Anda di halaman 1dari 36

1.Pengertian Pestisida ?

Permentan RI No, 107/Pementan/SR.140/9/2014: Pestisida


 semua zat kimia & bahan
lain, serta jazad renik dan virus, yg digunakan untuk:
1) Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang
merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil pertanian;
2) Memberantas rerumputan;
3) Mematikan daun & mencegah tmbhnya bagian tanaman;
4) Menyuburkan bagian tanaman tidak termasuk pupuk;
5) Memberantas/mencegah hama luar pada hewan ternak;
6) Memberantas/mencegah hama air;
7) Memberantas/mencegah binatang & jazad renik dalam
rumah tangga, bangunan, alat angkutan; dan
8) Mem’rantas/mencgh bntg penyabab pnykit pd manusia/
bntng yg dilindungi dg penggunaan pd tanah, air, tnman. 1`
UU No.: 12 Tahun 1992 ttg Sistem Budidaya Tanaman,
Pestisida:
“Zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang
tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus,
yang digunakan untuk melakukan perlindungan bagi
tanaman”.

2.Klasifikasi Pestisida ?
• Menurut asal/cara pembuatannya: 1) pestisida sintetis
dan 2) pestisida nabati.
• Menurut susunan kimianya: 1) pestisida anorganik
(HgCl, S, As2O3, dll); dan 2) pestisida organik (sintetis
& nabati).
• Menurut jenis sasaran: herbisida, insektisida,
larvasida, rodentisida, fungisida, dll 2`
3. Klasifikasi Pestisida Kimiawi Organik
Sitentis
1) Golongan Organochlorine (OC):
a. Toksisitas tinggi: Endrin (Hexadrine)
b. Toksisitas sedang: Aldrin, Dieldrin, DDT, BHC, dll
2) Golongan Organophosphate (OP):
a. Toksisitas tinggi: Phorate, Parathion, TEPP,
Azodrine, Phosphamidon, Metamidophos, dll
b. Toksisitas sedang: Chlorpyrifos, Diazinon,
Dimethoate, Malthion, dll
3) Golongan Carbamate ( C ):
a. Toksisitas tinggi: Temik, Carbofuran, methonyl, dll
b. Toksisitas sedang: Baygon, Landrin, Carbaryl, dll
3`
4. Perkembangan Konsumsi Pestisida
• Melalui kebijakan pangan (Bimas, Intensifikasi dan
Ekstensifikasi pertanian), dalam PJP I, Indonesia telah
mampu berswasembada beras.
• Kondisi di atas dicapai antara lain dgn adanya kenaikan
jumlah konsumsi pestisida di sektor pertanian.
• Tahun 1983  konsumsi pestisida Indonesia mencapai
10.000 ton/tahun.
• Tahun 1985  konsumsi pestisida mencapai 150.000
ton, atau 5 % dari konsumsi dunia.
• Pada awal tahun 1980-an  DDT telah dilarang
digunakan di sektor pertanian, dan hanya boleh
digunakan oleh Depkes untuk pemberantasan malaria.
• Tahun 1992  lahir UU No.: 12 Tahun 1992 ttg
Sistem Budidaya Tanaman  dikenalkan pola PHT.
4
5. Degradasi Pestisida di Lingkungan
• Sejak pestisida diaplikasikan pada tanaman, tanah, dan air 
berbagai faktor ikut berperan shg konsentrasi residu
pestisida di permukaan tanah akan berkurang.
• Faktor tersebut a.l.:
1) penguapan  mudah menguap: Chlorpyrifos, Phorate, dll;
penguapan sedang: Diazinon, Aldrin, Lindan, dll; sulit
menguap: Dieldrin, Endrin, DDT, Toxaphene, dll  akan
menimbulkan kerusakan ekosistem yg bersifat kronis
(bertahun-tahun baru hilang pengaruhnya);
2) mekanis & fisis: tertiup angin, terbawa air hujan, dan
banjir;
3) pertumbuhan tanaman: diserap, diuraikan, dll;
4) reaksi kimia dan biokimia denagn bantuan mikroorganisme
di permukaan tanah/air. 5
6. Sifat Keracunan Pestisida
• Gol. OC  lebih sering menimbulkan keracunan kronis:
1) OC yg masuk ke dalam tubuh  akan tertimbun dlm
jaringan lemak dlm bentuk inaktif  krn proses biologis
dalam tubuh  sebagian pestisida yang terikat dalam
lemak akan lepas/bebas  masuk ke peredaran darah
 saraf  timbul gejala sakit.
2) Demikian hal ini terjadi berulang dlm waktu tahunan
 sembuh apabila residu dalam tubuh telah habis 
sehingga dampaknya bersifat kronis.
• Gol. OP & C  lebih menimbulkan keracunan akut:
1) OP & C masuk tubuh  beberapa jam mengalami
degradasi dan telah habis dalam waktu  4 minggu.
2) dampak kesehatan cepat timbul & cepat sembuh 
sehingga bersifat akut.
6
7. Mekanisme Keracunan OP & C
• Dlm sistem tubuh yang normal terjadi proses biologis
dan komunikasi sistem saraf:
1) Acetyl choline + Cholinesterase (Che) Cholinergic +
Asam Asetat.
2) Cholinergic berfungsi menggerakkan sel efektor di
ujung saraf, shg komunikasi saraf yang berupa stimulus
  Respon yang dikendalikan oleh SSP/CNS dapat
berlangsung normal.
• Jika terjadi pemaparan OP & C  maka OP & C akan
berikatan dengan Che  bersifat inhibitor/penghambat
kerja enzym  shg aktivitas Che turun & kadar Acetyl
Choline tinggi  timbul gejala keracunan  gejalanya
cepat timbul & cepat sembuh dlm bbrpa minggu  shg
keracunannya bersifat akut.
7
8. Monitoring Tingkat Keracunan OP & C
• Ada bbrp cara monitoring tingkat keracunan pestisida, WHO
merekomendasikan cara sederhana, cara ini dapat dilakukan
di lapangan (tempat petani bekerja) untuk mengukur aktivitas
Che yaitu dengan metode Tintometer test.
• Hasil monitoring dg Tintometer test dikategorikan:
1)75 – 100 % dari normal  normal  agar periksa ulang
beberapa waktu kemudian.
2) 50 – 75 % dari normal  keracunan ringan  stop dari
pemaparan OP & C  lakukan periksa ulang
berkali-kali sampai normal;
3) 25 – 50 % dari normal  keracunan sedang  stop dari
pekerjaan yang menggunakan semua jenis
pestisida  periksa ulang sampai normal;
4) 0 – 25 % dari normal  keracunan berat  perlu istirahat
dari semua pekerjaan + pengobatan medis,
periksa ulang bbrpa kali hingga normal.
8
9. Gejala Keracunan OP & C

Straub dalam Key dkk (1978), membuat kategori tingkat


keracunan atas dasar gejala klinik, sbb:

• Keracunan sedang: sakit kepala, mudah capek, pusing,


penglihatan kabur, nausea dan mual-mual, kram perut,
diare, dan salivasi (SLUD)
• Keracunan cukup parah: gejala seperti keracunan sedang +
tidak mampu berjalan (sempoyongan), sering mengeluh
tidak nyaman dan sesak dada, konstriksi pupil, kadang-
kadang tremor.
• Keracunan parah: gejala seperti yang terdahulu + pingsan
mendadak, serangan tiba-tiba secara lokal dan umum, hal
ini menunjukkan adanya krisis kolinergik.
9
10. Waktu timbulnya gejala Kerc OP & C
• Inhalasi : 30 mnt setelah terpapar;
• Peroral : 45 menit setelah terpapar;
• Perkutan: 2 – 3 jam setelah kontak kulit.

11. Faktor Risiko Keracunan Pestisida:


a. Faktor Individu  aspek pengetahuan
Tingkat pengetahuan penyemprot tentang:
• Pestisida dari aspek jenis, kasiat, dan cara
penggunaan yang benar, dll;
• Pestisida dari aspek bahaya: cara masuk ke
dalam tubuh, dampak keracunan, dan gejalanya;
• Pestisida dari aspek macam-macam cara
mencegah / upaya pengendalian keracunan, APD.
10
b. Faktor Individu  Aspek Personal Hygiene
• Selalu mencuci tangan sebelum makan,
kualitas air yang digunakan utk cuci tangan;
• Mandi segera setelah selesai menyemprot;
• Ganti pakaian setelah bekerja/menyemprot
dan sebelum melakukan pekerjaan lain;
• Mencuci peralatan semprot jauh dari sumber
air bersih dan atau sumur;
• Mengubur bekas kemasan pestisida, agar
tidak digunakan orang lain untuk wadah bahan
lain/makanan.
10
c. Faktor Individu  Aspek Penggunaan APD
• Menggunakan topi;
• Menggunakan hood (tutup kepala, hanya ada
lobang pada mata);
• Menggunakan kaca mata rapat (gogles);
• Menggunakan masker mulut hingga hidung;
• Memakai Baju lengan panjang;
• Memakai celana panjang;
• Memakai sepatu boot.

Jenis dan kelengkapannya ?


11
12. Faktor Risiko Lingkungan
• Arah angin dan cara menyemprot;
• Lama menyemprot per hari;
• Frekuensi menyemprot per minggu;
• Jenis pestisida yang digunakan;
• Banyaknya jenis pestisida yang digunakan dalam
sekali penyeprotan;
• Dosis penyemprotan per hektar;
• Suhu dan kelembaban udara sekitar;
• Jenis tanaman yang disemprot;
• Dan lai-lain.
12
 Akut: 18.2 /100,000
69,7% low, 29,6 moderate, 0,4 high
 Kronis : RR 1.5-16
 Ingestion
- accident: anak-anak
- kontaminasi pada makanan
- tempat pestisida pada botol minum bekas
- makan/ merokok
- pestisida kontainer bocor
 Mekanisme :
trakea  pharynx  membengkak
 Inhalasi
ukuran >respirable dust
=1. menggunakan pencampuran tertutup
2. Menggunakan traktor dengan kabin dan penyaring
udara
3. Menurunkan frekuensi pencucian alat penyemprot
4. Meningkatkan frekuensi penggantian sarung tangan
5. Meningkatkan frekuensi mencuci tangan dan mandi
6. Meningkatkan mengganti pakaian setelah
penyemprotan
 EKSTRAK BUNGA CRHYSANTHENUM 
KOMPONEN ETERS
 SEDIKIT EFEK SISTEMIK
 IRITAN/ALERGEN UNTUK KULIT &
PERNAFASAN  DERMATITIS KONTAK
(i/A), ASMA, RHINITIS
 PHENOLIC  HYPERTERMIA !! PEKERJA
 CHLORONPHENOXY  NON-HODGKIN
LYMPHOMA, SARCOMA
 ARSEN KANKER KULIT & PARU
 DYPRIL
 ORGANONITROGEN
 PROPENAL
 TRIAZINE
 PHOPONATE
 PROPENAL
 PHALATE
 HYGIENIC WORK PRACTICE
 AVOIDANCE, PROPER STORAGE &
SEPARATION
 PPE
 WORKER MONITORING
 TRAINING
 REGULATION
 TAMBAHAN PADA MAKANAN HEWAN 
MERANGSANG PERTUMBUHAN ATAU
PROFILAKSIS PENYAKIT (LAVAL, 2000)
 TUMBUHAN  MENGATASI
PERTUMBUHAN BAKTERI YANG
MENGGANGGU HASIL PANEN (TEALE,
2002)
 MENGHEMAT ‽802JT/TH
 EFEK KESEHATAN: ???
 REAKSI ALERGI  DERMATITIS, ASTHMA
PADA PEKERJA PERTANIAN BAGIAN
PENYEMPROTAN, PERUSAHAAN PAKAN
TERNAK
 REAKSI ALERGI  RISIKO KESEHATAN
MASYARAKAT THD HASIL
PERTANIAN/PETERNAKAN YG
MENGGUNAKAN ANTIBIOTIK 
KEAMANAN PANGAN???
 RESITENSI ANTIBIOTIK  HEWAN YANG
DIBERIKAN ANTIBIOTIK  FLORA USUS
BERISI MIKROORGANISME YANG
RESISTEN  TERMAKAN MANUSIA 
KOMPETISI DENGAN FLORA NORMAL 
INFEKSI  RESISTEN
TUMBUHAN/HEWAN  AIR YANG
TERKONTAMINASI FECAL HEWAN YANG
MENGANDUNG MIKROORGANISME
RESISTENT
 MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN, EFISIENSI
PEMBERIAN MAKANAN, MENAMBAH BERAT
 ESTROGEN  MENAMBAH BERAT DAGING 
LEMAK >>>
 BOVIN GH  MENINGKATKAN PRODUKSI
SUSU
 PROSAGLANDIN  MERANGSANG
SWINE/CATTLE  PARTUS  SIKLUS  HASIL
 !! WANITA  RISIKO ABORTUS
 PENGGUNAAN YANG AMAN MSDS
 KELOMPOK YANG BERESIKO  WANITA
 KEAMANAN PANGAN
 Cd, Pb, As  contaminate to soil, water  risk
cancer
 Iritant/allergent skin
 Bioorganik fertilizer  infected helminth and
other infection

Anda mungkin juga menyukai