Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR

PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN


KEPERAWATAN KEGAWATAN
PERNAFASAN
Gita Novaliana (201902030058)
Pengertian
1.Aspirasi Benda Asing
2. Obstruksi Jalan Nafas
Obstruksi jalan napas merupakan kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi
pernafasannya terkait dengan ketidak mampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan
karena sekresi yang kental atau berlebihan.
3. Cedera Inhalasi
4. Gagal Nafas
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaan oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-
paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida
dalam sel-sel tubuh.
Etiologi
1. Aspirasi Benda Asing
Kejadian aspirasi benda asing pada anak balita dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti belum
berkembangnya gigi geraham, mekanisme menelan belum sempurna, jalan napas sempit, kebiasaan
meletakkan objek ke dalam mulut, dan aktivitas fisik yang aktif. Kurangnya pengawasan orang tua
juga meningkatkan risiko aspirasi benda asing.
2. Obstruksi Jalan Nafas
Obstuksi jalan nafas disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau partikel
lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakhea.
3. Cedera Inhalasi
Gas CO adalah penyebab utama dari kejadian cedera inhalasi. Ada tiga mekanisme yang
menyebabkan cedera pada trauma inhalasi yaitu kerusakan jaringan kare suhu yang sangat tinggi,
iritasi paru-paru dan asfiksia.
Lanjutan
4. Gagal Nafas
a) Penyebab sentral
• Kelainan neuromuskuler
• Kelainan jalan nafas
• Kelainan tulang iga/thorax
• Kelainan jantung
• Kelainan di paru

b) Penyebab perifer
• Trauma kepala
• Radang otak
• Gangguan vaskuler
• Obat-obatan
Patofisiologi
1. Aspirasi Benda Asing
Sebagian besar benda asing yang tertelan adalah organic (81%). Benda asing organic seperti
kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik. Benda asing yang terbuaut dari metal tipis, seperti
peniti atau jarum dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dengan gejala batuk spasmodic.
Benda-benda asing yang lama berada di bronkus dapat menyebabkan terjadi perubahan pada patologik
jaringan sehingga dapat menimbulkan komplikasi, seperti penyakit paru-paru kronik suspuratif. Factor
yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas antara lain factor personal
(umur, jenis, kelamin, pekerjaan, kondisi social, dan tempat tinggal) faktor fisik (kelainan dan
penyakit neurologic).
2. Obstruksi Jalan Nafas
Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis terletak di
belakang tenggorokan (jalan napas). Agar tidak terjadi salah masuk, maka diantara kerongkongan dan
tenggorokan terdapat sebuah katup epiglotis yang bergerak secara bergantian menutup tenggorokan
dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat bernapas, katup menutup kerongkongan agar
udara menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan.
Lanjutan
3. Cedera Inhalasi
Cedera inhalasi terjadi karena pernafasan menghirup asap atau zat kimia dari hasil pembakaran
yang menimbulkan angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Cedera inhalasi dapat
menyebabkan keracunan sistemik pada tubuh. Lokasi dan keparahan trauma tergantung dari beberapa
factor, termasuk sumber api, ukuran, dan diameter partikel yang ada dalam asap, lamanya kebakaran,
dan kandungan gas-gasnya.
4. Gagal Nafas
Terdapat 2 mekanisme dasar yang mengakibatkan kegagalan pernafasan yaitu obstruksi saluran
nafas dan konsolidasi atau kolaps alveolus. Apabila seorang anak menderita infeksi saluran nafas
maka akan terjadi sekresi trankeobronkial bertambah, proses peradangan dan sumbatan jalan nafas,
aliran darah pulmonal bertambah, metabolic rate bertambah.
Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
1. Aspirasi Benda Asing
Terdapat 3 tahapan gejala yang timbul akibat aspirasi benda asing pada saluran nafas:
a. Kejadian awal : batuk keras, tersedak, rasa tercekik, dan kemungkinan obstruksi jalan nafas terjadi
segera setelah benda asing teraspirasi.
b. Interval asimtmatis : Pada tahap kedua ini benda asing menetap, refleks berkurang dan
menghilang, dan gejala iritasi awal mereda.
c. Komplikasi : Pada tahap ketiga, terjadi obstruksi, erosi, atau infeksi, dan mengarahkan perhatian
kita kepada adanya benda asing. Tanda-tandanya antara lain: demam, batuk, dan batuk darah.

2. Obstruksi Jalan Nafas


Tanda dan gejala obstruksi saluran napas atas, antara lain distress pernapasan, perubahan suara,
disfagia, odinofagia, tanda tersedak, stridor, pembengkakan muka, dan takikardia.
Lanjutan
3. Cedera Inhalasi
a) Luka bakar di wajah
b) Edema dari orofaring
c) Suara serak
d) Stidor
e) Lesi mukosa atas saluran napas
f) Sputum karbon
g) Gejala pada saluran napas bagian bawah seperti takipnea, dyspnea, batuk, suara napas menurun,
whezzing rhonki, retraksi.
h) Siaonis
i) Asfiksia
4. Gagal Nafas
Lanjutan
3. Cedera Inhalasi 4. Gagal Nafas
a) Luka bakar di wajah
b) Edema dari orofaring a) Tanda
c) Suara serak 1) Gagal nafas total
d) Stidor • Aliran udara di mulut hidung tidak
e) Lesi mukosa atas saluran napas dapat di dengar / di rasakan
f) Sputum karbon 2) Gagal nafas parsial
g) Gejala pada saluran napas bagian • Terdengar suara nafas tambahan
bawah seperti takipnea, dyspnea, gargling, snoring, growing dan
batuk, suara napas menurun, whizzing
whezzing rhonki, retraksi. b) Gejala
h) Siaonis • Hiperkapnia yaitu penurunan
i) Asfiksia kesadaran (PCO2
• Hipoksemia yaitu takkikardia,
gelisah, berkeringat, atau sianosis
(PO menurun)
Pemeriksaan Penunjang
1. Aspirasi Benda Asing
Benda asing yang bersifat radioopak dapat dibuat foto thorak segera setelah kejadian,
sedangkan benda asing yang radiolus (seperti kacang-kacangan) lebih bermakana jika telah melewati
waktu 24 jam setelah kejadian, kadang-kadang dapat menampilkan kelainan atelektasis dan emfisema
paru.

2. Obstruksi Jalan Nafas


a). Obstruksi Nasal
• Naso endoskopi (untuk menemukan tumor diniI
• CT Scan
• MRI
• Pemeriksaan radiologic konvensional
• Pemeriksaan darah tepi
b) Polip Hidung : Rinoskopi, Endoskopi, Rontgen polos, Biospy
Lanjutan
3. Cedera Inhalasi
a) Laboratoium
• Pulse oximetry
• Analisa gas darah
• Elektrolit
• Darah lengkap
b) Foto thoraks
c) Laringoskopi dan bronkoskopi fibreoptic

4. Gagal Nafas
• Pemeriksaan analisa gas darah arteri (AGD)
• Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum urinalisis, bronkogram, bronkoskopi.
• Pemeriksaan rontgen dada
• Pemeriksaan sputum, fungsi paru, angiografi, pemindahan ventilasi-perfusi
• Hemodinamik
• EKG
Penatalaksanaan
1. Aspirasi Benda Asing
 Kelebihan bronkoskopi rigid adalah:
a) Ideal untuk anak-anak atau usia muda.
b) Kontrol jalan nafas lebih baik.
c) Ventilasi lebih efektif.
d) Suction lebih baik andaikata terjadi perdarahan.
 Kekurangan bronskopi rigid adalah:
a) Memerlukan anestesi umum.
b) TidakTidak dapat dilakukan pada kasus-kasus tertentu
 Kekurangan bronkoskopi fleksibel adalah:
a) Sulit dilakukan pada pasien usia muda dan anak-anak.
b) Kontrol jalan nafas lebih terbatas.
c) Suction lebih sulit pada perdarahan masif.
d) Memerlukan pengalaman operator yang lebih banyak dibanding bronkoskopi rigid.
e) Angka keberhasilannya lebih rendah.
Lanjutan
2. Obstruksi Jalan Nafas
Membuat saluran napas yang aman dan paten merupakan target utama resusitasi pasien dalam kondisi
obstruksi saluran napas. Evaluasi yang cepat mencakup kelompok umur, anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang sangat membantu untuk mengetahui penyebab dan letak obstruksi,
derajat obstruksi, serta perlunya dilakukan pengamanan jalan napas secara cepat. Beberapa terapi
farmakologis dan operasi dapat dilakukan antara lain jalan napas orofaringeal, intubasi endotrakeal,
dan trakeostomi.

3. Cedera Inhalasi
a) Mempertahankan jalan nafas
b) Oksigenasi
c) Bantuan ventilasi
d) Terapi antibiotika
Lanjutan
4. Gagal Nafas
a) Penatalaksanaan suportif / non spesifik
Penatalaksanaan non spesifik adalah tindakan yang secara tidak langsung ditujukan untuk mmperbaiki
petukaran gas, yaitu :
• Atasi hipoksemia (terapi oksigen)
• Atasi hiperkarbia (perbaiki ventilasi atau jalan napas)
b) Penatalaksanaan kausatif / spesifik
Pengobatan spesifik ditujukan kepada etiologinya, sehingga pengobatan untuk masing-masing
akan berlainan. Semua terapi diatas dilakukan dalam upaya mengoptimalkan pasien gagal nafas di
UGD sebelum selanjutnyananti dirawat di ICU.
Komplikasi
1. Aspirasi Benda Asing
Keterlambatan diagnosis merupakan factor utama terjadnya komplikasi pada aspirasi benda asing.
Terlalu lamanya benda asing didalam saluran nafas dapat memicu terbentuknya jaringan granulasi dan
infeksi paru yang rekuren. . Komplikasi yang dapat terjadi berupa pneumonia, edema jalan nafas,
sesak nafas, bronkiektasis, bronchitis, jaringan gramunola, trakeitis, dan pneumothorax.

2. Obstruksi Jalan Nafas


Terdapat beberapa komplikasi dalam obstruksi jalan nafas yaitu komplikasi selama prosedur,
komplikasi yang terjadi segera setelah pemasangan stent, dan komplikasi jangka panjang dari
pemasangan stent.

3. Cedera Inhalasi
a) Komplikas terhadap respirasi dapat berakibat hipoksia jaringan dan seluler yang bersifat ringan
sampai berat
b) Komplikasi terhadap kardiovaskuler
c) Komplikasi terhadap system saraf
Lanjutan
4. Gagal Nafas
Komplikasi kegagalan pernapasan dapat berupa penyakit paru, kardiovaskular, gastrointestinal (GI),
penyakit menular, ginjal, atau gizi. Komplikasi GI utama yang terkait dengan gagal napas adalah
perdarahan, distensi lambung, ileus, dan diare.
Pengkajian Fokus
Pengkajian yang di lakukan pada pasien kegawatan pernapasan seperti aspirasi benda asing
dan obstruksi jalan napas, cedera inhalasi, dan gagal napas yaitu dengan menanyakan keluhan saat
ini, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu. Hal tersebut dapat ditanyakan kepada
orang tua jika anak belum bias diajak komunikasi serta melakukan pemeriksaan fisik pada anak.
Jika pasien dapat diajak bicara tanyakan pada pasien apakah yang dirasakan saat ini,
keluhannya apa, apa saja yang telah dilakukan untuk mengurangi sakit atau keluhan anaknya, obat
apa saja yang telah di minum, apakah terdapat alergi obat dan alergi makanan. Tanyakan pada
pasien atau keluarga sejak kapan anak sakit, gejala awal yang ditunujukan anak pada saat sakit,
apa saja yang telah dilakukan orang tua pada anaknya untuk mengurangi sakitnya, apakah anak
dibawa ke pelayanan kesehatan atau tidak, apakah diberi obat sendiri, misalnya obat yang dibeli
di apotek atau warung.
Tanyakan pada pasien atau keluarga, siapa yang pernah mengalami atau menderita penyakit
tersebut dalam satu rumah, apakah terdapat anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit
kegawatan pernapasan dan apakah anggota keluarga telah berobat.
Fokus Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d adanya benda asing
• Tujuan : jalan napas bersih dari sumbatan
• Intervensi :
a) Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi bunyi paru
b) Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadi
c) Beri O2 jika diperlukan
d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik
Lanjutan
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d factor lingkungan, menghirup asap (karbon)
• Tujuan :
a) Pernapasan regular dan kecepatan napas teratur
b) Batuk efektif, reflek menelan baik
c) Tanda dan gejala napas tambahan tidak ada, wheezing (-)
d) Tanda-tanda secret bertahan tidak ada
• Intevensi :

a) Auskultasi bunyi napas, perhatikan bunyi napas abnormal


b) Lakukan suction (jika perlu)
c) Observasi produksi sputum

d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat


Lanjutan
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan splay oksigen, perubahan aliran darah ke pulmonal.
• Tujuan : Anak menunjukan peningkatan kapasitas ventilasi dan pertukaran gas
• Intervensi :
a) Observasi usaha nafas : observasi pergerakan dada, kembang kempis dada dan penggunaan otot
bantu pernafasan
b) Pertahankan jalan napas tetap terbuka, hindari hyperektensi leher gunakan ‘sniffing’ posisi,
anjurkan anak untuk mengeluarkan sputum
c) Jika perlu pertahankan anak tetap puasa
d) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai