Anda di halaman 1dari 48

KEGAWATAN NEUROLOGI

Kasus
• Seorang pasien datang dengan penurunan kesadaran.
Pasien merupakan korban kecelakaan dan telah pingsan
dari tempat kejadian. Terdapat napas stridor, nadi teraba.
Pasien tidak dapat membuka mata, terdapat dekortikasi
dan pasien hanya mengerang. Hasil pemeriksaan tanda
vital RR: 38 HR: 80 TD 100/50.

Jelaskan hasil pengkajian primary survey!


Pengkajian tambahan apa yang perlu dilakukan pada
pasien?jelaskan
Bagaimana penatalaksanaan pasien di IGD?
Jelaskan NCP pasien
Pendahuluan

Kegawatan neurologi merupakan suatu


keadaan yang memerlukan
penatalaksanaan yang cepat dan tepat
agar tidak terjadi gangguan struktur dan
fungsi sistim saraf yang lebih berat.
Tujuan Pembelajaran
• Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan koma
• Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan stroke akut
pada keadaan kegawatan
• Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan status
eliptikus pada keadaan kegawatan
• Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan
meningitis pada keadaan kegawatan
Review GCS
I. KOMA
Di antara penyebab koma dapat disebut:
1. Kelainan di otak
a. Trauma
- komosio
- kontusio
- laserasio   
- hematom epidural
- hematom subdural
b. Penyakit pembuluh darah
 perdarahan intraserebral
 subaraknoid
 infark otak

c. Radang d. Neoplasma
 ensefalitis  Primer
 Meningitis  Metastatic
 Abses

e. Epilepsi
 status epileptik

2. Kelainan metabolik
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan neurologis
Terapi
1. Tindakan harus dilakukan dengan cepat
dan tepat
2. Perhatikan kebutuhan cairan, kalori dan
elektrolit, jalan nafas dan ventilasi
3. Lakukan pemeriksaan analisis gas darah
4. Sirkulasi, cegah terjadinya hipotensi yang
dapat mengurangi perfusi serebral
5. Berikan cairan dengan jumlah yang sesuai
6. Miksi defekasi
7. Penderita dibolak-balik (diubah posisinya)
1-2 jam
II. STROKE
Stroke merupakan suatu kedaruratan medik yang
sangat potensial sebagai penyebab kematian, dan
penyebab kecacatan paling utama.Oleh karena itu
pada setiap kasus stroke harus dilakukan tindakan
yang cepat dan tepat, agar kematian dan kecacatan
dapat dihindarkan semaksimal mungkin.
Hemorrhagi Subarachnoi
c 12% d 3%

Ischemi
c
85%
50 cc/100 Normal
gram/mt

35-40 cc/100
Aliran Kehilangan fungsi
gram/mt
darah
ke otak
20 cc/100 Aktifitas listrik otak
gram/mt berhenti

< 10 cc/100
Kematian sel saraf
gram/mnt
Jika CBF < 10 ml/100 mg/menit  kekurangan oksigen
 proses fosforilasi oksidatif terhambat produksi
ATP (energi) berkurang  pompa Na-K-ATPase tidak
berfungsi  depolarisasi membran sel saraf
pembukaan kanal ion Ca  kenaikan influks Ca
secara cepat  gangguan Ca homeostasis  Ca
merupakan signalling molekul yang mengaktivasi
berbagai enzim  memicu proses biokimia yang
bersifat eksitotoksik kematian sel saraf (nekrosis
maupun apotosis) gejala yang timbul tergantung pada
saraf mana yang mengalami kerusakan/kematian
Penatalaksanaan stroke perlu dilakukan
menurut langkah-langkah yang sistematis, yaitu :
1. Pastikan Stroke atau bukan stroke/ stroke-like?
Pengkajian menggunakan NIHSS (National health institute
stroke scale)
2. Tentukan letak lesi-nya
3. Tentukan jenis stroke-nya
4. Cari faktor resiko-nya
5. Tentukan terapi yang sesuai
NIHSS Risk of Intracerebral
Hemorrhage
0-10 2-3%
11-20 4-5%
>20 17%
Terapi
A. Terapi Umum
B. Terapi Khusus
C. Rehabilitasi
A. Terapi Umum
1. Jalan napas dan pernapasan
2. Jantung
3. Tekanan darah
4. Suhu tubuh
5. Gula darah.
6. Cairan infus
7. Jaga kebersihan kandung kemih
8. Posisi berbaring diubah-ubah setiap 2
jam
B. Terapi Khusus

1. REPERFUSI
Untuk memulihkan aliran darah
kedaerah iskemik
2. NEUROPROTEKSI
Untuk melindungi jaringan saraf yang
masih utuh didaerah iskemik.
Beberapa cara reperfusi yang telah diuji
secara klinis adalah:
A. Trombolitik
B. Antitrombotik
a. Antikoagulan
b. Inhibitor platelet
C. Hemoreologik
a. Hemodilusi
b. Obat : pentoksifilin
D. Menurunkan tekanan intrakranial yang meningkat
a. Cairan hiperosmolar
b. Hiperventilasi
E. Tindakan invasive
a. Trombektomi
Obat-obat golongan neuroprotektan adalah :
1. Calcium channel blocker.
2. Membrane stablizer
C. Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan secepat mungkin setelah
keadaan pasien stabil. Tindakan rehabilitasi
disamping melibatkan tim medis, juga perlu
mengikut sertakan keluarga pasien orang yang
akan merawat pasien dirumah, dan pasiennya
sendiri
III. MANAJEMEN NON BEDAH TRAUMA
KRANIAL SEREBRAL
Terapi cedera kranio- serebral ada dua yaitu
terapi medikamentosa dan terapi operatif.
Tujuan terapi medikamentosa pasien cedera
kranio : serebral adalah untuk :
1. Mengontrol fisiologi dan substrat sel otak
serta mencegah kemungkinan terjadinya
tekanan tinggi intra kranial
2. Mencegah dan mengobati brain swelling
3. Minimalisasi kerusakan sekunder
4. Mengobati simptom akibat trauma otak
5. Mencegah dan mengobat kompikasi trauma
otak
Derajat kesadaran – Skala Koma Glasgow
(dipergunakan di klinik) :
Kategori SKG Gambaran Skening
Klinik Otak
C.K 13 – 15 Pingsan  10 mnt, Normal
Ringan defisit neurologik (-)
C.K 9 – 12 Pingsan > 10 mnt Abnormal
Sedang s/d  6 jam, defisit
neurologik (+)
C.K 3–8 Pingsan > 6 jam, Abnormal
Berat defisit neurologik (+)
Manajemen
A. Pasien dalam keadaan sadar (SKG = 15)
1. Simple Head Injury
Trauma kranio – serebral tanpa defisit
neurologi, hanya dilakukan perawatan luka.
Pemeriksaan radiologik hanya atas indikasi
Pasien dipulangkan dan keluarga diminta
mengobservasi kesadaran.
Bila dicurigai adanya kesadaran menurun
saat diobservasi, pasien segera dibawah
kembali ke rumah sakit.
 
 2. Kesadaran terganggu sesaat
Penderita mengalami penurunan
kesadaran sesaat trauma kranio- serebral,
dan saat diperiksa sudah sadar kembali.
Dibuat foto kepala
Dilakukan perawatan luka.
Pasien dipulang dan keluarga diminta
mengobservasi kesadaran.
Bila dicurigai adanya kesadaran menurun
saat observasi, pasien dibawa kembali ke
rumah sakit.
B. Pasien dengan kesadaran menurun
1. Cedera kranio – serebral ringan
(SKG = 13 – 15)
Perubahan orientasi, tanpa disertai defisit
fokal serebral. Pasien tidak perlu dirawat jika:
a. Orientasi (waktu dan tempat) baik
b. Tidak ada gejala fokal neurologik
c. Tidak ada muntah atau sakit kepala
d. Tidak ada fraktur tulang kepala
e. Ada yang bisa mengawasi dengan baik di
rumah Bila dicurigai adanya
perubahan
f. Tempat tinggal dalam kota kesadaran, dibawa
kembali ke RS
2. Cedera kranio – serebral sedang
(SKG = 9 – 12)
Pasien dalam kategori ini bisa mengalami
gangguan kardiopulmoner
Urutan tindakan sebagai berikut :
a. Periksa dan atasi gangguan jalan
nafas (Airway), pernafasan
(Breathing), dan sirkulasi
(Circulation).
b. Pemeriksaan singkat untuk kesadaran,
pupil, tanda fokal serebral, dan cedera
organ lain. Bila kecurigaan fraktur tulang
cervical dan atau tulang ekstremitas,
lakukan fiksasi leher dengan
pemasangan kerah leher dan atau fiksasi
tulang ekstrimitas ybs.
c. Foto kepala, dan bila perlu foto bagian
tubuh lainnya
d. Skening otak bila dicurigai ada
hematoma intrakranial
e. Observasi fungsi vital, kesadaran, pupil,
dan defisit fokal serebral lainnya.
3. Cedera Kranio serebral berat
(SKG = 3 – 8)
Urutan tindakan menurut prioritas adalah
sebagai berikut :
1. Resusitasi jantung paru, dengan tindakan A
(Airways), B (Breathing) dan C (Circulation)
a. Jalan nafas (Airways)
b. Pernafasan (Breathing)
c. Sirkulasi (Circulation)
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan radiologi
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Tekanan Intra Kranial (TIK) meninggi
6. Keseimbangan cairan eletrolit
7. Nutrisi
8. Neuroproteksi
9. Pemberian steroid
10. Neurorestorasi/ rehabilitasi
11. Komplikasi
STATUS EPILEPTIKUS

Status Epileptikus (SE) adalah keadaan


kejang berulang tanpa pulihnya kesadaran
di antara kejang, atau kejang yang
berlangsung terus-menerus atau serial
kejang yang lebih dari 30 menit.
Penyebab SE adalah :
1. SE Idiopatik
• Penghentian obat tiba-tiba
• Penderita epilepsi dengan obat tidak
adekuat dan teratur
• Penyakit infeksi
• Penderita epilepsi dengan tidur tidak
teratur.
• Penyalahgunaan narkotik dan alkohol .
 2. SE Simptomatis
• Status konvulsivus
• Adanya gangguan atau penyakit di otak
Pengobatan pada SE prinsipnya :

1. Mempertahankan keadaan umum


• Oksigenasi yang adekuat.
• Mempertahankan sirkulasi sistemik dan aliran darah
otak.
• Suplai kalori, vitamin dan mempertahankan balans
elektrolit dan cairan.
• Menurunkan edem otak
2. Menghentikan kejang
Syarat obat yang ideal untuk anti
konvulsan adalah :
• Pemberiannya intra vena
• Dosis kecil cukup ekfetif
• Half lifenya panjang
• Tidak menekan kesadaran atau respirasi
• Cepat dan efektif untuk segala macam kejang status.
3. Mencegah penyulit
• Hipertemia
• Aritmia jantung
• Aspirasi dan infeksi
Waktu (mnt) Tindakan
0 – 9 mnt • Nilai fungsi kardiorespirasi, anamnesa dan
pemeriksaan neurologi.
• Nilai kadar OAE darah, glukosa, gambaran metabolik
dan obat.
• Jaga airway dan oksigen bila perlu.
• IVFD dengan normal saline.
10 – 30 menit • Jika kejang
Diazepam (5 mg/mnt) atau Larozepam (2mg/mnt)
sampai kejang stop.
• Jika tidak kejang,
Phenitoin load dose 20 mg/kg, kec. 50 mg/mnt.
Monitor TD dan EEG
Gunakan DZP ATAU LZP untuk kejang selama
phenitoin load dose.
31 – 60 menit • Jika kejang persisten, intubasi.
Penobarbital 20 mg/kg dengan kec. 100 mg/mnt.
> 1 jam • Jika kejang persissten Pentobarbital 5 mg/kg load
dose, kemudian 1 –3 mg/kg per jam. Atur dosis
berdasarkan gambaran supresi EEG tetapi cegah
hipotensi.
V. MENINGITIS SEPTIK AKUT
Meningitis septik merupakan infeksi akut dan
subakut leptomening (arakhonid dan piamater)
disertai perubahan sel dan kimiawi cairan likuor.
DIAGNOSIS
Berdasarkan :
• Anamnesis
• Pemeriksaan klinik
• Pemeriksaan darah
• Pemeriksaan likuor serebro – spinalis
Gambaran likuor pada meningitis septik akut
adalah :
 Lekosit meningkat (lebih 1000/ ul, 90% lekosit PMN)
 Protein likuor > 150 mg/dl
 Glukosa kurang dari 30 mg/dl.
TATALAKSANA
1. Perawatan umum
• Menjaga air way
• Mengontrol kejang
• Mempertahankan tekanan intrakranial
• IVFD dan memperbaiki keadaan hipotensi dan
mencegah kelebihan cairan
• Menurunkan panas
• Mencegah hiponatremi
• Curigai DIC bila ditemukan pendarahan abnormal dan
syok
2. Pendekatan terapi untuk mengurangi
inflamasi meningeal.
• Antibiotik

Orang dewasa dengan meningitis akibat


Pneumokokus, meningokokus diberikan
Penisilin G 18 – 24 juta unit IV/4 – 6 jam.
Selain itu dapat digunakan cefotaksim 2
gram/ iv/4 jam atau ceftriakson 2 gr iv
dosis tunggal
VI. MENINGITIS TUBERKULOSA
DIAGNOSIS berdasarkan:
1. Anamnesis
• Demam, nyeri kepala disertai mual, muntah dan kejang,
perubahan perilaku tampak selama 2-6 minggu.
• Riwayat keluarga dengan tuberkulosa
• Riwayat exposure dengan penderita tuberkulosa
• Pernah menderita tuberkulosis
2. Pemeriksaan Fisik
• Panas tidak terlalu tinggi
• Penurunan kesadaran
• Tanda-tanda tuberkulosa paru
3. Pemeriksa neurologi
 Funduskopi kadang-kadang memperlihatkan tuberkel
pada koroid
 Papil edema memperlihatkan adanya peninggian
tekanan intrakranial
 Tanda rangsangan meningeal positif
4. Pemeriksaan darah/ sputum
• Hitung jenis dengan predominant limfosit
• LED meningkat
• Kemungkinan BTA ditemukan pada sputum
5. Foto toraks
• Penyebaran miliar dan infiltrat padat di apeks paru.
6. Pemeriksaan likuor serebro – spinal.
• Plelositosis biasanya antara 100 – 500 sel-
sel/mm3,
• Protein LCS biasanya antara 100 – 500 mg/dl.
MANAJEMEN
Prinsip seleksi obat didasarkan sifat
farmakologik (bakterisid/bakteriostatik),
konsentrasi LSS, interaksi obat dan
toksisitas, memberikan INH, Rifampisin,
Pyrazinamid dan streptomisin, termasuk
streptomisin intratekal 50 mg/kg dan selang
hari sampai dengan minggu ke II.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai