Anda di halaman 1dari 2

(1) Teks : Yesaya 7:10-17

Tanggapi permasalahan berikut : Seorang teman berkata bahwa Imanuel yang dimaksud Yesaya adalah Yesus.
Konteks
Sekitar 735 - 733 SM, terjadi perang antara Siria yang bersekutu dengan Israel (Utara) melawan Yehuda. Awalnya
koalisi ini mengajak Yehuda (raja Ahas) untuk bergabung memerangi Asyur, namun Ahas menolak. Maka Siria dan
Israel memutuskan untuk memerangi Yehuda dulu, dan mengganti raja Ahas. Mereka mengepung ibukotanya
(Yerusalem). Maka Ahas pun terpikir untuk meminta bantuan kepada Asyur untuk menggagalkan serangan Siria
dan Israel. Namun Allah memerintahkan Yesaya untuk menemui Ahas dan meneguhkan imannya bahwa Tuhan
akan melindungi Yehuda (Yes 7:7). Yesaya diminta untuk mencegah Ahas meminta bantuan pada Asyur. Sesuai
firman Tuhan, Yesaya meminta Ahas untuk meminta tanda dari Tuhan, namun Ahas pada prinsipnya memang tidak
mau percaya pada Tuhan. Maka Yesaya sendiri yang memberi tanda, kapan Siria dan Israel hancur (Yes 7:13-17).
1. Seorang perempuan muda mengandung (ini biasa, bukan mukjizat).
2. Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
3. Sebelum Imanuel ini beranjak dewasa, baik Siria maupun Israel akan hancur.

Tafsir
Yesaya sangat beriman pada Tuhan. Bangsa – bangsa adikuasa sekalipun hanya merupakan alat pelaksana
kehendak Allah. Pada waktunya, Asyur dikendalikan Tuhan untuk menghancurkan Siria dan Israel. Yesaya minta
Ahas percaya pada Tuhan dan menunggu bantuan Tuhan. Buktinya adalah tanda yang diberikan Tuhan (Imanuel
yang dilahirkan oleh seorang perempuan muda). Sayangnya, Ahas tidak mendengarkan nubuat Yesaya. Ia tetap
meminta bantuan Asyur yang lalu menghancurkan Israel dan Siria, dan Yehuda akhirnya tunduk kepada Asyur.
Nubuat Yesaya mengenai Imanuel ditujukan kepada Ahas, supaya dilihat Ahas. Jadi Imanuel yang dinubuatkan
Yesaya bukan Yesus. Yesus adalah Imanuel (menurut Matius), namun bukan Imanuel yang dinubuatkan oleh
Yesaya.

(2) Teks : Yehezkiel 2:8 – 3:3


Tanggapi permasalahan berikut : Seorang teman bertanya – tanya mengapa Tuhan memerintahkan Yehezkiel
untuk memakan gulungan kitab.

Konteks
Yeh 2:8 – 3:3 berbicara mengenai tanggapan Yehezkiel akan panggilannya (2:1-7). Yehezkiel dipanggil menjadi
nabi Tuhan sekitar 593SM (menjelang kehancuran Yerusalem, Yeh 33:21). Dua kali Tuhan menyuruh Yehezkiel
memakan gulungan kitab yang Ia pegang (Yeh 2:8b, 3:1), menandakan :
1. Yehezkiel harus taat kepada Allah melebihi segala sesuatu,
2. Menunjukkan keragu – raguan Yehezkiel dalam menanggapi panggilan Tuhan, namun ia memilih taat.

Tafsir
1. Gulungan kitab itu berisi nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah, dan rintihan. Itulah kepahitan yang
akan dirasakan orang Yehuda karena keras kepala dan tegar hati, tidak mau taat kepada Tuhan.
2. Rasa manis dirasakan Yehezkiel setelah menelan gulungan kitab (melambangkan firman Tuhan).
Dengan menelannya, ia menyerap sari – sarinya dan Firman itu menyatu dengan dirinya. Pewarta firman
seperti Yehezkiel tidak akan dimuluskan dari kesulitan, namun ia akan menjalani hidupnya dengan baik
dan manis. Karena Firman Tuhan adalah santapan bagi jiwa. Firman Tuhan diberikan untuk memberi
hikmat kebijaksanaan dan kekuatan untuk kuat bertahan menghadapi berbagai gelombang kehidupan.

