AKAD NIKAH
A. Pasal 2 KHI
Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah.
a) “Perikatan dua insan lain jenis kelamin, untuk memperoleh hak kehalalan
disertai syarat dan rukun yang telah diatur dalam ajaran Islam”.
b) Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.
(UUP.74)
IMAM SYAFII
2 ORG SAKSI
WALI
8
Rukun Nikah Menurut :
M. Hanafi C. Suami C.Isteri Ijab qobul 2 org saksi
9
SYARAT WALI DAN SAKSI
Beragama Islam
Bukan mahram,
Ditentukan siapakah orangnya
Bukan dalam ihram haji atau umrah
Tidak mempunyai empat orang isteri.
IJAB DAN KABUL
1. Berlainan Agama;
2. Hubungan Darah;
3. Hubungan Susuan;
4. Hubungan Semenda;
5. Poliandri
6 Wanita Yang Di Li' An;
7 Wanita/Pria Pezina;
8. Bekas Istri Yang Ditalak Tiga;
9 Pria Yang Telah Beristri Empat.
YG MEMUTUSKAN PERNIKAHAN
عن ابن عمر رض .قال ,قال رسول هللا صلعم ابغض الحالل الى هللا الطالق
(رواه ابو داود)
عن ابى هريرة رض .قال قال رسول هللا صلعم :ثالث جدهن جد وهزلهن جد ,
النكاح والطالق والرجعه (رواه االربعة اال النسائ)
SAMBUNGAN
Istilah:
حل ربطة الزواج و انهاء العالقة الزوجية
(Melepaskan ikatan pernikahan dan mengakhiri hubungan suami
istri)
HUKUM TALAK DAPAT BERUBAH TERGANTUNG
KEADAAN TERTENTU:
Jika suami istri bercerai dalam bentuk talak bâ`in, baik bâ`in shughrâ maupun bâ`in kubrâ
dan istri sedang hamil, maka fukaha juga sepakat menyatakan bahwa istri berhak atas
nafkah secara utuh. QS. al-Thalâq ayat 6 => Pada awal ayat, Allah memerintahkan
َ َ َو ِإ ْن ُ َّكــن أُو ِال
َ ْ أ ْس ِكنُْوـ ُهَّن ِم ْن َح ُيdan kemudian dilanjutkan dengan perintahح ْم ٍل
ثس ـكَنْتُ ْم ِم ْن ُوـجِ ْدكـ ُْم ـَت
فـــِف ُقـ ْوا َعل َيْ ِه َّن َحتَّى َ َض
يـــ ْع َن َح ْمل َُه َّن َ ا ْنـ.
Jika suami istri bercerai dalam bentuk talak bâ`in dan istri tidak dalam keadaan hamil,
maka ulama berbeda pendapat
RUJUK
RUKUN RUJUK
Suami yang merujuk
3. Shigat rujuk
4. Saksi
RUJUK
Hanafiyah => ىـ اثنءاـ عدة لاـطالق مة لاـنكاح فـ ا ستـاـدـ
"Meneruskan pernikahan pada waktu menjalani idah talak raj`î .”
QS. al‑Baqarah ayat 228 ”هن درـبــ وبـعوـلـتهن اـحق ”. Lafal بــلـتهنعوـ maknanya لاـمطلق
(laki‑laki yang mentalak), sedangkan مطلق ا لـtersebut adalah الزـوـج.
Berarti مطلق ا ل ـtersebut masih berstatus sebagai seorang suami.
QS. al-Baqarah ayat 231 ”معرـوـف بــ ”ف اـمـسكوهن. Lafal اـمـاسـكـsama artinya
denganءاـقـبــ ا
Syafi`iyah => بــ لاـطالق عدـ لاـعدـة ىـ اثنءاـ ا عادـة اـحكاـم الزـوـاج فـ
“Mengembalikan status pernikahan dalam masa idah setelah
terjadinya talak raj`î.”
Ayat ” هن
درـبــ وبـعوـلـتهن اـحق ”, tetapi mereka lebih mempedomani lafal هن درـبــ .
Lafal ردberarti ( اـعادـةmengembalikan)
RUKUN DAN SYARAT RUJUK
[1] Harus muslim. Suami yang murtad sebelum rujuk lalu ia merujuk
istrinya yang muslim, maka rujuknya itu tidak sah, sebelum ia
bertaubat terlebih dahulu. Karena, murtad menghilangkan bekas
kehalalan antara suami istri tersebut
[2] Orang yang cakap bertindak hukum, yaitu baligh, berakal, dan atas
kesadaran sendiri. Rujuk itu sama dengan memulai akad nikah yang
baru. Oleh karena itu, rujuk tidak sah dilakukan oleh anak kecil, orang
mabuk, orang gila, atau orang yang dipaksa. Rujuk yang dilakukan oleh
orang-orang tersebut, kecil kemungkinan akan dapat mewujudkan
tujuan dari rujuk (mencapai ishlâh). Akhirnya, rujuk yang dilakukan itu
akan menjadi sia‑sia belaka. Hal tersebut dapat saja disebabkan oleh
kesadaran yang muncul dalam hati kecil suami belum ada, sehingga dia
akan kembali mengulang kesalahannya di masa lalu
DISKUSI KELOMPOK