspirasi dari Allah. Allah tidak dapat
berdusta; FirmanNya pasti benar dan konsisten.
Berdasarkan pada prinsip-prinsip itu, maka orang-
orang Berea menerima pengajaran rasul Paulus dan
menyelidikinya dalam Alkitab untuk melihat apakah
yang diajarkan oleh Paulus itu benar-benar sesuai
dengan wahyu Allah dalam Perjanjian Lama (Kis 17:11).
d. Dinamis.
Apakah buku ini dinamis? Artinya mempunyai kuasa
untuk mengubahkan hidup?
• Keadaan Alamiah Yang Dinamis Dari Sebuah Buku.
Penguji ke empat untuk kemurnian tak sejelas tiga
yang lainnya. Ujian keempat adalah kemampuan
(dinamika) dari tulisan itu untuk mengubah satu
kehidupan.
• ’ Sebab firman Allah hidup dan kuat’(Ibr 4:12).
Sebagai hasilnya tulisan itu dapat dipakai untuk ’
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran’(2Tim 3:16-17).
• Paulus menulis surat pada Timotius, ’ Ingatlah
juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal
Kitab Suci yang dapat memberi hikmat
kepadamu dan menuntun engkau kepada
keselamatan oleh iman kepada Kristus
Yesus’(ayat 15 kjv). Petrus pun dalam suratnya
mengatakan tentang pembangunan dan
pemberitaan kekuasaan dari Firman ( 1Ptr
1:23 2:2).
e. Diterima.
Apakah buku ini dapat diterima oleh orang-orang yang
pada
• mereka buku itu pertama kali ditulisnya? Apakah buku
itu dapat dikatakan berasal dari Allah?
• Tanda pengesahan yang terakhir dari tulisan
• yang penuh kuasa adalah pengakuan dari umat Allah
yang sudah sejak semula ditentukan oleh Tuhan. Firman
Allah diberikan melalui nabiNya dan harus dapat diakui
umatNya dengan kebenaran. Generasi-generasi orang
beriman yang berikutnya berusaha untuk mendapat
kepastian akan hal ini. Karena bilamana buku itu
diterima, dikumpulkan dan dipakai sebagai Firman Allah
oleh mereka yang aslinya wahyu itu ditujukan, maka
kemurnian buku itu dapat diteguhkan.
 
3.Proses Menemukan Kemurnian Kitab Kanon

• Kita tak usah membayangkan adanya sebuah


panitia dari bapak-bapak Gereja dengan
tumpukan buku-buku dan lima pinsip
bimbingan ini berada di hadapan mereka,
apabila kita berbicara tentang proses
pemurnian itu prosesnya jauh lebih alamiah
dan dinamis. Beberapa prinsip hanyalah
melengkapi proses tersebut
• Sekalipun ke lima ciri-ciri tersebut ada dalam
semua tulisan yang diwahyukan, tak semua
syarat-syarat pengakuan itu tampak dalam tiap
keputusan terhadap masing-masing buku yang
dianggap murni. Umat Allah pada zaman
dahulu tidak dapat selalu melihat dengan
segera dan jelas bahwa buku-buku yang
bersejarah itu punya ‘kekuatan dinamik’ atau
punya ‘kuasa otoritas’.Bagi mereka yang lebih
jelas adalah fakta dari beberapa buku yang
bersifat ‘nubuatan’ dan ‘diterima’.
 
G. Akitab Tidak Bersalah

• Alkitab adalah Firman Allah yang tak bersalah. Ketidak


bersalahan Alkitab terletak pada “the original given”. Ia
tidak bersalah karena berasal dari pemikiran Allah.
Pemahaman tentang inspirasi akan menentukan
pemahaman seseorang terhadap infallibilitas (ketidak
bersalahan Alkitab). Apabila konsep theopneustos
(pewahyuan oleh Roh Kudus) diartikan secara organis;
maka, tercapailah ketidak-rancuan pemahaman
terhadap kesempurnaan sifat-sifat Alkitab, dalam artian
bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang lahir dari sifat-
sifat Allah. Natur Alkitabpun berkait pada maksud dan
tujuan penulisannya.
• Pada hakikatnya, ketidak bersalahan Alkitab
adalah kerena adanya kepercayaan akan peran
Roh Kudus yang menginspirasikan Firman
Allah kepada penulis, maka semua tulisan
kitab-kitab dalam Alkitab adalah tidak
bersalah. Lebih jauh lagi dari itu, Alkitab
memiliki sifat-sifat yang mengungkapkan
mengenai keabsolutan dan kefinalitasan
Alkitab. Sifat-sifat khusus Alkitab tersebut
adalah sebagai berikut:
Lebih dari itu, Alkitab memiliki tujuh sifat
yang mengungkapkan mengenai keabsolutan
dan kefinalitasan Alkitab yang dipercayai
orang Injili. Ketujuh sifat Alkitab tersebut
adalah sebagai berikut:
1). Infallibilitas
Infallibilitas, artinya Alkitab tidak mungkin salah.
Karena Alkitab diwahyukan oleh Allah Roh Kudus sendiri.
Walau penulisnya adalah orang berdosa; namun,
inisiatornya adalah Allah yang tidak mungkin berbuat
salah.
Roh Kudus menggunakan semua potensi individual
(kekurangan dan kelebihan) si penulis, dan secara utuh
berada dalam pimpinan dan kontrol Roh Kudus, sehingga
yang ditulis oleh penulis kitab dalam Alkitab bukanlah
berasal dari penulis, melainkan dari Allah mengenai
Firman Allah sendiri.
Apabila orang Kristen dapat menerima sifat Alkitab yang
Infallibilitas ini, maka ia pasti juga menerima sifat-sifat
Alkitab yang lain.
2). Necessitas
Necessitas, artinya Alkitab bersifat mutlak.
Kemutlakan Alkitab adalah berasal dari sumbernya
yang mutlak, yaitu Allah.
Selain itu, kemutlakan Alkitab adalah bertolak dari
maksud dan tujuan Allah berfirman kepada manusia,
yaitu supaya manusia mengenal dan percaya kepada
Dia serta hidup menurut kehendak-Nya.
Memang, selain Alkitab, ada juga penyataan Allah
yang lain, yaitu penyataan umum. Namun segala
sesuatu yang dikategorikan sebagai penyataan
umum, haruslah diterangi oleh Alkitab.
Dengan kata lain, kebenaran umum harus
dievaluasi, diberi muatan, diterangi oleh
kebenaran Alkitab sebagai penyataan khusus.
Begitu juga semua kebenaran-kebenaran
tertentu yang ada di agama-agama lain, apabila
dikaji atau dipelajari oleh orang Kristen seperti
yang diusulkan oleh kaum Pluralis, haruslah
dilihat dalam perspektif penyataan umum, yang
diterangi, dievaluasi atau dikaji dalam terang
kebenaran Alkitab yang final.
3). Otoritas
Otoritas, artinya Alkitab itu berwibawa atau berkuasa.
Otoritas Alkitab tentu bertolak dari sifat Alkitab
sebelumnya, yaitu mutlak.
Sebagaimana kemutlakan Alkitab bersumber pada Allah
yang berfirman, demikian juga otoritas Alkitab terletak
pada sumber otoritas tertinggi dan final, yaitu Allah.
Karena itu, kekuasaan Alkitab mengungkapkan mengenai
kekuasaan Allah.
Kewibawaan Allah merupakan kewibawaan Alkitab.
Kuasa Alkitab adalah karena Alkitab adalah Firman Allah,
yaitu Firman Allah yang memiliki kekuasaan pada diri-
Nya sendiri.
4). Sufficienitas
Sufficienitas artinya, Alkitab bersifat cukup. Penyataan
Allah yang umum, melalui alam semesta yang dikenal
dengan modus natural, dan penyataan Allah melalui
perbuatan-perbuatan supranatural adalah penyataan
Allah yang diberikan kepada semua orang.
Namun karena penyataan ini telah dinodai oleh dosa,
sehingga manusia berdosa, tidak bisa mengenal Allah
melalui penyataan umum ini.
Karena itu, penyataan khusus diberikan oleh Allah untuk
menyempurnakan penyataan umum. Penyataan khusus
ditulis oleh Allah melalui alat-alat-Nya, yang disebut
Alkitab.
Karena itu Alkitab selain mencatat mengenai
penyataan umum, namun sentralitas Alkitab ialah
mengenai penyataan khusus di dalam dan melalui
Tuhan Yesus. Dan penyataan ini adalah cukup.
Kecukupan Alkitab adalah dalam pengertian bahwa
penyataan Allah adalah cukup untuk mengungkapkan
penyataan diri Allah yang dapat dikenal oleh
manusia, dan penyataan mengenai kehendak-Nya
yang menyelamatkan. Karena itu, setelah Alkitab,
tidak ada lagi penyataan Allah yang lain.
Sifat Alkitab yang cukup ini, sangat bertentangan dengan
kaum Pluralis, yang tidak mengakui finalitas Alkitab,
karena itu mereka mengusulkan untuk melengkapi
kebenaran Kristen dengan mempelajari kebenaran-
kebenaran dalam agama-agama lain bahkan dalam
semua kebudayaan.
Karena mereka berasumsi bahwa Allah hadir dalam
semua agama dan kebudayaan manusia. Hal ini tentu
bertentangan dengan sifat Alkitab yang dipercayai Kaum
Baptis yaitu cukup atau final.
Lain halnya dengan kaum Karismatik yang menambah-
nambahi Alkitab dengan penglihatan, mimpi dan lain-lain
yang dianggap wahyu baru dan disejajarkan dengan
kebenaran Alkitab.
5). Perspicuitas
Perspicuitas artinya, Alkitab adalah terang.
Alkitab bersifat terang dalam hubungan dengan
maksudnya, dan ini terjadi dengan sendirinya, tidak
terjadi karena faktor-faktor di luar Alkitab.
Hal ini tidak berarti bahwa Alkitab secara otomatis
dapat dimengerti oleh semua orang yang
membacanya.
