peristiwa yang luar biasa, merupakan problem sosial dan yurisdis yang penting dalam kebanyakan daerah di Indonesia. Putusnya perkawinan dikarenakan perceraian (SIANG- lampung) baik menurut hukum adat maupun hukum agama, adalah perbuatan tercela. Perceraian menurut Hukum Adat
Perkawinan sebagai urusan keluarga dan kerabat
mempunyai fungsi untuk memungkinkan pertumbuhan secara tertib suatu masyarakat kerabat melalui angkatan (“generasi”) baru, di mana anak-anak yang lahir dalam perkawinan itu meneruskan masyarakatkeluarga dan kerabat, yang sekaligus berfungsi untuk meneruskan tertib clan ataupun suku.Di samping perkawinan sebagai urusan keluarga dan kerabat, maka berkumpulnya dua orang sebagai suami istri atau dalam pergaulan sebagai suami istri dan dalam suatu rumah tangga adalah urusan yang sangat perseorangan. Perceraian Berdasarkan Hukum Adat Tana Toraja Di Tana Toraja perceraian dianggap sebagai pelanggaran berdasarkan Hukum Adat, dimana salah satunya yang melakukan perbuatan yang menyebabkan terjadinya perceraian mendapat hukuman berdasarkan Hukum Perkawinan yang sudah ditentukan, yang bersalah harus membayar kepada yang tidak bersalah sebesarnilai Hukum Tana’yang sudah disepakati dan hukuman yang dijatuhkan itu dinamakan Kapa’, dimana jumlah Kapa’sama dengan nilai Tana’dari yang akan dibayar. Adapun nilai Tana’berdasarkanHukum Adat di Tana Toraja yaitu:
1. Tana’ Bulaannilai Tana’nya 12 sampai dengan 24
ekor kerbau (tedong sangpala’) 2. Tana’ Bulaannilai Tana’nya 12 sampai dengan 24 ekor kerbau (tedong sangpala’) 3. Tana’ Karurungnilai Tana’nya2 ekor kerbau (tedong sangpala’) 4. Tana’ Kua-kuanilai Tana’nyatidak dinilai dengan kerbau tetapi hanya sebagai syarat dengan 1 ekor babi betina yang sudah pernah beranak namanya bai doko. Sebab-sebab Perceraian 1. PerzinahanYang terutama menjadi sebab perceraian adalah perzinahan. 2. Kemandulan IstriYaitu istri tidak dapat mempunyai anak. 3. Suami meninggalkan istri sangat lama 4. Istri berkelakuan tidak sopan 5. Adanya keinginan bersama dari kedua belah pihak atau adanyapersetujuan suami-istri untuk bercerai Tata Cara Perceraian UU Perkawinan mengatur“Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak, dan untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami-istri tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami-istri”. Akibat putusnya perkawinan (Perceraian) Putusnya perkawinan (dalam hal ini dikenal dengan perceraian) menurut hukum adat dan hukum agama merupakan perbuatan yang tercela. Dalam aturan perceraian hukum Islam, suami dapat membubarkan perkawinan dengan memberikan talaaq kepada istrinya. Mereka yang beragama Protestan mengakui bahwa syarat-syarat untuk bercerai adalah: zina, meninggalkan berniat jahat, (kwaadwillige verlating), penganiayaan berat (ernstige mishandeling); kadang-kadang juga tidak mempunyai anak. Trimakasih!