Anda di halaman 1dari 23

KASUS KEPERAWATAN

ANAK DENGAN
RETINOBLASTOMA
Nama : Putri Exa Lorenza

Nim : 1932311034
DEFINISI
Retinoblastoma adalah tumor ganas di dalam bola mata yang
berkembang dari sel retina primitive/imatur dan merupakan
tumorganas primer terbanyak pada bayi dan anak usia 5 tahun
ke bawah dnegan insiden tertinggi paa usia 2-3 tahun. Massa
tumor di retina dapat tumbuh ke dalam vitreus (endofitik)
dantumbuh menembus keluar (eksofitik). Retinoblastoma dapat
bermestasis keluar mata menuju organ lain, seperti tulang,
sumsum tulang belakang dan sistem syaraf pusat. (Pedoman
Peneman Dini Kanker pada Anak, 2011).
ETIOLOGI
Retinoblastoma  terjadi  karena  kehilangan  kedua  kromosom  dari  satu
alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa
karena mutasi atau diturunkan. Mutasi terjadi akibat perubahan pada
rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi,
gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan
ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus,
zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju
mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan
kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.
ANATOMI FISIOLOGI MATA

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat
yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan
tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah
dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung
pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam
dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen
di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam.
Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :

1 2 3
Tunica Fibrosa Lamina Vasculosa Tunica sensoria
(retina)
Tunica fibrosa terdiri atas bagian
Dari belakang ke depan Retina terdiri atas pars pigmentosa luar
posterior yang opaque atau sklera
disusun oleh : dan pars nervosa di dalamnya.
dan bagian anterior yang
Choroidea, corpus Permukaan luarnya melekat pada
transparan atau kornea. Sklera
ciliare, iris. choroidea dan permukaan dalamnya
merupakan jaringan ikat padat
berkontak dengan corpus vitreum. Tiga
fibrosa dan tampak putih.
perempat posterior retina merupakan
organ reseptornya.
PATOFISIOLOGI
• Retino Blastoma berasal dari jaringan embrional retinal bersifat
malignancy, kongenital dan herediter serta dapat menyerang atau
tumbuh 1 atau kedua mata. Tumor tumbuh melalui mutasi genetik
secara spontan atau sporadis atau diturunkan melalui autosomal
dominant.

• Letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus.


Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai
endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan
berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat
menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah.
TANDA DAN GEJALA

01 03
Gambaran berwarna putih pada
lingkaran tengah mata (pupil) saat 02 Mata merah
cahaya disinarkan ke arah mata

Kedua mata tampak


04 melihat ke arah yang 05
berbeda

Mata bengkak Terjadi kebutaan


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan pemeriksaan patologi


anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan kontraindikasi, maka untuk menegakkan
diagnosis digunakan bebrapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang :
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai pembuluh darah
pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas kabur.
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila tumor
mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler.
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio lebih besar
dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio Kurang
dari 1).
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis
ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
Dampak terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar
Beberapa dampak sitoblastoma pada tumbuh kembang anak
yang paling sering terlihat kurangnya antusiasme, masalah
perilaku seperti, sering menangis, gangguan kecemasan.
Kemudian dampak yang dapat terjadi meliputi, kehilangan
penglihatan atau buta, penyebaran sel kanker ke bagian tubuh
lain.
Skill keperawatan terkait
kasus
Skill keperawatan retinoblastoma, yaitu Radioterapi. Radioterapi adalah
pengobatan kanker menggunakan pancaran sinar dengan radiasi tinggi.
Radioterapi dapat digunakan untuk mengobati kanker yang sulit diobati,
mengecilkan ukuran kanker sebelum operasi, atau membunuh sel-sel kanker
yang sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ada 2 jenis terapi radiasi
yang dapat dilakukan, yaitu:
1) Terapi radiasi eksternal, dengan memfokuskan sinar radiasi dari luar
tubuh.
2) Terapi radiasi internal, menggunakan zat radioaktif yang dimasukkan ke
dalam tubuh untuk menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker.
STUDI LITERATUR REVIEW

1. Judul Jurnal : Peran Radioterapi dalam Tatalaksana Retinoblastoma.


2. Tujuan : Tujuan umum terapi retinoblastoma adalah penyelamatan hidup pasien dan
tujuan sekundernya adalah penyelamatan bola mata dan fungsi penglihatan.
3. Sampel : Pada anak berusia kurang dari 5 tahun.
4. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, dengan
menggunakan pendekatan cross sectional.
5. Hasil literature review : Penatalaksanaan retinoblastoma melibatkan berbagai
modalitas antara lain operatif, kemoterapi dan radiasi. Perkembangan teknologi
pencitraan dan modalitas terapi telah mengakibatkan perubahan tatalaksana pasien
retinoblastoma. Deteksi dini pada anak-anak dengan riwayat keluarga dengan
retinoblastoma dan intervensi dini secara bermakna mengurangi morbiditas dan
mortalitas.
Asuhan Keperawatan Anak dengan Retinoblastoma
Identitas Klien
Nama : An. Z
TTL : Sragen, 2 Maret 2009
Umur : 4 tahun 2 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/kebangsaan : Indonesia
Dx Medis : Retinoblastoma
Alamat : Patihan Tanon Sragen No. RM
: 01153367

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. N
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Patihan Tanon Sragen
Hub.dengan pasien : Ayah kandung
Lanjutan askep

Riwayat Kesehatan Pasien


1) Keluhan Utama : Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya
penurunan fungsi penglihatan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang : Satu tahun yang lalu pasien mengalami
retinoblastoma di mata sebelah kanan. Kemudian dilakukan
tindakan operasi pengangkatan mata. Saat ini di mata kiri pasien
terdapat retinoblastoma. Terdapat bintik putih pada mata tepatnya pada
retina,terjadi penonjolan, dan terdapat strabismus.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien pernah mengalami retinoblastoma di mata
sebelah kanan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga : Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa
nenek pasien pernah menderita kanker servix.
5) Riwayat Psikososial Pasien : Mengalami cemas, takut, sering menangis.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Lemah, kesadaran CM.
2. Tanda – Tanda Vital
Suhu : 37◦C
Nadi : 94 kali/menit
Respirasi : 28kali/menit
TD : 100/70mmHg
3. Pengukuran Antopometri
TB : 92 cm
BB : 12 kg
LILA : 14 cm
LK : 44 cm
LD : 47 cm
Pemeriksaan Head To Toe

Jantung
Rambut : pendek, lurus, jarang
Inspeksi : IC tampak
Mata kanan : bola mata sudah diambil terdapat tumor
Palpasi : IC kuat angkat
Mata kiri : konjungtiva tidak anemis, tidak simetris
Perkusi : batas jantung tidak melebar Auskultasi
Hidung : fungsi penciuman baik, simetris
: bunyi jantung satu dan dua sama
Telinga : simetris, serumen dalam batas normal
Abdomen
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
Inspeksi : tidak ada lesi
Leher : tidak ada pembesaran tiroid Paru
Palpasi : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
Paru – paru
Perkusi : timpani
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri
Auskultasi : bising usus 29 kali/menit
simetris
Ekstermitas atas : gerak tangan kanan kiri aktif,
Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
akral hangat
Perkusi : sonor
Ekstermitas bawah : gerak kaki kanan kiri aktif
Auskultasi : tidak ada suara ronkhi maupun wezhing
ANALISIS DATA
Data 1
Etiologi : Masalah Keperawatan :
Data Subjektif :
Gangguan Gangguan persepsi sensori
• Klien mengeluh
penerimaan penglihatan
buram saat melihat
pada lapisan
sesuatu.
fotoreseptor
Data Objektif :
• Visus mata kiri
1/60.
Ketajaman
penglihatan
menurun
ANALISIS DATA
Data 2
Etiologi : Masalah Keperawatan :
Data Subjektif :
• Mengeluh nyeri di Retinoblastoma Nyeri
bagian mata kiri
• Keluhan nyeri saat
menggerakan mata
Metase lewat
Data Objektif :
• Ekspresi meringis aliran darah
• Sering menangis
• Bola mata menonjol
Ke otak
ANALISIS DATA
Data 3
Data Subjektif :
Etiologi :
Masalah Keperawatan :
• Ibu mengatakan Resiko nyeri
Defisit pengetahuan
tidak tahu harus berulang
melakukan apa saat
anaknya merasa
nyeri pada matanya
Data Objektif : Kurang
• Ibu sering bertanya
tentang keadaan
informasi
anaknya dan
bagaimana
penanganannya saat
anak merasa nyeri Defisit
pada matanya pengetahuan
Diagnosa
1. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori : visual b/d
gangguan penerimaan sensori
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit
INTERVENSI
RASIONAL
Diagnosa 1 : Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi

1. Tentukan riwayat nyeri mis : lokasi nyeri, 1. Informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan keefektivan
frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10).
intervensi.
2. Evaluasi / sadari terapi tertentu mis : 2. Ketidaknyaman an rentang luas adalah
pembedahan, radiasi, kemoterapi. umum (mis : nyeri insisi).
3. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan 3. Meningkatkan relaksasi dan membantu
aktivitas hiburan. menfokuskan kembali perhatian.
4. Dorong penggunaan keterampilan manajemen 4. Memungkinkan pasien untuk
nyeri (mis : teknik relaksasi, visualisasi) tertawa, berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol.
music, sentuhan terapeutik.
5. Nyeri adalah komplikasi sering dari
5. Kolaborasi : berikan analgesic sesuai indikasi kanker, meskipun respon individual
berbeda.
INTERVENSI
RASIONAL
Diagnosa 2 : Gangguan persepsi sensori visual b/d gangguan
penerima an sensori 1. Mempengaruhi harapan masa depan pasien
dan pilihan intervensi
2. Sementara intervensi dini mencegah
1. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan. kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan
2. Dorong mengekspresikan perasaan tentang atau mengalami kehilangan penglihatan.
kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan 3. Mengontrol TIO, mencegah kehilangan
3. Tunjukan pemberian tetes mata, contoh menghitung penglihatan lanjut
tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis. 4. Menurunkan bahaya keamanan sehubungan
4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangni dengan perubahan lapang pandang/kehilan gan
keterbatasan penglihatan, contoh kurangi kekacauan, penglihatan dan akomodasi pupil terhadap
perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam. sinar lingkungan.
5. Kolaborasi : Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi: 5. Pengangkatan bola mata, dilakukan apabila
enuklasi. tumor sudah mencapai seluruh vitreous dan
6. Pelaksanaan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau visus nol, dilakukan untuk mencegah tumor
kombinasi sitostatik. bermetastasis lebih jauh
6. Dilakukan apabila tumor masih intraokuler,
untuk mencegah pertumbuhan tumor akanm
empertahanka visus.
INTERVENSI
RASIONAL
Diagnosa : Defisit pengetahuan
1. Mempermudah dalam
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien memberikan penjelasan pada
2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda keluarga klien
dan gejala), penyebab penyakit 2. Meningkatkan pengetahuan
3. Jelaskan tentang program pengobatan dan mengurangi cemas
dan alternative pengobatan 3. Mempermudah intervensi
4. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya 4. Mencegah keparahan penyakit
5. Tanyakan kembali pengetahuan keluarga 5. Memastikan keluarga klien
klien tentang penyakit, prosedur sudah mengerti tentang
perawatan dan pengobatan penyakit yang diderita oleh
klien
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai