Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KRITIS

DISUSUN
KELOMPOK 2
DOSEN: Giri Udani.,SKp.,M.Kes

Novita Mulyani 1914401061


Desma Indriyanti 1914401075
Desi Rosdiana 1914401081
Santi mareza 1914401080
Tomi apriyani 1914401054
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
LATAR BELAKANG

Triage sebagai upaya klasifikasi kasus cedera secara cepat berdasarkan keparahan cedera mereka dan peluang k
elangsungan hidup mereka melalui intervensi medis yang segera. Sistem triage tersebut harus disesuaikan deng
an keahlian setempat.

Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triage modern yang berkembang meniru ko
nsep pada jaman Napoleon dimana Baron Dominique Jean Larrey (1766 – 1842), seorang dokter bedah yang m
erawat tentara Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah system perawatan dalam kondisi yang pal
ing mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan urutan kedatangan mereka. System tersebut mem
berikan perawatan awal pada luka ketika berada di medan perang kemudian tentara diangkut ke rumah sakit/te
mpat perawatan yang berlokasi di garis belakang. Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua orang yang t
erluka tetap berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian diberikan perawatan.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN KRITIS

Pasien kritis adalah pasien yang secara fisiologis tidak stabil, sehingga mengalami respon
hipermetabolik komplek terhadap trauma, sakit yang dialami yang dapat mengubah meta
bolisme tubuh, hormonal, imunologis dan homeostatis nutrisi (Menerez, 2012). Pasien de
ngan sakit kritis yang dirawat di ruang ICU sebagian besar mengalami kegagalan multi o
rgan dan memerlukan support teknologi dalam pengelolaan pasien (Schulman, 2012).
TRIAGE

Triase (triage) adalah sistem untuk menentukan pasien yang diutamakan memperoleh pe
nanganan medis terlebih dulu di instalasi gawat darurat (IGD) berdasarkan tingkat kepara
han kondisinya.
Pasien yang mengalami cedera kepala, tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi kritis yang
mengancam nyawa tentunya perlu diprioritaskan dari pasien lain dengan cedera ringan.
Sistem triase gawat darurat (gadar) pertama kali diterapkan untuk menangani korban pera
ng di basis militer.

Triase (triage) gawat darurat (gadar) awalnya membagi pasien ke dalam 3 kategori lengk
ap, yaitu immediate, urgent, dan non-urgent.
Hingga sekarang, sistem triase berguna untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan IGD
rumah sakit kebanjiran pasien.
Contohnya adalah situasi bencana alam atau pandemi yang menyebabkan jumlah tenaga
kesehatan tidak sebanding dengan jumlah pasien saat itu.
Tujuan Triage

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa. Tujuan triage s
elanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pe
rtolongan kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/peng
obatan gawat darurat
Sistem Triage dipengaruhi:
Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
Denah bangunan fisik unit gawat darurat
Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis
Kategori pasien dalam triase IGD

1. Merah
Warna merah dalam triase IGD menunjukkan pasien pioritas pertama yang berada dalam
kondisi kritis (mengancam nyawa) sehingga memerlukan pertolongan medis sesegera mu
ngkin.Jika tidak diberikan penanganan dengan cepat, kemungkinan besar pasien akan me
ninggal.Contoh dalam hal ini adalah pasien yang kesulitan bernapas, terkena serangan ja
ntung, menderita trauma kepala serius akibat kecelakaan lalu lintas, dan mengalami
perdarahan luar yang besar.
2. Kuning
Warna kuning menandakan pasien pioritas kedua yang memerlukan perawatan segera, tet
api penanganan medis masih dapat ditunda beberapa saat karena pasien dalam kondisi sta
bil.Meski kondisinya tidak kritis, pasien dengan kode warna kuning masih memerlukan p
enanganan medis yang cepat.Pasalnya, kondisi pasien tetap bisa memburuk dengan cepat
dan berisiko menimbulkan kecacatan atau kerusakan organ.Pasien yang termasuk kategor
i kode warna kuning contohnya adalah pasien dengan patah tulang di beberapa tempat ak
ibat jatuh dari ketinggian, luka bakar derajat tinggi, dan trauma kepala ringan.
3. Hijau
Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang memerlukan perawatan di rumah
sakit, tetapi masih dapat ditunda lebih lama (maksimal 30 menit).Ketika tenaga medis tel
ah menangani pasien lain yang kondisinya lebih darurat (kategori warna merah dan kunin
g), maka mereka akan langsung melakukan pertolongan pada pasien pioritas ketiga.Pasie
n yang cedera tetapi masih sadar dan bisa berjalan biasanya termasuk dalam kategori tria
se gawat darurat ini.Contoh lain dalam kategori adalah pasien dengan patah tulang ringa
n, luka bakar derajat rendah, atau luka ringan.
4. Putih
Pasien yang mengalami cedera minimal yang tidak memerlukan penanganan medis secar
a khusus atau hanya membutuhkan obat-obatan masuk ke dalam kategori putih.Pada kon
disi ini gejala bisanya tidak berisiko bertambah parah jika pengobatan tidak segera diberi
kan.
5. Hitam
Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi yang sangat kritis, tetapi sul
it untuk diselamatkan nyawanya. Sekalipun segera ditangani, pasien tetap akan meningga
l.Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami cedera parah yang bisa menyu
litkan pernapasan atau kehilangan banyak darah akibat luka tembak.
INDIKASI LABELING PASIEN

Patient safety menjadi hal yang mutlak dan wajib dipenuhi oleh fasilitas layanan kesehat
an yang bermutu. Dalam dunia medis keselamatan pasien merupakan hal yang sangat ese
nsial, sedikit saja kesalahan maka pasien bisa cacat bahkan meninggal. Tidak hanya pros
edur dan fasilitas yang perlu diperhatikan dalam menjamin keselamatan pasien, pengelol
aan obat-obatan juga menjadi salah satu faktor penentu.
beberapa masalah yang sering terjadi diantaranya :

1. Obat dengan dosis yang berbeda ditempatkan dalam satu tempat tanpa pemisah.
2. Obat ditempatkan dalam wadah tanpa penutup dan tanpa label.
3. Kelebihan kapasitas dari wadah penyimpan obat yang menyebabkan kemungkinan b
ercampurnya obat dengan wadah lain yang berdekatan.
4. Ketidaksamaan penataan obat antara ruangan yang satu dengan yang lain sehingga a
pabila petugasnya berganti ruangan bias membingungkan
5. Penggunaan huruf dan tulisan tangan yang kurang jelas untuk labeling obat, penemp
atan label yang tidak sesuai (pada tempat yang melengkung dan terhalang oleh bend
a lain).
Dari permasalahan tersebu,t maka dibuatlah suatu guideline untuk mengefektifkan penata
an dan pengelolaan obat. Dari aspek penyimpanan berikut adalah rekomendasi yang dibe
rikan oleh Calgary Health Region, diantaranya :

1. Standarisasi penyimpanan untuk semua area di rumah sakit, artinya semua bagian/ar
ea di rumah sakit harus mempunyai format penympanan yang sama, hal ini agar bid
an/perawat tidak kebingungan dalam pengelolaan obat apabila bekerja di area yang
berbeda.
2. Menggunakan sistem clustering atau pemisahan misalnya pembagian kategori untuk
 injectable, obat oral, dan obat topikal. Hal ini untuk meminimalkan pilihan dan men
ingkatkan efektivitas dalam pencarian obat.
3. Sistem clustering di atas juga bisa ditambah dengan penggunaan warna yang berbed
a untuk tiap-tiap cluster agar lebih mudah dalam penyimpanan dan cepat dalam pem
ilihan obat.
4. Menggunakan pemisah untuk penyimpanan obat-obatan yang berbeda dalam 1 wada
h dengan label yang jelas termasuk nama obat, dosis, ketersediaan, dan lain sebagain
ya.
5. Untuk penyimpanan obat berjenis narcotic agar diatur pada wadah atau lemari yang
terpisah dengan label yang jelas.
Sedangkan untuk labeling, beberapa hal yang menjadi rekomenda
si adalah :

1. Perbanyak white space agar nama obat yang tertulis bisa lebih mudah dibaca.
2. Gunakan generic name, hal ini untuk meminimalkan kebingungan apabila rumah sa
kit mengganti supplier obat atau supplier mengganti tampilan package dari beberap
a obat tertentu.
3. Penggunaan huruf yang direkomendasikan untuk labeling adalah jenis Arial dengan
ukuran 16-20, sentence-style lettering, dan penggunaan TALLman lettering untuk me
mbedakan obat dengan pengejaannya, misalnya dimenhyDRINATE atau diphenhydr
AMINE
4. Penempatan label harus di depan tempat penyimpanan jangan di permukaan yang m
elengkung. Selain itu, label harus memuat kuota obat yang tersedia untuk memperm
udah proses pengajuan/ permintaan apabila habis, namun yang perlu diperhatikan un
tuk kuota label harus bias dibedakan dengan dosis bias menggunakan warna yang be
rbeda atau tulisan yang berbeda sehingga tidak bingung.
KESIMPULAN

Pasien kritis adalah pasien yang secara fisiologis tidak stabil, sehingga mengalami respon
hipermetabolik komplek terhadap trauma, sakit yang dialami yang dapat mengubah meta
bolisme tubuh, hormonal, imunologis dan homeostatis nutrisi (Menerez, 2012). Pasien de
ngan sakit kritis yang dirawat di ruang ICU sebagian besar mengalami kegagalan multi o
rgan dan memerlukan support teknologi dalam pengelolaan pasien (Schulman, 2012). Pas
ien yang masuk ruang perawatan ICU umumnya bervariasi, yaitu pasien elektif pasca ope
rasi mayor, pasien emergensi akibat trauma mayor, stress akibat trauma, cedera, pembeda
han, sepsis atau gagal nafas. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan metabol
ism dan katabolisme yang dapat mengakibatakan malnutrisi (Menerez, 2012). Pasien krit
is di Ruang ICU diharuskan menjalani bed rest.

Anda mungkin juga menyukai