Anda di halaman 1dari 11

READING JURNAL

KASUS PERSALINAN PATOLOGI


Nama Anggota :
1. Sherly Nisa Mukti 1810105118
2. Intan Vindi Ceylia 1810105119
3. Siti Nurjanah 1810105120
4. Lili Linda Warmita 1810105121
5. Nanda Pramuditya P.K.P 1810105122
• Ketuban Pecah Dini (KPD)
Latar Belakang
didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Pada kehamilan aterm atau kehamilan lebih dari 37 minggu sebanyak 8-10% ibu
hamil akan mengalami KPD, dan pada kehamilan preterm atau kehamilan kurang dari 37 minggu
sebanyak 1% ibu hamil akan mengalami KPD. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-
19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua
ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi
dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah.
• Salah satu indikator untuk mengukur kualitas SDM adalah derajat kesehatan penduduk.
Masalah kesehatan ibu, bayi, dan perinatal di Indonesia merupakan masalah nasional yang
perlu mendapatkan prioritas utama untuk dicarikan pemecahannya, karena hal tersebut
sangat erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk generasi yang
akan datang. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan salah
satu indikator untuk mencerminkan derajat kesehatan ibu dan anak, selain sekaligus
cerminan dari status kesehatan suatu negara. Hasil survey demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2015, AKI yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup yang
mengalami penurunan dari tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Telaah Jurnal
  Nama Waktu dan Tujuan Metode Responden/ Hasil penelitian
penelitian penelitian
Penulis, tahun, tempat subyek penelitian
judul penelitian penelitian dan jumlah
sampel
Artikel Nia Aprilia, Juni 2017. Penelitian ini Desain Populasi Berdasarkan hasil penelitian
jurnal 2018, Aktor Di Rsud bertujuan untuk penelitian dalam tentang gambaran faktor risiko
1 Risiko Ibu Bangkinang mengetahui yang penelitian ini KPD di RSUD Bangkinang
   
Bersalin Yang faktor risiko ibu digunakan adalah tahun 2017, dapat disimpulkan
   
  Mengalami   bersalin yang dalam keseluruhan bahwa sebagian besar ibu
Ketuban mengalami penelitian ini Ibu bersalin yang mengalami ketuban
Pecah Dini Di ketuban pecah adalah yang pecah dini berada pada usia
Rsud Bangkinang dini diRSUD Mengalami ketuban
Bangkinang
deskriptif. risiko yaitu usia <20 dan >35
tahun 2017 pecah dini di tahun, non multiparitas
tahun 2017 RSUD berisiko, riwayat KPD berisiko
Bangkinang yaitu pernah mengalami KPD
tahun 2016 dan kehamilan ganda tidak
yaitu berisiko yaitu tidak hamil
sebanyak 55 kembar. Diharapkan kepada
orang. petugas kesehatan untuk
memberikan informasi tentang
faktor risiko ketuban pecah dini
khususnya pada ibu hamil
pada saat kunjungan antenatal
care.
Artikel Andi Julia 2018, Penelitian ini \Jenis Populasi Hasil penelitian ini dilakukan
jurnal Rifiana, Puskesmas bertujuan untuk penelitian dalam dengan teknik univariat dan
mengetahui
2 Hasanah, Tanggeung faktor-faktor yang penelitian ini bivariat dengan menggunakan
  2018. Faktor– cianjur yang digunakan sebanyak 33 uji Chi Square. Hasil penelitian
    berhubungan
Faktor Yang adalah ibu bersalin primipara gravida sebanyak 42
    dengan ketuban
Berhubungan penelitian yang orang (63,6%), usia berisiko
pecah dini pada
ibu bersalin di

  Dengan   Puskesmas analitik mengalami <20 tahun 35 tahun sebanyak


ketuban Tanggeung menggunakan KPD dengan 44 orang (66,7%), anemia
PecahDini Kabupaten desain menggunkan sebanyak 39 orang (59,1%)
Cianjur tahun
Pada Ibu 2017 dengan penelitian teknik total dan tidak gemeli sebanyak 63
Bersalin Di menggunakan case control. sampling. orang (95,5%) Kesimpulan ada
Puskesmas pendekatan     hubungan yang signifikan
Tanggeung case control.     antara gravida (ρ =0,005OR
   
cianjur     5,400), umur ibu (ρ=0,001OR
      8,700), dan anemia (ρ=
      0,003OR 5,714). Tidak ada
     
  hubungan bermakna antara
   
      kehamilan gemeli (ρ=0,492)
      dengan ketuban pecah dini di
  Puskesmas Tanggeung
Kabupaten Cianjur tahun 2017.
PEMBAHASAN
• Berdasarkan Gravida atau jumlah kehamilan, Hasil analisis univariat ibu yang mengalami
KPD pada primigravida terdapat (63,6%) hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan
tentang tanda bahaya kehamilan, tidak melakukan ANC secara teratur. Hal ini bertentangan
dengan yang diungkapkan oleh Manuaba, penyebab KPD menurut Manuaba yaitu
multiparitas. Multipara lebih besar kemungkinan terjadinya infeksi karena proses pembukaan
serviks lebih cepat dari primipara, sehingga dapat terjadi pecahnya KPD. Pada kasus infeksi
tersebut dapat menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.Pada multipara, karena adanya
riwayat persalinan yang lalu maka keadaan jaringan ikatnya lebih longgar dari pada
primipara. Pada multipara jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
sehingga multipara lebih berisiko terjadi ketuban pecah dini dibandingkan primipara. Gravida
adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu hamil sangat mempengaruhi
kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil harus mempunyai kesehatan
yang optimal. Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan mengalami KPD pada
kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat, diyakinilebih berisiko
akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.
Kaitan kasus dengan jurnal
• Kasus yang diambil dalam laporan ini adalah kasus Ny.M G2P1A0 umur 36 tahun UK 37mgg inpartu kala
1 fase laten dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit PKU Bantul, dalam kasus ini Ny.M mengatakan
tidak ada keluhan pada dirinya. Ibu datang ke RS pada pukul 10.00 WIB (16 April 2021) mengatakan
terdapat keluaran cairan vagina sedikit demi sedikit hingga celana basah mulai pukul 09.00 (16 April
2021), cairan berwarna jernih, tidak berbau dan tidak merasa nyeri.bu mengtakan hpht pada tanggal 30-7-
2020, hpl 7-5-2021. Ibu memiliki anak 1 lahir pada tahun 2016. Ibu mengatakan pernah menggunakan
suntuk KB 3 bulan selama 2 tahun dan tidak ada keluhan. Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit seperti jantung, hipertensi, hepatitis, HIV-AIDS, TBC, asma dan DM. Ibu mengatakan melakukan
hubungan seksual dengan suami sebanyak 2-3 x/minggu dan tidak ada keluhan. Saat dilakukan pemeriksan
fisik keadaan umum baik, kesadaran composmentis saat dilakukan pemeriksaan ttv didapatkan TD: 110/80
mmHg, N: 83 x/menit, S: 36,5ºC, R: 22 x/menit. Dan dilakukan pemeriksaan antropometri BB: 56 Kg, TB:
154 Cm, LILA: 25 Cm. Wajah tidak pucat, tidak ada odema pada muka, sklera putih, conjungtiva merah
muda, payudara simetris warna kecoklatan tidak ada nyeri tekan tidak ada benjolan terdapat aerola tidak
ada cairan yang keluar, abdomen terdapat linea nigra, payudara menonjol, asi belum keluar, tidak ada
hiperpigmentasi, tidak ada nyeri tekan, genetalia bersih dan tidak ada varises. Pada pemeriksaan khusus
abdomen didapatkan hasil, tfu 2 jr dibawah PX (29cm), puka, bagian bawwah janin kepala, sudah masuk
panggul, TBJ 2790 gr, DJJ 138x/mnt, HIS 1x/10 mnt durasi 5-10 dtk.
Prosedur Tindakan
• Pertama, pasien akan diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan kedua kaki
diangkat ke atas. Bidan akan memasukkan alat bernama spekulum atau cocor bebek ke
dalam vagina. Dengan menggunakan alat
1. Memeriksa ukuran dan posisi Rahim
2. Membersihkan leher rahim dan vagina dengan cairan antiseptic
3. Mendeteksi adanya kelainan pada Rahim
4. Memposisikan leher rahim (serviks) agar sejajar dengan rahim
Kesimpulan Dan Saran
• Kesimpulan
• Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
• Sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah diniterdapat pada kategori
berisiko yaitu umur <20 dan >35 tahun.
• Sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini terdapat padakategori tidak
berisiko yaitu paritas multipara.
• Sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini terdapat pada kategori
berisiko yaitu pernah mengalami KPD.
• Sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini
• terdapat pada kategori tidak berisiko yaitu ibu tidak hamil ganda.
• Saran
• Bagi klien
• Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makananyang bergizi dan seimbang
• Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat pasca melahirkan
• Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygienenya terkhusus pada organ
genetalianya.
• Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya sesering mungkin dan tetap
memperhatikan keadaan bayinya.
• Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi obat secara teratur sesuai instruksi yang
diberikan.

• Bagi Bidan
• Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan yang profesional sehingga
dapat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian kematian bayi
(AKB).

Anda mungkin juga menyukai