Penglihatan tentang gulungan kitab ini juga merupakan ungkapan pertobatan Yehezkiel.
Firman kebenaran Tuhan akan kehancuran Bait Allah telah dinubuatkan Yeremia, namun ditolak oleh para imam,
para nabi dan seluruh rakyat Yehuda (Yer 26:6). Yeremia mengalami banyak penganiayaan karena nubuat –
nubuatnya akan kehancuran Yehuda, Yerusalem dan Bait Allah. Sebagai imam muda yang bertugas Bait Allah,
Yehezkiel mungkin hadir menyaksikan penganiayaan Yeremia (tanpa menolongnya). Namun setelah dibuang ke
Babel, Yehezkiel menyadari kesalahannya dan bertobat menjadi penerus karya pewartaan Yeremia. Maka Tuhan
memintanya untuk menelan gulungan kitab itu. Saat Tuhan memanggil kita, Tuhan akan memampukan kita untuk
melakukan panggilanNya dan akan berbuah manis jika kita taat padaNya.

(3) Teks : Maleakhi 3:6-12


Tanggapi permasalahan berikut : Seorang yang berasal dari Gereja lain berkata bahwa umat Katolik tidak
diberkati Tuhan karena tidak membayar persepuluhan.

Konteks

1
/10 banyak digunakan dalam bangsa – bangsa di Timur Tengah saat itu. Angka 10 melambangkan keseluruhan
jiwa raga, sebuah persembahan yang utuh. Abraham yang berasal dari Ur-Kasdim (Mesopotamia) sudah mengenal
tradisi 1/10 ini, ia memberikan 1/10 dari hartanya kepada Melkisedek (Kej. 14:18-20).
Maleakhi mengingatkan persepuluhan adalah simbol rasa syukur kepada Tuhan, karena Tuhan mengijinkan
bangsa Israel tinggal di tanah terjanji Kanaan yang subur. Maka setiap rejeki dan harta kekayaan (hasil panen dan
hewan ternak) yang mereka miliki berasal dari Tuhan sendiri (Im 27:30 , 32). It is purely a thanksgiving spirit.
Persepuluhan sangat mendukung kelangsungan hidup kaum miskin, kaum Lewi dan para Imam, terutama karena
saat itu Israel didera bencana kekeringan dan kelaparan.

Tafsir

Yesus mendongkrak persepuluhan. Memberi/berbagi kasih tidak lagi diletakkan dalam konteks Hukum Taurat
(jika dilakukan, pelaku mendapat berkat, jika tidak dilakukan, akan dikutuk). Kita berbagi kasih karena Tuhan telah
terlebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:19)
Bagi Yesus, sikap hati (ketulusan, kerendahan hati dan penuh sukacita) saat berbagi yang lebih penting daripada
nominal tertentu. Ia juga mengajarkan supaya kita mempersembahkan seluruh jiwa raga, mempersembahkan
tubuh sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1).
BagiNya, membela keadilan dan kebenaran serta berbelas kasih kepada kaum marginal jauh lebih penting
daripada mematok sejumlah uang persembahan. Istilah persepuluhan atau 1/10 hanya ditemukan 3x dalam
Perjanjian Baru (Mat.23:23, Ibr, 7:2,4, Ibr. 7:5-9). Si janda miskin yang mempersembahkan 2 peser yang secara
nominal sangat kecil, telah memberikan semua yang ada padanya. Inilah semangat persepuluhan.
Ungkapan syukur seyogyanya diberikan tanpa paksaan. Bisa saja ada yang menjual hartanya (untuk membantu
jemaat yang miskin (Kis 2:44-47). Bisa kurang atau lebih dari 1/10. , yang penting dengan penuh sukacita.

Anda mungkin juga menyukai