Anda di halaman 1dari 30

Hipertiroid & Hubungannya dengan

Coronavirus disease 2019


(covid-19)

Disusun Oleh :
Riang Krisdayanti Telaumbanua (102120007)

 Pembimbing :
dr. Lita Septina Chaniago, SpPD KEMD

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSU HAJI MEDAN
2020
HIPERTIROID

Defenisi :

 Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid


memproduksi dan mengeluarkan hormone tiroid secara tidak
tepat dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
tirotoksikosis.
HIPERTIROID

Epidemiologi :

Hipertiroidisme terjadi pada orang di atas usia 60 tahun sebanyak 15% kasus. Namun,
hipertiroidisme mempengaruhi 1 dari 500 kehamilan. Di Amerika Serikat, sekitar 1,2%
populasi mengidap hipertiroidisme, yaitu sedikit lebih dari 1 dari setiap 100 orang. Ini
setara dengan sekitar 3.290.000 individu. Hipertiroidisme juga bervariasi dalam populasi
berdasarkan kecukupan yodium. Menurut Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi
Nasional (NHANES III), bersama dengan survei Inggris Raya, wanita juga lebih rentan
daripada pria, dan ada prevalensi hipertiroidisme yang lebih rendah dibandingkan
dengan hipotiroidisme.
HIPERTIROID

Etiologi :
 Hiperplasia tiroid difus — berhubungan dengan penyakit
Graves (kira-kira 85% kasus)

 Gondok multinodular hiperfungsional

 Adenoma tiroid hiperfungsional


HIPERTIROID

Patofisiologi :

Dengan hipertiroidisme, serum T3 biasanya meningkat lebih dari tiroksin. Hal ini
mungkin karena peningkatan sekresi T3, bersamaan dengan konversi tiroksin
menjadi T3 di jaringan perifer. Kadang-kadang, hanya T3 yang meningkat — dikenal
sebagai toksikosis T3. Hal ini dapat terjadi pada setiap kelainan yang umumnya
menyebabkan hipertiroidisme, termasuk penyakit Graves, gondok multinodular, dan
nodul tiroid soliter yang berfungsi secara otonom.
HIPERTIROID

Gejala Klinis:
HIPERTIROID
Diagnosis :
Pemeriksaan fisik , ditemukan gejala klinis pada
pasien hipertiroid.
HIPERTIROID
Penatalaksanaan:
 Propylthiouracil dan methimazole

 Beta-blocker

 Radioiodine

 Operasi
 tiroidektomi subtotal
 tiroidektomi total
Hyperthyroidism. Journal Epidemiologi of Thyroid Disorder,2020
Endocrinologi In The Time Of Covid-19, Management of Hyperthyroidism and hipothyroidism,2020
HIPERTIROID
Komplikasi :

Hipertiroid yang menyebabkan komplikasi terhadap jantung,


termasuk fibrilasi antrium dan kelainan ventrikel akan sulit
dikontrol. (Kapita Selekta,2014)
Coronavirus 2019 (COVID-19)

Definisi :

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit yang


disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-Cov-2 yang
dilaporkan pertama kali di Wuhan, Tiongkok pada tanggal 31
Desember 2019.(WHO, 2020).
Coronavirus 2019 (COVID-19)

EPIDEMIOLOGI
Hingga saat ini, lebih dari 32,7 juta kasus COVID-19 dan 991.000 kematian telah dilaporkan ke WHO di
seluruh dunia. Selama minggu 21-27 September, ada lebih dari 2 juta kasus baru dan 36.000 kematian baru
dilaporkan, yang serupa dengan angka yang dilaporkan minggu sebelumnya. Kematian kumulatif
diperkirakan akan melebihi satu juta di minggu mendatang.(WHO, 2020)

Wilayah Asia Tenggara adalah Wilayah kedua yang paling terpengaruh, terhitung 21% dan 11% kasus
kumulatif dan kematian Negara-negara yang melaporkan jumlah kasus baru tertinggi adalah India, Indonesia
dan Bangladesh (WHO, 2020)

Indonesia terhitung kasus positif kumulatif pada tanggal 28 September sebanyak 271.339 kasus dengan
10.308 kematian dimana sudah terjadi community transmission.(WHO, 2020)
Coronavirus 2019 (COVID-19)
ETIOLOGI DAN VIROLOGI
Coronavirus
 virus RNA
 Subgenus : Sarbecovirus
 Ukuran partikel 120-160 nm
 Utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta
 ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,
1. alphacoronavirus 229E,
2. alphacoronavirus NL63,
3. betacoronavirus OC43,
4. betacoronavirus HKU1,
5. Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV),
6. Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).
Coronavirus 2019 (COVID-19)
TRANSMISI
- Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama
sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi
melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin. Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat
viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam.
- Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan penularan dari karier asimtomatis, namun mekanisme
pastinya belum diketahui.

- SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil biopsi pada sel epitel gaster,
duodenum, dan rektum.

- beberapa peneliti melaporan infeksi SARS-CoV-2 pada neonatus. Namun, transmisi secara vertikal dari
ibu hamil kepada janin belum terbukti pasti dapat terjadi

- Beberapa penelitian menunjukkan SARS- CoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan stainless steel (>72
jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam).
Coronavirus 2019 (COVID-19)

FAKTOR RISIKO
 Penyakit Komorbid Hipertensi
Hipertensi
DM
 Usia Tua
HIV
 Jenis Kelamin Laki-laki &
Perokok Aktif Penyakit Kanker

 Kontak Erat Hati Kronik

 Riwayat perjalanan ke area Penyakit Saluran Pernapasan


terjangkit

 Tenaga Medis Penyakit-penyakit lain yang


membuat tubuh dalam kondisi
imunocompromise
Coronavirus 2019 (COVID-19)
PATOGENESIS
Coronavirus 2019 (COVID-19)

Manifestasi Klinis
- Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari tanpa
gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga
syok sepsis.

- Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas atas tanpa
komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum),
anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala.

- Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu
dari gejala: (1) frekuensi pernapasan >30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3)
saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen.
Coronavirus 2019 (COVID-19)

Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan Laboratorium
• hematologi rutin,
• hitung jenis,
• fungsi ginjal,
• elektrolit,
• analisis gas darah,
• hemostasis,
• laktat,
• prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi.
• Trombositopenia juga kadang dijumpai, sehingga kadang diduga sebagai pasien dengue.
Coronavirus 2019 (COVID-19)

Pemeriksaan dan Diagnosis

Pencitraan
Pada foto toraks
• opasifikasi ground-glass,
• infiltrat,
• penebalan peribronkial,
• konsolidasi fokal,
• efusi pleura,
• atelectasis.

Temuan utama pada CT scan toraks


 opasifikasi ground-glass (88%)dengan atau tanpa
konsolidasi, sesuai dengan pneumonia viral.
Coronavirus 2019 (COVID-19)

Pemeriksaan dan Diagnosis

Metode Amplifikasi asam nukleat

Pemeriksaan real-time reversetranscription polymerase chain reaction (rRT- PCR)

 saluran napas atas (swab nasofaring atau orofaring)


Lokasi  saluran napas bawah [sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat
endotrakeal].

 selama 2 hari berturut turut untuk PDP dan ODP


Pengambilan  sampel tambahan bila ada perburukan klinis
 Pada kontak erat risiko tinggi, sampel diambil pada hari 1 dan hari 14
Coronavirus 2019 (COVID-19)
- Terapi Definitif
 5 juta unit atau dosis ekuivalen
 IFN-alfa
 2 kali/hari secara inhalasi
 200 mg/50 mg/kapsul
 Lopinavir/Ritonavir (LPV/r)  2 kali 2 kapsul/hari per oral
 500 mg
 Remdesivir (RDV )  2-3 kali 500 mg/hari intravena dan dikombinasikan
dengan IFN-alfa atau LPV/r;
 500 mg (300 mg jika klorokuin)
 Klorokuin fosfat
 2 kali/ hari per oral
 200 mg setiap minum
 Arbidol (umifenovir),
 3 kali/ hari per oral
Coronavirus 2019 (COVID-19)

- Manajemen Simtomatik dan Suportif

 Oksigen Target kadar saturasi oksigen >94%.


Oksigen dimulai dari 5 liter per menit dan
 Antibiotik dapat ditingkatkan secara perlahan sampai
mencapai target. Pada kondisi kritis, boleh
 Kortikosteroid
langsung digunakan nonrebreathing mask.
 Plasma Konvalesen

 Ventilasi Mekanik
Coronavirus 2019 (COVID-19)

Pencegahan
Pencegahan meliputi pemutusan rantai penularan
 Isolasi
 deteksi dini
 melakukan proteksi dasar.
o Perilaku cuci tangan
o Hindari menyentuh wajah
o Memakai APD
Coronavirus 2019 (COVID-19)

Komplikasi :
 Ards.
 Gangguan ginjal akut (29%),
 Jejas kardiak (23%),
 Disfungsi hati (29%),
 Pneumotoraks (2%).
 Syok sepsis,
 Koagulasi intravaskular diseminata (KID),
 Rabdomiolisis,
 Pneumomediastinum.
Coronavirus 2019 (COVID-19)

PROGNOSIS

Peningkatan kasus yang cepat dapat membuat rumah sakit kewalahan dengan
beban pasien yang tinggi. Hal ini meningkatkan laju mortalitas di fasilitas tersebut.
Laporan lain menyatakan perbaikan eosinofil pada pasien yang awalnya eosinofil
rendah diduga dapat menjadi prediktor kesembuhan.
Hubungan Hipertiroid dengan Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)

Penyakit tiroid autoimun tidak berhubungan dengan


peningkatan risiko COVID-19. Tirotoksikosis yang tidak
terkontrol dapat terjadi pada komplikasi yang lebih parah
dari pada infeksi SARS-CoV-2, yaitu badai tiroid.
Penatalaksanaan pasien dengan diagnosis baru
hipertiroidisme paling baik dilakukan dengan rejimen yang
ada.
Hubungan Hipertiroid dengan Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)

Berikut hubungan antara hipertiroid dan covid-19 :


 Gejala infeksi covid tidak dapat dibedakan dari orang pengonsumsi ATD yang
mengalami neutropenia.

 Mata merah karena infeksi covid membuat susah diagnosis mata merah karena
penyakit tiroid

 Pengaruh obat antitiroid (ATD) pada COVID-19:


Pasien pengguna ATD masih belum diketahui apakah dapat meningkatkan
infeksi terhadap covid-19 atau pun memperparah penyakit jika tertular.
Hubungan Hipertiroid dengan Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)
Berikut hubungan antara hipertiroid dan covid-19 :

 Pengaruh fungsi tiroid pada covid-19 :


Tidak ada bukti bahwa disfungsi tiroid rentan terhadap infeksi
covid. Namun hipertiroid dapat menyebabkan tirotoksikosis dan
mengalami komplikasi yaitu badai tiroid. Untuk pasien hipertiroid tetap
dianjurkn untuk meminum obat regimen pengobatan.

 Pengaruh obat 131I dan operasi tiroid pada pasien covid-19 :


Tidak ada bukti bahwa pasien yang telah menerima radioion dan
pernah menjalani operasi dapat meningkatkan resiko terinfeksi virus
apapun termasuk virus SARS-CoV-2. (Boelaert, 2020)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai