Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 3

Congestive heart failure

Rahmi zhavira H Khofifah

Hunafa addina R Wulan sepliza

Nurayni Aliya syahira

Wilda Yuniati P Isnaini annur

Ira melvidawati Gustia puji R

Lorenza Adila P Natasya Afiva

Windi Khaira Tri maryanti


Congestive heart failure
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan otot jantung
memompakan sejumlah darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. CHF
adalah sebuah kondisi dari kardiovaskuler dimana jantung tidak bisa memompa
darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dari jaringan
tubuh (Desai, Lewis, Li, & Solomon, 2012).
Prevalensi
Penyakit CHF meningkat sesuai dengan perkembangan usia, prevalensi CHF di dunia
sekitar 1% pada orang yang berusia 50-59 tahun, 10% pada usia lebih dari 65 tahun,
dan 50% pada usia lebih dari 85 tahun. (Collier et al., 2011). Pada negara berkembang
prevalensi CHF sekitar 1-2% dari populasi dewasa. Prevalensi meningkat lebih dari
10% pada usia lebih dari 70 tahun (Murberg & Bru, 2001).

Prevalensi CHF di Indonesia adalah 0,13%, tertinggi di Yogyakarta 0,25%, disusul Jawa
Timur 0,19%, dan ketiga di Jawa Tengah 0,18%. Berdasarkan jenis kelamin kejadian
CHF pada laki-laki adalah 0,1% dan perempuan 0,2%. Berdasarkan usia pasien
kejadian CHF pada usia 15-34 tahun adalah 0,07%, usia 35-54 tahun 0,28%, 55-74
tahun 0,87%, lebih dari 75 tahun 0,41%. (Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Patofisiologi
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi
cardiac output dan meningkatkan volume ventrikel.
Dengan meningkatnya volume akhir diastolik ventrikel (EDV) maka terjadi pula
peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV). Meningkatnya LEDV, akan
mengakibatkan pula peningkatan tekanan atrium (LAP) karena atrium dan
ventrikel berhubungan langsung ke dalam anyaman vaskuler paru-paru
meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru.

Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan osmotik
vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan melebihi kecepatan draenase
limfatik, maka akan terjadi edema interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut
dapat mengakibatkan cairan merembes ke alveoli dan terjadi edema paru.
Etiologi
Menurut Smeltzer (2013) gagal jantung kongestif dapat disebabkan olehbeberapa faktor.
Yaitu antara lain :

a. Kelainan otot jantungTerjadinya kelainan otot jantung akan menyebabkan penurunan


kontraktilitasjantung. Adapun kondisi yang dapat menjadi penyebab kelainan fungsi
pada ototjantung antara lain aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
ototdegeneratif atau peradangan.
b. Aterosklerosis coronerMengakibatkan disfungsi miokardium karena aliran darah ke
otot jantung terganggusehingga terjadi hipoksia dan asidosis dan menimbulkan infark
miokardium.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonalMeningkatkan beban kerja jantung yang selanjutnya
mengakibatkan hipertrofi ototjantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratifKondisi ini merusak
serabut jantung secara langsung, sehingga menurunkan kontraktilitas
jantung.

e. Penyakit jantung lainGagal jantung kongestif dapat terjadi sebagai


dampak penyakit jantung lain yangtidak secara langsung
mempengaruhi jantung.

f. Faktor sistemikBeberapa faktor yang berperan dalam perkembangan dan


beratnya gagal jantungkongestif yaitu peningkatan laju metabolisme,
hipoksia, dan anemia memerlukanpeningkatan curah jantung sehingga
dapat memenuhi kebutuhan oksigen.
Diagonsis
Pendekatan pada pasien dengan kecurigaan kegagalan jantung meliputi riwayat dan pemeriksaan
fisik, foto toraks, dan serangkaian tes yang harus dijalani. Riwayat penyakit sendiri kurang
dapat dipakai dalam menegakkan diagnosa kegagalan jantung, tapi sering kali dapat memberi
petunjuk penyebab dari kegagalan jantung, faktor yang memperberat, dan keparahan dari
penyakit.

Gejala gagal jantung dapat dihubungkan dengan penurunan cardiac output (mudah lelah, dan
kelemahan) atau retensi cairan (dyspnea, orthopnea, dan ”cardiac wheezing”). Pada kasus
dengan kegagalan pada jantung kanan dapat menyebabkan terjadinya kongetif hepar. Retensi
cairan juga menyebabkan edema perifer dan asites. Kegagalan pada jantung kiri dapt
menyebabkan gejala berupa munculnya dyspnea on effort. Pulmonary congestion (dengan
crackles dan wheezing) dominan muncul terutama pada keadaan akut maupun subakut
Faktor resiko
Beberapa faktor resiko gagal jantung adalah kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik,
perubahan pola diet, kelebihan berat badan, hiperlipidemia, diabetes, hipertensi, usia,
jenis kelamin dan keturunan.
Berdasarkan penelitian diketahui penyebab utama CHF adalah hipertensi dan penyakit arteri
koronaria
Penanganan non-farmakologis
1. Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal
sertaupaya bila timbul keluhan, dan dasar pengobatan.
2. Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual,
sertarehabilitasi.
3. Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan kebiasaan alcohol
4. Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba.
5. Mengurangi berat badan pada pasien obesitas.
6. Hentikan kebiasaan merokok
7. Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas dan
humiditasmemerlukan perhatian khusus.
8. Konseling mengenai obat, baik efek samping, dan menghindari obat-
obattertentu
penanganan farmakologis

a. First line drgs; diuretic. Tujuan : Mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal
pada disfungsi diastolic. Obatnya adalah : thiazide diurestics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon
(kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluarn cairan), kalium-sparing diuretic.
b. b. Second line drugs; ACE inhibitor. Tujuan : membantu meningkatan COP dan menurunkan kerja jantung. Obatnya
adalah :
Interaksi obat
DAFTAR PUSTAKA
Desai, A. S., Lewis, E. F., Li, R., & Solomon, S. D. (2012). Rationale and design of the Treatment of Preserved Cardiac
Function Heart Failure with an Aldosterone Antagonist Trial : A randomized , controlled study of spironolactone in
patients with symptomatic heart failure and preserved ejection fraction. American Heart Journal, 162(6), 966–
972.e10. https://doi.org/10.1016/j.ahj.2011.09.007

Dinas Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Riset Kesahatan Dasar, 111–116.
https://doi.org/1 Desember 2013

Hunt SA, Abraham WT, Chin MH et al. ACC/AHA 2005 guideline update for the diagnosis and management of chronic
heart failure in the adult. American College of Cardiology/ American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines (Writing Committee to Update the 2001 Guidelines for the Evaluation and Management of Heart
Failure).Circulation. 2005:112(12):e154-e235.

Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL, et al. Gagal Jantung. In: Asdie AH, editor.
Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. EGC. 2013: 1583.

Anda mungkin juga menyukai