Juga tidak dalam pengertian bahwa kebenaran
Alkitab dengan sendirinya menjadi terang bagi
pembacanya. Sifat Alkitab ini, dimengerti dalam dua
pengertian.
Pertama, bahwa semua yang tertulis dalam Alkitab
adalah sudah terang dalam hal mengungkapkan
mengenai Allah dan kehendak-Nya.
Kedua, berkaitan dengan pribadi ketiga Allah
Tritunggal, yaitu Roh Kudus yang menjadikan
kebenaran Alkitab terang bagi yang dikehendakinya.
Saat membaca, orang mungkin tidak bisa mengerti
secara lengkap;
namun, ia akan dibimbing oleh Roh Kudus melalui
cara yang supranatural atau cara natural (cara yang
lazim), yaitu melalui belajar dan melalui alat bantu
penafsiran Alkitab.
Alkitab adalah terang, dalam perspektif Allah, yaitu
Allah yang akan menerangi atau membuat jelas
firman-Nya.
Dari pihak manusia, siapapun dia tidak akan mampu
memahami dengan terang kebenaran Alkitab,
karena manusia telah berdosa dan pikiran-
pikirannya pun dipengaruhi oleh dosa, sehingga
tidak berdaya sama sekali.
Hanya Roh Kuduslah yang bekerja di dalam diri
orang yang telah diperbaharui oleh Allah melalui
karya Roh Kudus yang melahirkan baru, kebenaran
Alkitab terang atau kebenaran Allah tersingkap
dengan terang.
Karena Alkitab adalah buah pekerjaan Roh Kudus,
maka itu hanya Dialah yang membuat terang
kebenaran Alkitab itu kepada seseorang. Tentu tidak
semua kebenaran Allah dalam Alkitab bisa
tersingkap secara tiba-tiba atau menyeluruh.
Karena Martin Luther King sendiri berpendapat
bahwa sekalipun Allah sudah menyatakan diri-Nya,
namun tidak semua kebenaran tentang apa yang
sudah dinyatakan oleh Allah dapat dipahami secara
tuntas oleh manusia.
Banyak misteri dalam Alkitab yang tidak dapat
dipecahkan oleh gereja dari abad ke abad, seperti
mengenai asal mula dosa, kesatuan dua natur
pribadi Yesus, kesulitan memahami hubungan Allah
Tritunggal, dan masih banyak lagi yang lain.
Ini semua mengungkapkan bahwa kita bukanlah
Allah atas Alkitab, karena itu terhadap semua
misteri yang tidak tersingkapkan, haruslah disikapi
dengan sikap menyembah Allah, dan menyadari
batasan berteologi.
6). Efektivitas
Efektivitas artinya, ialah Alkitab pasti mencapai pada
maksudnya, dan Allah tak mungkin gagal dalam hal ini.
Yang dimaksud dengan ”mencapai maksudnya” ialah
berbicara mengenai maksud Allah berkenaan dengan
Alkitab, bahwa Alkitab diberikan untuk menuntun
manusia yang dipilih-Nya kepada keselamatan.
Dalam pengertian soteriologis inilah sifat Alkitab yang
efektif ini diungkapkan tanpa rasa ragu sedikitpun.
Sekalipun, orang akan mengemukakan keberatannya
dengan berkata bahwa kalau Alkitab itu efektif untuk
keselamatan manusia, mengapa tidak semua manusia
percaya, dan mengapa banyak orang menolak kebenaran
Alkitab?
Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu harus kembali
pada sifat Alkitab yang dikemukakan sebelumnya, bahwa
Alkitab itu terang.
Dalam pengertian bahwa hanya Roh Kuduslah yang
membuat orang mengerti dengan terang bagian-bagian
Alkitab. Itu sejauh yang Roh Kudus kehendaki. Selain itu,
Alkitab hanya mungkin diterima dan dipercaya oleh
orang pilihan Tuhan saja.
Karena hanya kepada merekalah Yesus mati, dan hanya
kepada merekalah kebenaran Alkitab yang menuntun
mereka kepada keselamtan disingkapkan.
Sifat Alkitab ini, tidak bisa dipisahkan dengan sifatnya
yang berotoritas. Tidak ada seorangpun yang dapat
mencegah atau membatasi kuasa Firman Tuhan yang
menuntun orang kepada Allah.
Alkitab sendiri mengungkapkan sifatnya bahwa Kitab Suci
adalah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang
yang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam
sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan
sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan
pikiran hati kita (Ibr.4:12).
Kuasa Firman Tuhan yang demikian tidak hanya bekerja
dalam diri orang-orang yang sudah percaya, melainkan
bekerja juga kepada orang-orang yang tidak percaya
sehingga membawa kepada keputusan untuk percaya.
7). Unitas
Unitas, artinya keseluruhan Alkitab adalah satu
kesatuan. Semua kebenaran-kebenaran dalam Alkitab
adalah satu kesatuan, dan tidak saling bertentangan.
Kitab-kitab dalam seluruh Alkitabpun tidak bertentangan
satu dengan yang lain, melainkan menjadi satu kesatuan.
Kitab-kitab tersebut ternyata saling mengikat dan tidak
berdiri sendiri-sendiri, sekalipun ada banyak perbedaan
yang ada seperti perbedaan jaman para penulis, waktu
penulisan, latar belakang penulisan, konteks sejarah,
kisah yang ditulis, namun Alkitab tetap menjadi satu
kesatuan.
Kesatuan kitab-kitab dalam Alkitab adalah bertolak dari
penetapan Allah yang bersifat tunggal mengenai segala
sesuatu yang ada dan penyataan Allah yang utuh
sempurna.
Karena itu, apabila kita mengakui hanya sebagian dari
kebenaran-kebenaran dalam Alkitab, atau hanya
menerima kitab-kitab tertentu, maka sesungguhnya kita
tidak menerima semuanya.
Sebaliknya, apabila kita menerima salah satu saja
kebenaran Alkitab, maka itu berarti kita juga harus
menerima semua kebenaran Alkitab
Semua sifat Alkitab yang dipaparkan di atas, adalah ditolak
oleh kaum liberal dan Pluralis, karena merekapun telah
menolak dasar dari semua sifat Alkitab, yaitu inspirasi.
Sifat Alkitab yang adalah tidak bersalah, mutlak, berkuasa,
cukup, terang, efektif, dan unitas, semuanya berdasarkan
pada inspirasi Roh Kudus atas penulisan semua kitab
kanonik, baik Perjanjian lama maupun Perjanjian Baru.
H. Aplikasi

Dalam penetapan Kanonisasi dari Alkitab, kita sebagai


orang percaya yang selalu menggunakan Alkitab sebagai
kitab suci diberikan suatu sekuritas untuk menggunakan
kitab-kitab tersebut. Walaupun setiap denominasi atau
kelompok Kristen Protestan maupun Katholik memiliki
standar sendiri dalam menetapkan kitab suci Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, orang percaya dapat memilih
standar yang paling diyakininya sesuai dengan penetapan
Kanon oleh gereja-gereja. Penetapan Kanonisasi Alkitab
memberikan jaminan rohani antara lain:
1.Orang percaya menerima bahan-bahan atau
Firman Kebenaran yang murni untuk
mencukupi kebutuhan rohaninya.
2.Orang percaya dijauhkan dari kesesatan yang
dapat timbul dari isi kitab-kitab itu sendiri
apabila isi kitab itu ditemukan atau ditulis
bukan atas dasar campur tangan atau inspirasi
Roh Kudus. Hal yang sangat membahayakan
iman orang percaya ini dapat diatasi melalui
kanonisasi.
3.Orang percaya dituntun dalam kanonisasi ini
untuk selektif terhadap bacaan-bacaan kitab-
kitab suci agar menerima Firman Kebenaran
itu sebagai Firman Kebenaran Allah yang tidak
dapat dicampur atau dikompromikan dengan
bahan-bahan atau penemuan manapun yang
mungkin nampaknya itu rohani sedangkan
dibaliknya terdapat pertentangan.
4.Orang percaya diajar untuk menghargai
kebenaran Firman Allah yang berasal dari
Allah dan membedakannya dari apa yang
bukan berasal dari mulut Allah.

Anda mungkin juga menyukai