Anda di halaman 1dari 11

PANGGILAN NABI YESAYA

(Yesaya 6:1-13)

Nama : Noferianus Baene

NIM : 190111002

Semester : IV (Empat)

Mata kuliah: Tafsir PL II

Dosen Pengampu : Naftali, SH.,M.Th.,M.Kn

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KADESI YOGYAKARTA

2021
Daftar Isi

COVER…………………………………………………………………………………………………….
Daftar isi……………………………………………………………………………………………..……

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
B. Tujuan……………………………………………….…………………………………

Bab II Pembahasan…………………………………….………………………………….

A. Penyataan diri Tuhan…………………………….…………………………………….


B. Penyataan diri Yesaya…………………………….……………………………………
C. Penyataan panggilan pelayanan…………….……………………………………….

Bab III Penutup………………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tindakan Allah demi kepentingan umat-Nya biasanya dimulai dengan


peristiwa rahasia dimana Allah berkenan menggerakkan seseorang untuk
menjadi pelaksana karya-Nya, Alkitab mencatatnya sebagai Nabi. Semua
nabi menerima penyataan Ilahi yang dahsyat. Hidup mereka berubah dan
mereka terdorong menyampaikan firman Allah, bukan atas kemauan
sendiri atau atas permintaan lingkungan dimana mereka hidup,
melainkan atas dorongan ilahi saja. 1 Salah satu nabi yang
pengutusannya dianggap unik adalah Yesaya Karena penempatan
pangilan seperti itu memiliki peranan penting dalam pasal 1-12,
panggilan Yesaya ditempatkan di tengah- tengah nubuat tentang
penghukuman dan pemulihan yang akan dialami oleh orang-orang
Yehuda di antara pasal 1-5 dan pasal 7-12. Bahkan penghukuman dan
pemulihan merupakan gaya penulisan kitab Yesaya karena di dalam
seluruh kitab Yesaya berita penghukuman tidak berdiri sendiri, tetapi
selalu diikuti dengan pemulihan dan keselamatan untuk menyatakan
keadilan Allah terhadap umat-Nya. 2 Pengutusan Yesaya sebagai nabi
dimulai dengan perjumpaannya dengan Tuhan. Dalam perjumpaannya
dengan Tuhan, Yesaya mengakui kenajisan dirinya, dan ia pun
dikuduskan oleh TUHAN. Setelah dikuduskan, ia siap menerima
pengutusan yang dinyatakan kepadanya. 3 Kitab ini ditulis oleh Nabi
Yesaya sendiri.
B. Tujuan
Adapun tujuan panggilan Nabi Yesaya adalah sebagai berikut:

1. Penyataan diri Tuhan


2. Penyataan diri Yesaya
3. Penyataan Panggilan Pelayanan
Bab II
Pembahasan
A. Penyataan Diri Tuhan
Panggilan pelayanan yang diterima oleh Yesaya dimulai dari
penyataan diri Tuhan kepadanya pada tahun kematian raja Uzia. Yesaya
mengalami secara langsung pertemuan dengan Tuhan sebelum ia
menerima panggilan pelayanan. Pertemuan dengan Tuhan itu
membuatnya mengenal jati diri Tuhan yang memanggilnya sebelum ia
menyatakan kesiapannya untuk memenuhi panggilan tersebut. Tuhan
yang memanggilnya adalah Tuhn yang bertahta di bait-Nya. Ia adalah
kudus adanya. Ia adalah Tuhan balatentara, dan seluruh bumi penuh
kemuliaan-Nya.
a. Tahun kematian raja Uzia (ayat 1a)
Penglihatan yang dialami oleh Yesaya dimulai dengan waktu dan
peristiwa zaman itu. Pada awal kepemimpinan raja Uzia, ia melakukan apa
yang benar di mata Tuhan (2 Raja-raja 15:3), dan Tuhan membuatnya
berhasil (2 Taw 26:4-5). Penyebutan nama raja Uzia menggambarkan
kehidupan bangsa Yehuda yang serupa dengan kehidupan dirinya. Kedua-
duanya telah berubah menjadi tidak setia kepada Tuhan. Menurut Bullock,
tahun kematian Uzia menjadi tanda berakhirnya kemakmuran dan
kedamaian di Yehuda.4 Pada masa itu pasukan Asyur berusaha menguasai
Yehuda sehingga orang-orang Yehuda dihantui rasa takut dan kecewa.
Dengan kata lain, Yehuda sedang dalam ancaman secara politik dari Asyur
yang akan menguasainya.
b. Penglihatan tentang Tuhan (ayat 1b)
Yesaya menyebutkan penglihatannya dengan menyebutnya, “Aku
melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan yang diagungkan, dan
ujung jubahnya memnuhi Bait Suci”. Tuhan yang menyatakan diri kepada
Yesaya adalah “Adonay” yang berarti “Tuhan segala tuan,” yang
menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi hanya dimiliki oleh Tuhan. Adonay
juga berarti Tuan atas segala sesuatu, yang menyatakan bahwa Tuhan
memiliki segala yang ada di bumi dan di surga (bdk. Yes. 6:3). Penyataan
diri Allah menunjukkan bahwa Allah sebenarnya terpisah dari manusia
karena kesuciaan-Nya, tetapi Ia juga dekat dengan manusia untuk
menyatakan anugerah-Nya.
c. Penglihatan tentang Serafim (ayat 2-4)
Para seraf adalah makluk sorgawi (ayt 2) yang ada bersama- sama
dengan Allah. seraf berarti membakar. Umumnya para seraf dianggap
seperti jenis malaikat yang bersama dengan Tuhan. Seraf memiliki enam
sayap. keenam sayap yang dimiliki oleh para seraf menunjukkan gerak
cepat, dan kesiapsediaan mereka untuk senantiasa melaksanakan tanggung
jawab dengan semangat yang menyala-nyalaDan mereka berseru seorang
kepada seorang, katanya, “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam,
seluruh bumi penuh kemuliaan- Nya!” (ayat 3). Para seraf bukanlah
manusia, bukan pula binatang. Mereka adalah makluk surgawi yang ada di
hadirat Tuhan untuk menyatakan kekudusan Tuhan dan melayani manusia.
Itu berarti bahwa TUHAN yang kekudusan-Nya dinyatakan oleh para seraf
adalah Tuan di atas segala tuan yang memiliki dan melayani umat-Nya
dengan segala yang dimiliki-Nya.
B. Penyataan Diri Yesaya

Setelah Yesaya mengetahui kekudusan, kemahakuasaan, dan


kemuliaan TUHAN, ia menyadari dirinya tidak pantas berhadapan dengan
Tuhan yang kudus yang berperang melawan umat-Nya karena kenajisan
mereka. Namun Yesaya mengalami anugerah TUHAN. Kesalahannya di
hapuskan dan dosanya ditebus oleh Tuhan sebelum ia dinyataka layak
menerima panggilan Tuhan.
a. Pengakuan tentang kenajisan oleh Yesaya (ayat 5)
Melihat penampakan tersebut Yesaya sadar bahwa ia berada dalam
keadaan nyaris mati, celaka. Ia benar-benar dicekam ketakutan. Yesaya
sadar bahwa ketakutan yang dialaminya disebabkan oleh
ketidaksempurnaannya secara moral di hadapan Allah, sehingga ia
mengakui dosanya dan dosa bangsanya. Oleh karena itu Yesaya ketakutan
dan merasa tidak layak berada di hadapan Tuhan. Ungkapan “celaka”
adalah salah satu kata yang sering digunakan oleh Yesaya untuk menegur
Yehuda yang berada diambang kehancuran (1:4;, 6:5; 10:1; 45:9, 10).
Seruan celaka yang disebutkan oleh Yesaya (6:5) buah dinyatakan kepada
orang lain, tetapi dimulai dari dirinya sendiri. Yesaya sadar bahwa ajalnya
telah tiba karena ia telah melihat TUHAN. Yesaya tidak membela diri dan
memohon kemurahan dari Allah, tetapi ia berada dalam keadaan tanpa
pengharapan. Perkataan Yesaya itu menunjukkan bahwa ia memahami
perkataan dan pengalaman Musa serta bangsa Israel ketika berhadapan
dengan kemuliaan Allah (Kel. 33:20).
Kemungkinan lain, Yesaya berkata demikian tentang dirinya karena ia
melihat para seraf sedang menyanyikan kekudusan, tetapi ia tidak dapat
terlihat di dalamnya. Perkataan Yesaya memperlihatkan bahwa, ia tidak
merasa lebih baik daripada orang-orang sebangsanya. Ia tidak berbeda
dengan orang-orang Yehuda. Yesaya merasa ia dan bangsanya tidak layak
untuk diterima di hadapan TUHAN, dan mereka berada dalam keadaan
nyaris celaka.
a). Penyucian dan Penebusan (Ayat 6-7).
Ketika Yesaya menyadari bahwa dirinya nyaris celaka dan mengakui
keadaannya yang najis, salah satu dari para seraf itu terbang ke arahnya
sambil membawa bara yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah (ayat
6). Tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa seraf menjaga dirinya dari
bara agar tidak terbakar, sehingga harus menggunakan sepit.
Dosa yang dimiliki Yesaya tidak lagi diperhitungkan oleh Tuhan, dan
Yesaya pun tidak mengalami akibat buruknya. Hal tersebut sejalan dalam
konsep Taurat, bahwa pembakaran lemak bertujuan untuk mngadakan
pendamaian sehingga pengampunan diberikan (Im. 4:26). Jadi, bibir menjadi
fokus penyucian yang dilakukan oleh Allah melalui para seraf. Hal itu sesuai
dengan pengakuan dosa yang disampaikan oleh Yesaya ketika ia
mendengan pujian tentang kesucian Allah yang dinyanyikan para seraf, “aku
ini seorang yang najis bibir.”

C. Penyataan Panggilan Pelayanan (Ayat 8-13)

Yesaya hanya layak menerima panggilan TUHAN setelah ia


mengalami perjumpaan dengan TUHAN dan dikuduskan oleh TUHAN. Itulah
proses panggilan pelayanan sebelum TUHAN menawarkan pelayanan yang
akan dibebankan kepada Yesaya. Dalam panggilan itu TUHAN tidak
memaksa Yesaya. Meskipun begitu Yesaya siap melaksanakannya dengan
sepenuh hati.
Respon Yesaya, “Maka jawabku, “Sesungguhnya utuslah aku!”
jawaban yang disampaikan Yesaya tidak menunjukkan tawar-menawar
antara dirinya dengan Tuhan. Yesaya pun tidak meminta keterangan lebih
lanjut tentang panggilannya, tatapi secara spontan menandakan
kesediaannya untuk mengikuti panggilan Tuhan. 8 Ungkapan “utuslah aku”
yng disampaikan Yesaya kepada Tuhan adalah perkataan yang mengiyakan
panggilan Tuhan, tetapi juga disertai dengan permohonan pemberian kuasa
untuk pergi melayani orang-orang Yehuda. Tampaknya Yesaya diberikan
tugas yang berat, pelayanan yang sukar dimengerti bahkan sepertinya akan
mengalami kegagalan. Namun ia siap melaksanakannya, dengan
mengatakan, “Ini aku, utuslah aku!” penunjukan Yesaya merupakan
pernyataan perang terhadap Yehuda. Dalam perang itu, Yesaya akan
berhadapan dengan orang yang tidak mau mendengar dan tidak mau
berubah. Namun Allah yang menyertai dia adalah Allah yang berada di
medan pertempuran. Allah yang akan berperang baginya dalam pelayanan
yang dilaksanakannya.

Langkah pertama dalam memenuhi pangilan pelayanan adalah


penyataan diri Tuhan kepadanya tentang jati diri Tuhan yang memanggilnya.
Perjumpaan dengan Tuhan akan menolong seseorang untuk mengenal
Tuhan secara benar dan menjamin bahwa dirinya akan memenuhi panggilan
yang diterimanya. Perjumpaan dengan Tuhan ditandai dengan pengakuan
terhadap kebesaran, kekudusan, dan kemahakuasaan Tuhan. Pengakuan
tentang keberadaan Tuhan disertai dengan pengakuan dosa dan
ketidaklayakan di hadapan Allah. Berikut ini adalah beberapa implikasi
penting dari Yesaya 6:1-13.
1. Pengajaran tentang Allah

Pada tahun matinya raja Uzia, Yesaya melihat Tuhan bertahta


ditahta-Nya yang menjulang dengan kemuliaan-Nya yang memnuhi bumi. Itu
menunjukkan bahwa dalam kehidupan pelayanan seorang hamba Tuhan,
kekuasaan-kekuasaan yang ada di sekitarnya memiliki batas waktu dan
dapat berakhir, Tetapi Tuhan akan tetap berada di tahta-Nya yang kekal,
agung, dan mulia, serta tidak tergantikan oleh siapa pun.
Penglihatan yang dialami Yesaya tentang pertemuannya dengan
Tuhan menunjukkan, bahwa bagi seorang hamba Tuhan, penyembahan
bukan sekedar beribadah tatapi juga berada di hadirat-Nya dan mengalami
kehadiran-Nya. Kekudusan Tuhan dari para seraf yang didengar oleh
Yesaya menunjukkan keutamaan diri-Nya yang dinyatakan kepada manusia.

2. Pengajaran tentang Hamba Tuhan

Jikalau meninjau kehidupan dan kegagalan Uzia pada akhir


kekuasaannya, kita dapat melihat bahwa keberhasilan yang dialami
seseorang dalam pelayanan yang dilaksanakannya menyatakan keunggulan
orang tersebut. Namun, keberhasilan itu juga dapat menjadi ganjalan yang
menjatuhkannya. Jika ia tidak menjaga hatinya, ia akan sombong.
Panggilan Allah kepada seseorang untuk menjadi hamba-Nya dimulai
dengan pengenalannya tentang Allah, pengakuan akan dosa- dosanya,
kesadaran akan anugerah dan pengampunan dan penebusan segala
dosanya, penerimaan akan panggilan Allah, serta diakhiri dengan kesiapan
untuk melaksanakan tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya. Yesaya
mengakui dosanya secara pribadi dan dosa bangsanya. Hal itu
menunjukkan bahwa ia adalah bagian dari orang- orang sebangsanya.

3. Pengajaran tentang Pelayanan

Panggilan pelayanan seorang hamba Tuhan adalah anugerah Allah


baginya untuk turut serta dalam melaksanakan misi Allah, yaitu menyatakan
kebenaran bahwa Allah menghukum orang yang berdosa dan
menyelamatkan orang yang berpaling dari segala dosanya. Berkaca pada
panggilan Yesaya, pelayanan adalah kepercyaan yang diberikan Allah
kepada seseorang sesuai dengan panggilan yang telah Allah nyatakan
kepadanya (6:9-10). Bahkan bentuk dan hasil pelayanan pun telah
ditentukan oleh Allah sesuai dengan kapasitas dan isi panggilan yang
dinyatakan kepada-Nya (6:11-13). Walaupun orang-orang yang dihasilkan
dari pelayanan sedikit, itulah yang dikehendaki Allah untuk suatu masa
depan yang besar.
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Belajar dari pemanggilan Nabi Yesaya dapat ditarik kesimpulan


bahwa seorang hamba Tuhan harus setia dan bertanggungjawab dalam
menjalankan tugasnya sebagai orang yang telah dipanggil/diurapi oleh
Tuhan, siap dengan segala kondisi dalam medan pelayanan, dan
berkomitmen seperti ucapan nabi Yesaya “Ini Aku Utulah Aku”. Kalimat ini
harus menjiwai pelayan Tuhan pada zaman ini, sehingga segala tindakannya
memuliakan Tuhan.
Daftar Pustaka

Bart. Christoph. 2010. Teologi perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Tozer, A. W. 2006. Mengenal Yang Maha Kudus. Bandung: Kalam Hidup. Bullock,
Hassel C. 2009. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.

Teschner. 2001. Achim Rangkaian Visi Mutiara Kitab Yesaya. Jakarta: YKBK.

Widyapranawa, S. H. 1973. Tafsiran Yesaya 1-12. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Marie Claire Barth, Tafsiran Alkitab Yesaya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008).

Anda mungkin juga menyukai