Anda di halaman 1dari 17

FARMAKOKINET

IK KLINIK
DIGOKSIN
OLEH :

KELOMPOK 7 / 2018 B

ALIYA SYAHIRA
DENIA AYU PUTRI
HUNAFA ADDINA RAIS
KHOFIFAH
NURAYNI
WULAN SEPLIZA
DIGOKSIN
Digoksin merupakan salah satu obat dengan kadar terapi sempit yang paling
banyak digunakan terutama pada penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
jantung. Digoksin diekskresikan terutama melalui urin sebagai bentuk yang tidak
berubah melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubular aktif, bisa juga terjadi
reabsorbsi tubular.Jumlah digoksin yang di eliminasi setiap hari pada pasien
dengan disfungsi ginjal normal adalah sekitar 30% namun pada pasien dengan
disfungsi ginjal jumlah digoksin yang dieliminasi tentunya kurang dari 30% (McEvoy,
2005)
Digoksin memiliki indeks terapetik sempit yang berarti bahwa batas antara
konsentrasi digoksin yang aman dan toksik dalam serum sempit. Konsekuensi
dari hal tersebut adalah peningkatan konsentrasi sedikit saja dalam serum akan
memungkinkan terjadi intoksikasi digitalis. Digoksin memiliki indikasi terhadap
gagal jantung kongestif dan supraventriuler tachicardi. Dikarenakan digoksin
adalah obat dengan indeks terapi yang sempit, maka pengobatan digoksin jangka
panjang atau dosis besar perlu dilakukan therapeutic drugs monitoring (TDM). Hal
ini dilakukan untuk mengurangi risiko intoksikasi digoksin
TOKSISITAS
Efek toksik digoksin berupa :
-efek proaritmik yaitu terjadinya penurunan potensial istirahat (akibat hambatan
pompa Na) yang menyebabkan terjadinya afterpotensial yang mencapai ambang
rangsang dan penurunan konduksi AV
-efek samping gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, nyeri lambung), efek
samping visual (seperti penglihatan berwarna kuning)
-efek samping lainnya (seperti delirium, rasa lelah,bingung, mimpi buruk)
(Setiawati, 2007)
PENYESUAIAN DOSIS
Digoksin merupakan salah satu obat yang juga membutuhkan penyesuaian
dosis. Digoksin dieksresikan dalam bentuk tidak berubah melalui ginjal sekitar
50-70% dan digoksin juga memiliki indeks terapi sempit yaitu sekitar 0,5-2 μg/L,
dengan kadar toksik >3 μg/L. Waktu paruh eliminasi dari digoksin mengalami
perpanjangan pada pasien gagal ginjal dan kemungkinan toksisitas akan lebih
meningkat sehingga penurunan dosis dan monitoring kadar obat dalam
plasma harus dilakukan untuk menghindari sensitifitas efek toksik dari
digoksin. (Lacy et al., 2010
ADME
Absorpsi
Sekitar 70 sampai 80% dari dosis oral digoxin diserap, terutama di bagian proksimal
usus kecil. Tingkat pengikatan albumin serum adalah 20 sampai 30%

Distribusi
Digoxin didistribusikan secara luas di jaringan, seperti yang tercermin dari volume
distribusi yang besar. Konsentrasi tinggi ditemukan di jantung dan ginjal, tetapi otot
rangka membentuk penyimpanan digoksin terbesar. Waktu paruh eliminasi pada
orang sehat bervariasi antara 26 dan 45 jam. Rute utama eliminasi adalah ekskresi
ginjal digoksin, yang berkorelasi erat dengan laju filtrasi glomerulus
Metabolisme
Metabolisme digoxin terjadi di hepar yang menghasilkan metabolit akhir 3 b-
digoxigenin dan 3-keto-digoxigenin

Eksresi
Sekitar 50-70% dosis digoxin akan diekskresikan melalui urin. Hampir semua
digoksin dalam urin diekskresikan tidak berubah, dengan sebagian kecil sebagai
metabolit aktif
EFEK SAMPING

saluran gastrointestinal : anoreksia, diare, konstipasi

pada sistem saraf pusat : sakit kepala, insomnia, vertigo

pada sistem saraf pusat : sakit kepala, insomnia, vertigo

pada sistem kardiovaskuler : bradikardia, takikardia ventrikuler, aritmia


jantung, kontraksi ventrikuler prematur
Pertimbangan pada kondisi khusus

 Pasien hipotiroid

 Pasien hipertiroid

Secara umum, pasien-pasien ini memerlukan digoxin yang lebih


tinggi untuk mengontrol laju ventrikel karena peningkatan
pembersihan digoxin.
1. Pasien Hipotiroid
Pasien yang hipotiroid akan memiliki tingkat metabolisme yang
lebih lambat dan mengeliminasi digoxin lebih lambat dari pada
pasien euthryoid (t1/2 = 48 jam dengan fungsi ginjal normal).
2. Pasien Hipertiroid
Pasien hipertiroid memiliki tingkat metabolism yang lebih cepat
dan mengeliminasi digoxin lebih cepat dari pada pasien euthiroid
(t1/2 = 24 jam dengan fungsi ginjal normal).Pasien hipertiroid
dapat memiliki atrium yang dapat diobati dengan digoxin.
CONTOH
KASUS
Contoh 1
MJ adalah laki-laki berusia 50 tahun, 70 kg (5 ft 10 in) dengan fibrilasi atrium
untukkurang dari 24 jam. Kreatinin serumnya saat ini adalah 0,9 mg/dL, dan
telah stabil selama5 hari terakhir sejak masuk. Hitung dosis digoksin intravena
untuk pasien ini untukmengontrol laju ventrikel.
Penyelesian

Perkirakan klirens kreatinin.Pasien ini memiliki kreatinin serum yang stabil dan
tidak mengalami obesitas.

Persamaan Cockcroft-Gault dapat digunakan untuk memperkirakan klirens


kreatinin:
CrClest = [(140 umur)BB] / (72 SCr)
= [(140 50 y)70 kg] / (72 0,9 mg/dL)
CrClest = 97 mL/menit

Estimasi nilai CL DGx :


Cl = 1,303 (CrCl) + ClNR
= 1,303(97 mL/menit) + 40 mL/menit
= 167 mL/menit

Hitung DosisD/τ = (Css Cl) / F


= (1,2 g/L . 167 mL/mnt . 1440 mnt/d) / (1 . 1000 mL/L)
= 288 g/d
CONTOH
KASUS
Contoh 2
BN adalah pria 52 tahun, 85kg (6kaki 2in) dengan atrial fibrillation menerima
terapi dengan digoksin intravena. dia memiliki fungsi hati dan ginjal yang
normal. setelah menerima dosis pemuatan awal digoksin ( 1000 mikrogram )
dan dosis perawatan 250 mikrogram / d Digoksin selama 5 hari, konsentrasi
digoksinny diukur pada 0,6 nanogram/mL segera setelah denyut nadi
meningkat menjadi 200 denyut/menit. hitunglah dosis pendorong digoksin
untuk dideteksi konsentrasi digoksin sebesar 1,5 nanogram/mL
Penyelesian

1. Perkirakan volume distribusi menurut keadaan dan kondisi penyakit yang ada
pada pasien. Dalam kasus digoksin,volume distribusi rata-rata populasi sama
dengan 7 L/Kg dan ini akan digunakan untuk memperkirakan parameter untuk
pasien. Pasien itu bukan orang dewasa berat badannya yang sebenarnya akan
digunakan dalam perhitungan:
V = 7 L/Kg.85 Kg = 595 L.
2. Hitung dosis booster.
Dosis penguat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
BD = [(Cdesired-Cactual) V] / F = [(1,5 µg / L – 0,6 µg / L] / 1
= 536 µgDibulatkan menjadi 500 µg digoksin

(Catt: ng/mL = µg/L)Dan unit konsentrasi ini diganti dengan Css dalam perhitungan
sehingga unit konversi yang tidak perlu tidak diperlukan.Dosis booster ini bisa jadi
dibagi menjadi dua dosis yang sama dan diberikan 4-6 jam terpisah dengan
pemantauan yang tepat untuk dihindari efek samping yang merugikan jika dosis
perawatan juga meningkat,maka aka ditambah lagi waktu kondisi-kondisi mapan
baru yang akan dicapai.
Konsentrasi serum dugoksin seharusnya diukur saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bauer, Larry A. Applied clinical pharmacokinetics (2nd ed.). USA: Mc. Graw Hill Medical Companies.
Inc;2008.

Katzung BG. Drugs Used in Heart Failure. Dalam: Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed.2006.p889-
899.

Lacy, C.F, Lexi-comp., et al. (2010). Drug Information Handbook 17th Edition. American Pharmaceutical
Asoociation.

McEvoy, G.K., Snow, E.K., Miller, J. (Eds), 2005, American Healt Formulary Services (AHFS), Drug
Information, American Society Of Healt Pharmacists, Bethesda.

Setiawati A, Nafrialdi. Obat Gagal Jantung. Dalam Gunawan, Sulistia G, editor. Farmakologi dan
Terapi.Edisi 5. Jakarta. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007: 309-311.
THANK YOU
SEMOGA ILMUNYA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai