Anda di halaman 1dari 25

Immunotherapy and probiotic treatment

for allergic rhinitis in children

Oleh :
dr. Ari Fibrianto

Pembimbing :
dr. RA. Myrna Alia, Sp.A(K), M.Kes
LATAR BELAKANG

• Rhinitis alergi didefinisikan sebagai reaksi alergi hipersensitivitas tipe I dengan


dominasi sel Th2 dan ditandai dengan kadar IgE yang tinggi.

• Terapi standar untuk rinitis alergi adalah antihistamin generasi kedua , tetapi
terapi tambahan mungkin diperlukan dalam kasus persisten atau parah. 7
LATAR BELAKANG

• Pengobatan probiotik memanipulasi ekosistem flora normal di saluran


pencernaan, menginduksi stabilitas respon imun Th1 dan Th2, dan merangsang T-
regulator untuk menghambat reaktivitas Th1 dan Th2 yang berlebihan.

• Suplementasi probiotik terbukti bermanfaat untuk menurunkan persentase


eosinofil hidung pada anak-anak dengan rinitis alergi.
LATAR BELAKANG

• Imunoterapi diberikan dengan tujuan memodifikasi patogenesis rinitis alergi.

• Dengan memberikan peningkatan jumlah alergen untuk memodifikasi respon


biologis, toleransi jangka panjang dapat diinduksi, bahkan setelah pengobatan
telah berakhir.

• Pada rinitis alergi, efektivitas imunoterapi telah ditunjukkan dalam banyak uji
coba terkontrol placebo.

• Pengobatan imunoterapi menggunakan alergen tungau debu rumah telah


digunakan secara luas di negara maju untuk mengobati rinitis alergi dan asma,
namun jarang digunakan di Indonesia.
LATAR BELAKANG

• Pemberian imunoterapi dan adjuvant probiotik dapat meningkatkan skor klinis


dan kualitas hidup pada anak penderita asma, meskipun tidak ada perbedaan
signifikan dalam parameter imunologi seperti IFN g dan eosinofil. 17-19

• Perawatan ini juga dapat meningkatkan rasio sel T CD4+/CD8+, yang dapat
menyebabkan perbaikan gejala klinis yang luar biasa pada anak penderita asma
TUJUAN PENELITIAN

mengevaluasi penggunaan probiotik dan


imunoterapi untuk memperbaiki gejala klinis
rinitis alergi
Metode
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
- Anak usia 3-18 tahun • Tidak menyelesaikan 7 minggu terapi
- Rinitis alergi persisten • Hasil skin prick test yang tidak biasa (lesi
- Minimal satu hasl skin prick test positif kulit yang luas atau dermatigrafisme berat)
- Menandatangai informed consent • Pasien bergantung pada antihistamin
• Tidak kooperatfi
Randomisas
i
Pasien dikelompokkan ke dalam 3 kelompok secara acak
dan diberikan terapi selama 7 minggu
• Kelompok A (terapi standar/cetirizine saja)
• Kelompok B (terapi standar dan probiotik)
• Kelompok C (terapi standar dan imunoterapi)
Diagnosis didasarkan pada klasifikasi Rhinitis Alergi dan
Dampaknya pada Asma (ARIA) 2016 dengan gejala yang
muncul setidaknya 4 hari / minggu selama setidaknya 4 minggu
Tatalaksana
• Digunakan cetirizine 10mg sebagai terapi standar, Protexin ®
sachet untuk probiotik dan alergen tungau debu rumah
dengan konsentrasi 0,001.
• Perbaikan setiap gejala klinis dievaluasi dengan
membandingkan frekuensi gejala sebelum dan setelah 7
minggu terapi.
Analisis
Statistikal
Data dianalisis menggunakan uji proporsi
Hasi
l
• Sebanyak 64 subjek berusia 3 hingga 18
tahun dilibatkan dalam penelitian
• Secara acak dialokasikan ke dalam tiga
kelompok: 15 di grup A, 26 di grup B, dan 23
di grup C.
Karakteristi
k subjek
Perbandingan Perbaikan Gejala Klinis
Antar Kelompok
Kesimpula
n
Imunoterapi yang dikombinasikan dengan antihistamin
memiliki peningkatan yang lebih baik dibandingkan
dengan antihistamin saja atau antihistamin dengan
probiotik.
PICO
• Population:
Pasien dengan rhinitis alergika

• Intervention:
imunoterapi

• Comparison:
probiotik

• Outcome:
Frekuensi gejala sebelum dan setelah 7 minggu terapi
VALIDITY
IMPORTANCE
APPLICABILITY

Applicable
Karena ahli alergi imunologi tersedia, pemeriksaan
penunjang tersedia, tindakan probiotik dan imunoterapi
(allergen tungau debu) tersedia
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai