Anda di halaman 1dari 21

MEKANISME EFEK SAMPING

OBAT

KELOMPOK I
dr. Virgyawan Rizki (2107601010003)
dr. Ira Yuli Fitria (2107601020001)
dr. Meutia Handiny (2107601030005)
Dr. Hardi (2107601050003)
dr. Randy Redhana Suhenda (2107601060001)
dr. Murtaza (2107601060001)
dr. Suci Rahmi (2107601070002)
dr. Rinda Deswita (2107601080005) L/O/G/O
www.themegallery.com
BAB I
PENDAHULUAN
• Kemajuan pengetahuan serta ditemuinya obat- obat
terkini untuk pengobatan, pencegahan, maupun
diagnosis menuntut kita buat lebih mengenali lebih
banyak tentang FARMAKODINAMIK serta
FARMAKOKINETIK dari obat.

• Tidak hanya dampak yang diharapkan saat pemberian


obat pada penderita, bisa pula terjalin respon yang
tidak di inginkan, dengan tutur lain ADR “ADVERSE
DRUG REACTION”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN
Efek Samping Obat merupakan semua respons
pada sesuatu obat yang mudarat serta tidak
diinginkan, yang terjadi pada dosis yang umumnya
dipakai pada orang buat penangkalan, penaksiran,
ataupun pengobatan penyakit ataupun buat
perubahan guna fisiologis
KLASIFIKASI
Sistem DoTS mencakup hubungan
risiko-keuntungan suatu obat,
kerentanan pasien, dan kursus waktu
kejadian merugikan

klasifikasi reaksi Sistem EIDOS:


obat yang tidak (E) Jenis kimia ekstrinsik;
diharapkan (I) Impaksi tubuh/sistem intrinsic;
(D) Distribusi target intrinsik
secara luas dan relevan;
(O) Dampak pada proses fisiologis
atau patofisiologis
(S) Diekspresikan secara klinis
sebagai keluaran simpang atau
sekuele.
Tipe A Dapat Diprediksi
Dapat diprediksi berelasi dengan farmakologi yang diketahui dari obat,
subklasifikasi:
- Side effects: sebagai contoh tremor halus tangan ketika memulai terapi dengan
albuterol (salbutamol),
- Efek sekunder: dapat diprediksi tetapi bukan konsekuensi pasti dari efek obat,
sering pada jaringan-jaringan bukan target. Sebagai contoh, kolitis
pseudomembranosa setelah pemberian linkosamida,
- Interaksi: perubahan pada pembersihan obat akibat interaksi dengan penyakit,
makanan, atau terapi obat konkuren. Sebagai contoh, toksisitas ginjal akibat
siklosporin berasal dari terapi klaritromisin konkuren, dan
- Toksisitas: konsekuensi simpang konsentarasi obat berlebihan. Sebagai contoh,
asidosis dan tinnitus berasal dari overdosis salisilat.
Tipe B Tidak Dapat Diprediksi
Tidak dapat diprediksi berrelasi dengan farmakologi yang diketahui dari obat,
subklasifikasi:
- Intoleransi: side effects berat terjadi pada konsentrasi obat normal, biasanya pada
populasi dengan kerentanan unik. Sebagai contoh, tinnitus pada pasien-pasien terapi
salisilat dosis rendah,
- Alergi/pseudoallergic: reaksi-reaksi tidak diharapkan yang diperantarai atau terjadi
oleh mediasi sistem imun. Sebagai contoh, reaksi anafilaktik penisilin,
- Idiosinkratik: reaksi tidak diharapkan jarang dan berat, dimana patogenesisnya
belum jelas, biasanya pada pasien-pasien yang rentan. Sebagai contoh, Sindroma
Steven Johnson berasal dari terapi sulfonamida.
- Psikogenik: reaksi tidak diharapkan yang tidak dipahami dengan karakteristik reaksi
ekstrim, sering pada sekelompok obat-obatan atau bahan-bahan kimia. Sebagai
contoh, sensitivitas antibiotika beragam.
Tipe C Kronik
Berrelasi pada kumulasi dosis sejalan dengan waktu. Sebagai contoh,
penghambatan di sumbu hipotalamus-pituitari berhubungan dengan terapi
kortikosteroid jangka panjang

Tipe D Lambat
Efek terjadi beberapa waktu setelah penggunaan obat. Sebagai contoh,
karsinogenesis misalnya adenokarsinoma vaginal clear cell berasal dari
paparan intrauterin terhadap dietilstilbestrol atau teratogenesis misalnya
spina bifida berasal dari paparan intrauterin terhadap asam valproat.
Tipe E Withdrawal
Berasal dari withdrawal suatu obat dimana pasien terhabituasi atau
ketergantungan. Sebagai contoh, withdrawal narkotika ketika terapi opiate
jangka panjang mendadak dihentikan

Tipe F Gagal
Kegagalan terapeutik berasal dari faktor-faktor berdampak pada efikasi
atau pembersihan. Sebagai contoh, kehamilan berasal dari kegagalan
kontrasepsi oral berhubungan dengan terapi karbamazepin berangsur.
MEKANISME SIDE
EFFECTS
• Biasanya terjadi di jaringan bukan targetnya
• Menimbulkan gangguan tetapi tidak tipikal serius.
• Beberapa kasus, sering menghilang bila terapi
diteruskan.

Contoh :
Albuterol (salbutamol) menimbulkan tremor halus tangan
yang sering menghilang sejalan dengan waktu
Variabilitas konsentrasi plasma dipengaruhi
oleh bermacam karakteristik
farmakokinetik saat diberikan pada pasien,
Pasien memiliki variabilitas bermacam
antara lain:
Absorbsi obat

Distribusi obat
Interaksi
obat

Perbedaan
Status kemampuan untuk
kesehatan memetabolisme dan
mengekskresi obat
Faktor yang Mempengaruhi
Farmakokinetik dan
Farmakodinamik
ONTOGENI SIDE
EFFECTS
• Biasanya sering disebutkan dalam konteks bayi prematur
dan bayi baru lahir

Contoh :
• Obat-obatan sefalosporin generasi kedua seperti
cefaclor dimana obat ini terbukti dapat menimbulkan 1%
risiko reaksi sickness-like
• Kloramfenikol bekerja dengan menginihibisi aktivitas
enzim peptidyl transferase dalam ribosom bakteri dan
mengakibatkan gray syndrome baby atau sindroma bayi
abu-abu.
Diagnostik Side Effects
Obat
• Memastikan bahwa obat yang diberikan, diterima dan
dikonsumsi oleh pasien sesuai dengan dosis yang
dianjurkan.
• Memverifikasi onset (mulai terjadinya) ESO yang
dicurigai terjadi setelah obat dikonsumsi
• Menentukan interval waktu antara awal pengobatan
dengan onset kejadian yang dicurigai sebagai ESO.
• Mengevaluasi ESO yang dicurigai setelah menghentikan
pemakaian obat atau menurunkan dosisnya
• Menganalisa kemungkinan penyebab lainnya (selain
obat) yang mungkin dapat menimbulkan reaksi tersebut.
Side effect antibiotik
• Antibiotik merupakan salah satu obat yang
sering menimbulkan side effects
• Insiden keseluruhan side effects per masuk
rumah sakit selama penelitian 10 tahun adalah
1,6%
• ADR dalam segi praktis klinis dapat
diklasifikasikan untuk memudahkan dalam
mengetahui terjadinya ADR pada penggunaan
obat dalam praktek sehari-hari, yaitu:
Side effect antibiotik
1. Reaksi yang dapat timbul pada setiap orang:
• Overdosis obat
• Side Effects obat
• Interaksi obat

2. Reaksi yang hanya timbul pada orang yang suseptibel:


• Intoleransi obat
• Idiosinkrasi obat
• Alergi obat
• Reaksi pseudoalergik/anafilaktoid
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Saat pemberian obat kepada pasien terdapat reaksi
yang diharapkan dan juga reaksi tidak diinginkan yang
timbul yang dikenal dengan Adverse Drug Reaction
(ADR)
• Thompson dan Rawlins mengemukakan terdapat
beberapa tipe reaksi obat yang tidak diharapkan, yaitu
Tipe A (dapat diprediksi), Tipe B (Tidak dapat diprediksi),
Tipe C (Kronik), Tipe D (Lambat), Tipe E (Withdrawal),
dan Tipe F (Gagal)
KESIMPULAN
Terdapat beberapa variasi variabilitas konsentrasi plasma
yang dipengaruhi oleh karakteristik farmakokinetik saat
diberikan ke pasien, yaitu :
1. Variasi pada absorbs obat
2. Variasi distribusi obat
3. Perbedaaan kemampuan individu untuk
memetabolisme dan mengeksresi obat
4. Status Kesehatan atau fisiologis
5. Interaksi obat
Add Your Company Slogan

Thank You!
L/O/G/O
www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai