Anda di halaman 1dari 22

INFEKSI INTRAUTERIN

(KORIOAMNIONITIS)
Nama kelompok

 Achmad istiyono (20140811014002)


 Febriana C. D. Manoby (20140811014052)
 Karolina nilda warobay (0120840152)
Definisi

 Infeksi intrauterin atau dikenal sebagai


Korioamnionitis adalah peradangan pada
selaput korionamnion dan cairan amnion,
sering berkaitan dengan pecah ketuban lama
dan persalinan lama.
Epidemiologi

 Di negara berkembang dimana asuhan


prenatal dan nutrisi ibu yang buruk selama
kehamilan mempunyai insidens yang lebih
tinggi dalam hal terjadinya korioamnionitis.
Etiologi

Organisme penyebab terjadinya korioamnionitis adalah


organisme normal di vagina, termasuk Eschericia coli,
selain itu Streptokokus grup B juga sering berperan
sebagai penyebab infeksi Chlamydia. trachomatis
sebagai salah satu bakteri penyebab cervicitis juga
berperan sebagai bakteri penyebab infeksi intrauterin
dan berhasil diisolasi dari cairan amnion.
Mikroorganisme penyebab
korioamnionitis
Patogenesis

 Infeksi asendens dari lower genital tract


(cervix & vagina)
 Hematogen melalui placenta / Transplacental
 Accidental infection, komplikasi dari
amniocentesis
 Retrogade dari rongga peritonium melalui
tuba falopi
Stadium Infeksi Asending Intrauterin

 Perubahan flora normal di vagina/serviks atau


adanya organisme patologis (cth: Neisseria
gonorrhoea) di serviks.
 mikroorganisme masuk ke rongga intrauterin
& berada di desidua, terjadi reaksi inflamasi
lokal yang menyebabkan desiduitis.
Lanjutan

 Mikroorganisme masuk ke korion dan


amnion. Infeksi menyebar ke pembuluh darah
fetus (koriovaskulitis) atau ke dalam ruang
amnion, menyebabkan invasi mikroba pada
ruang amnion / infeksi intra amnion.

Ruptur membran bukan menjadi syarat untuk bisa


terjadi infeksi intra amnion oleh karena
mikroorganisme mampu melewati membran yg utuh
Lanjutan

 Setelah masuk ke kantong amnion, bakteri


dapat masuk ke fetus melalui berbagai jalur
Patofisiologi
Kombinasi
Bakteri masuk ke dalam Pelepasan cytokine & respon
membran korioamnion chemokine inflamasi
maternal
& fetal

Rahim berontraksi, Respon inflamasi


membran korionamnion maternal memicu
mengalami ruptur pelepasan prostalglandin

kelahiran premature
Faktor Risiko

 Perokok (pasif/aktif) selama kehamilan


 Alkohol & drugs abuse
 Ibu immune compromised
 Vaginitis/servisitis
 Infeksi Menular Seksual
 Anestesi epidural
 Persalinan lama & prematur
Manifestasi Klinis

 Demam pada ibu dengan suhu 38⁰C atau


lebih
 Takikardia ibu ( > 100 /menit)
 Takikardia janin ( > 160 /menit)
 Cairan amnion yang purulen dan berbau tak
sedap
 Nyeri tekan fundus
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Complete Blood Count (CBC) test – Leukositosis


( WBC > 12.000/mm3 atau > 15.000/ mm3.
 Pemeriksaan C-reactive Protein (CPR)
 Pemeriksaan histopatologi dari placenta dan
umbilikus
 Amniotic fluid testing (Amniocentsis).
Amniocentis telah digunakan untuk
mendiagnosis korioamnionitis.
Lanjutan

Akan tetapi hasil kultur baru bisa di teliti


setelah kurang lebih 3 hari. Beberapa klinisi
melakukan amniocentis untuk memprediksi
adanya korioamnionitis sehingga dapat
dicegah
Tata Laksana

Penatalaksanaan korioamnionitis terdiri atas


pemberian antimikroba, antipiretik, dan
kelahiran janin yang sebaiknya melalui
vagina.
Pengobatan

 Ampisilin, 2 gram IV / 6 jam,


 Gentamisin, 2 mg/kg dosis awal, selanjutnya
1,5 mg/kg IV /8 jam.
 Klindamisin, 900 mg / 8 jam, digunakan untuk
wanita yang alergi terhadap Penicillin
Komplikasi Korioamnionitis

 Maternal
 Persalinan ceasar
 Endomyometritis
 Bacteremia
 Postpartum hemorrhage
 Sepsis shock
 Maternal death
Komplikasi Korioamnionitis

 Fetal
 Kematian janin
 Sepsis neonatus
 Asfiksia
 Pneumonia
 Cerebral palsy
Pencegahan

 Menjaga kesehatan diri & janin dengan


melakukan pola hidup sehat
 Pemeriksaan kultur bakteri cairan amnion
(amniocentesis) dapat dilakukan untuk
memprediksi korioamnionitis
ARIGATOU
GOZAIMASU

Anda mungkin juga menyukai