Anda di halaman 1dari 24

TEORI PERUBAHAN PERILAKU DAN STRATEGI

PERUBAHAN PERILAKU

HARVINA SAWITRI, SKM, MKM


Determinan dan Perubahan Perilaku

1. Asumsi determinan perilaku manusia

Pengetahuan
Pengalaman Persepsi
Keyakinan Sikap
Kehendak Perilaku
Fasilitas
Sosbud Motivasi
Niat
2. Teori-teori perubahan perilaku
a. Teori Stimulus Organisme Respons (S-O-R)
Penyebab perubahan perilaku bergantung pd
kualitas stimulus yg berkomunikasi dgn
organisme kualitas sumber komunikasi :
kredibilitas, kepemimpinan, gaya
bicarasangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku.
Stimulus
Organisme
-Perhatian
--pengertian
--penerimaan

Reaksi
(perubahan sikap)

Reaksi
(perubahan praktek)
b. Teori Disonansi (dissonance theory) dr Festingger
• Disonansi (ketidakseimbangan) terjd krn dlm diri
individu terdpt 2 elemen kognisi
(pengetahuan/pendapat/keyakinan) yg saling
bertentangan
• Bila individu menghadapi stimulus/obyek yg
menimbulkan pendapat/keyakinan yg
berbeda/bertentangan dlm diri individu disonansi
kognitif (diliputi ketegangan) berusaha mencapai
keseimbangan kembali (konsonansi)
• Ketidakseimbangan perubahan perilaku
(keseimbangan)
c. Teori Fungsi
•Perubahan perilaku bergantung pd kebutuhan
•Katz (1960) berasumsi :
1) Perilaku memiliki fungsi instrumental memberi
layanan kebutuhan perilaku positif thd obyek demi
pemenuhan kebutuhan & sebaliknya.

2) Perilaku berfungsi sbg defense mechanism


(pertahanan diri) thd lingk melindungi diri dr ancaman
3) Perilaku berfungsi sebagai penerima dan pemberi arti
obyek selalu menyesuaikan diri dgn lingk.
melakukan pengambilan keputusan thd
stimulus/obyek scr spontan dan dlm waktu singkat.

4) Perilaku berfungsi sbg nilai ekspresif dr diri individu dlm


menjawab suatu situasi berasal dr konsep
diri/pencerminan hati sanubari
• Teori ini berkeyakinan perilaku mempunyai fungsi
menghadapi dunia luar & selalu menyesuaikan diri dgn
lingk sesuai kebutuhan
d. Teori Kurt Lewin
• Perilaku manusia adlh keadaan seimbang antara kekuatan-
kekuatan pendorong (driving forces) dgn kekuatan-kekuatan
penahan (restining forces)
• Perilaku dpt berubah bila terjd ketidakseimbangan antara kedua
kekuatan tsb.ada 3 kemungkinan :
1) Kekuatan pendorong meningkat
2) Kekuatan penahan menurun
3) Kekuatan pendorong meningkat, Kekuatan penahan menurun
TEORI HEALTH BELIEF MODEL
• Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan didasarkan
atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis.
• Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan sebagai
model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor
esensial ;
1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka
menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya
merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.
TEORI HBM (HEALTH BELIEF MODEL)
1.      Perceived Susceptibility
•Perceived Susceptibility adalah kepercayaan seseorang dengan
menganggap menderita penyakit adalah hasil melakukan perilaku
terentu. Jika persepsi kerentanan terhadap penyakit tinggi maka perilaku
sehat yang dilakukan seseorang juga tinggi. Contohnya seseorang
percaya kalau semua orang berpotensi terkena kanker.
2.      Perceived Severity
•Perceived Severity adalah kepercayaan subyektif individu dalam
menyebarnya penyakit disebabkan oleh perilaku atau percaya seberapa
berbahayanya penyakit sehingga menghindari perilaku tidak sehat. Jika
persepsi keparahan individu tinggi maka ia akan berperilaku sehat.
Contohnya individu percaya kalau merokok dapat menyebabkan kanker
3.      Perceived Benefits
•Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang
disarankan untuk mengurangi resiko penyakit. Perceived benefits secara ringkas
berarti persepsi keuntungan yang memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat.
Individu yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan
perilaku sehat seperti medical check up rutin. Contoh lain adalah kalau tidak merokok,
dia tidak akan terkena kanker.
4.      Perceived Barriers
•Perceived barriers adalah kepercayaan mengenai harga dari perilaku yang dilakukan.
Perceived barriers secara singkat berarti persepsi hambatan aatau persepsi
menurunnya kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat. Contohnya, kalau
tidak merokok tidak enak, mulut terasa asam. Contoh lain SADARI (periksa payudara
sendiri) untuk perempuan yang dirasa agak susah dalm menghitung masa subur
membuat perempuan enggan SADARI.
5.      Cues to Action
•Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat
seseorang merasa butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan
nyata untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action juga berarti
dukungan atau dorongan dari ligkungan terhadap individu yang
melakukan perilaku sehat. Saran dokter atau rekomendasi telah
ditemukan utnuk menjadi cues to action.
6.      Self Efficacy
•Hal yang berguna dalam memproteksi kesehatan adalah self efficacy.
Self efficacy dalam istilah umum adalah kepercayaan diri seseorang
dalam menjalankan tugas tertentu.  Self Efficacy adalah kepercayaan
seseorang mengenai kemampuannya untuk mempersuasi keadaan atau
merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan.
APLIKASI HBM UNTUK PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA

1.      Perceived Susceptibility


•Perempuan memiliki presepsi bahwa mereka dapat menderita kanker
payudara.
2.      Perceived Severity
•Perempuan percaya bahwa kanker payudara adalah penyakit yang
membahayakan dan menyakitkan sehingga diperlukan langkah
pencegahan.
3.      Perceived Benefits
•Perempuan percaya dengan melakukan SADARI (periksa payudara
sendiri) adalah upaya preventif yang menguntungkan.
4.      Perceived Barriers
•Perempuan harus menghitung masa subur terlebih dahulu sebelum
melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) sehingga muncul
keengganan dalam melakukannya.
5.      Cues to action
•Melakukan tindakan nyata SADARI (periksa payudara sendiri) dan
membuat jadwal masa mentruasi sehingga mengetahui masa subur.
6.      Self Efficacy
•Merasa percaya diri setelah melakukan  SADARI (periksa payudara
sendiri)
F. Bentuk – bentuk perubahan perilaku
menurut WHO :
1. Perub. Alamiah (natural change)
2. Perubahan terencana (planned
change) direncanakan oleh subyek
3. Kesediaan untuk berubah (readines to
change) tiap orang memiliki
kesediaan untuk berubah yg berbeda-
beda meski kondisi sama.
G. Strategi perubahan perilaku
menurut WHO :
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
• Misal : dengan adanya peraturan-peraturan / perundang-
undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.
• Strategi ini dapat berlangsung cepat akan tetapi belum tentu
berlangsung lama karena perubahan perilaku terjadi tidak
atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
• Dengan memberikan informasi-informasi tentang sesuatu hal
yang berkaitan  dengan hal tertentu.
3.  Diskusi partisipasi
• Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas
yang dalam memberikan informasi-informasi tentang peraturan
baru organisasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah.
LANGKAH–LANGKAH UNTUK MEMPRAKARSAI
PERUBAHAN ORGANISASI MENURUT KOTLER
a. Menetapkan rasa kegentingan, yakni mencairkan organisasi dengan
menciptakan alasan yang memaksa mengapa perubahan diperlukan.
b. Menciptakan koalisi yang memberikan pedoman, yakni dengan menciptakan
orang -orang yang lintas fungsi dan lintas kelompok dengan kekuatan yang
mencukupi untuk memimpin perubahan.
c. Mengembangkan suatu visi dan strategi, yakni menciptakan visi dan rencana
strategis untuk memandu proses perubahan.
d. Membentuk dan mengimplementasikan strategi komunikasi yang secara
konsisten mengkomunikasikan visi dan rencana strategi baru.
e. Memberdayakan tindakan yang berbasis luas, dengan menghilangkan
halangan terhadap perubahan dan menggunakan elemen– elemen target dari
perubahan untuk mentransformasikan organisasi. Mendorong sikap yang
berani mengambil resiko dan penyelesaian masalah yang kreatif.
f. Menghasilkan kemenangan jangka pendek, yakni merencanakan
untuk menciptakan kemenangan atau perbaikan jangka pendek,
mengakui dan menghargai karyawan yang memberikan kontribusi
terhadap kemenangan.
g.      Mengonsolidasikan keuntungan dan menghasilkan lebih banyak
perubahan. Deskripsinya yakni koalisi yang memandu menggunakan
kredibilitas dari kemenangan jangka pendek untuk menciptakan lebih
banyak perubahan. Tambahan karyawan dilibatkan pada proses
perubahan ketika perubahan mengalir ke seluruh organisasi. Usaha
ini dibuat untuk menyegarkan kembali proses perubahan.
h.      Menancapkan pendekatan baru ke dalam budaya, dengan cara
memperkuat perubahan dengan menggarisbawahi hubungan antara
perilaku dan proses baru dengan keberhasilan organisasi.
Mengembangkan metode-metode untuk memastikan pengembangan
dan suksesi kepemimpinan.
TAHAP-TAHAP PROSES PERUBAHAN
1. Tekanan dan desakan. Proses mulai ketika manajemen puncak mulai merasa
adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan, biasanya disebabkan berbagai
masalah yang berarti, seperti penurunan pejualan atau penurunan laba secara
tajam.

2. Intervensi dan reorientasi. Konsultan atau pengantar perubahan dari luar


sering digunakan untuk merumuskan masalah dan memulai proses dengan
membuat para organisasi untuk memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut.

3. Diagnosa dan pengenalan masalah. Informasi dikumpulkan dan dianalisa oleh


pengantar perubahan dan manajemen.
4.      Penemuan dan komitmen pada penyelesaian. Pengantar
perubahan hendaknya merangsang pemikiran dan mencoba untuk
menghindari penggunaan metode-metode lama yang sama.
Penyelesaian-penyelesaian diketemukan melalui pengembangan
secara kreatif, alternatif – alternatif baru dan masuk akal.
5.      Percobaan dan pencarian hasil-hasil. Penyelesaian-
penyelesaian pada tahap empat biasanya diuji dalam program-
program percobaan berkala dan hasil-hasilnya dianalisis.
6.       Penguatan dan penerimaan. Bila serangkaian kekuatan telah
diuji dan sesuai keinginan, harus diterima secara sukarela.
Pelaksanaan kegiatan yang telah diterima harus menjadi sumber
penguatan dan menimbulkan keterikatan terhadap perubahan
• Proses perubahan perilaku terjadi tidak saja pada intrapersonal,
tetapi juga interpersonal
• Lewin dg teori “unfreezing-to-refreezing” mengemukkan 5 fase
perubahan :
1. Fase pencairan :mulai mempertimbangkan penerimaan perubahan --
siap menerima perubahan
2. Fase diagnosa masalah : individu mengidentifikasi kekuatan pendukung
dan kekuatan penentang perubahan - menentukan arah perubahan
3. Fase penentuan tujuan : individu menentukan tujuan arah perubahan yg
diterimanya
4. Fase tingkah laku baru : individu mulai mencoba tingkah laku baru dan
membandingkan dengan perilaku sebelumnya.
5. Fase pembekuan : jika perubahan dianggap berguna, kemudian
diasimiliasikan menjadi tingkah laku permanen
Untuk mengefektifkan perubahan, LEWIN mengemukakan tiga cara :
1. Memperkuat driving force : gagasan pembaharuan digalakkan dengan
penerangan, penyuluhan, pendidikan, dan pembuatan perundangan
2. Mereduksi restraining force. : mengikutsertakan masyarakat dalam
kegiatan, sehingga melumpuhkan kekuatan penahan
3. Kombinasi kedua cara diatas.

Anda mungkin juga menyukai