Oleh :
Nama : Ulya Azkia
Nim : 1802020
Jurusan : S1 Farmasi
Kanamycin memiliki beberapa gugus fungsi pendonor elektron, seperti –NH2, -OH,
dan –O-, karena itu, senyawa ini memungkinkan untuk berikatan dengan
radioisotop 99mTc.
Penandaan kanamycin ini dilakukan mengacu pada prosedur yang dilakukan
Roohi dkk Yaitu penandaan Kanamycin dengan metode langsung Menggunakan SnCl2
sebagai reduktor.
Namun demikian, berdasarkan beberapa percobaan ulangan yang dilakukan,
ternyata hasil penandaan dengan prosedur ini masih menunjukkan tingkat
kemurnian radiokimia yang rendah yaitu berkisar ±78,52% dengan pengotor
99mTcO4- nya cukup tinggi, dan larutan akan menjadi keruh apabila kadar
reduktornya (SnCl2) ditingkatkan.
Oleh karena itu, penambahan suatu co-ligan/bifunctional agent yang akan
mempermudah reaksi penandaan kanamycin dengan teknesium-99m
dapat menjadi solusi alternatif. Kanamycin berhasil ditandai dengan teknesium-
99m melalui metode penandaan tidak langsung, yaitu penandaan dengan penambahan
ko-ligan pirofosfat yang diprediksi akan berikatan terlebih dahulu dengan ion
Sn2+ membentuk kompleks Sn(II)-pirofosfat
Lanjutan...
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Na-pirofosfat + Sn(2+)Cl2 NaCl + Sn(2+)-pirofosfat (1)
Sn(2+)-pirofosfat + Kanamycin Sn(2+)-kanamycin + Sn(2+)-pirofosfat (sisa) (2)
Sn(2+)-kanamycin + Sn(2+)-pirofosfat (sisa) + 99mTc(VII)O4- 99mTc-kanamycin +
99mTc-pirofosfat + 99mTc-tereduksi + 99mTc-perteknetat sisa (3)
Proses penandaan “tidak langsung” seperti terlihat pada reaksi (1), (2), dan (3),
akan menghasilkan pengotor 99mTc-pirofosfat yang dengan metode kromatografi tidak
dapat dipisahkan dari 99mTc-kanamycin.
Untuk membuktikan bahwa senyawa bertanda yang terbentuk adalah
99mTc-Kanamycin, maka dilakukan analisis pembanding dengan menggunakan profosfat
bertanda teknesium-99m (99mTc-pirofosfat) sebagai kontrol.
Setelah diperoleh metode penandaan, tahap selanjutnya adalah menentukan kondisi panandaan
yg ideal untuk menghasilkan efisiensi penandaan yg maksimal. Untuk itu perlu dilakukan
optimasi pada beberapa parameter :
Parameter pertama yg dioptimasi adalah memvariasikan jumlah reduktor yang digunakan
mulai 250 μg hingga 500 μg memiliki nilai kemurnian radiokimia (KRK) diatas 90%.
Parameter kedua yg ditentukan adalah pH reaksi. Ini perlu diperhatikan karna sangat
berpengaruh terhadap kestabilan dan kelarutan senyawa obat tersebut dalam air.Hasil
percobaan menunjukan bahwa pH reaksi dari 4-7 menghasilkn nilai kemurnian radiokimia
>95%. Kondisi pH optimum yg dipilih untuk menentukan parameter berikutnya adalah pH6,
karna pH tersebut memiliki nilai kemurnian radiokimia yg paling tinggi dan mendekati suasana
netral, sehingga dalam mengaplikasikanya tidak menimbulkan rasa nyeri saat disuntikkan.
Parameter ketiga yg ditentukan adalah jumlah kanamycin.
Dari percobaan diperoleh bahwa jumlah kanamycin yang memberikan nilai kemurnian
radiokimia tertinggi adalah pada kadar kanamycin 6mg, dan nilai ini digunakan untuk
menentukan parameter berikutnya. Jumlah kanamycin ini cukup rendah bila dibandingkan
dengan dosis pemberian kanamycin untuk pengobatan pasien TB dewasa adalah 15-20 mg/kg
BB per hari.
Parameter ke empat adalah menentukan waktu inkubasi.
Kondisi inkubasi ideal dilakukan pada temperatur ruang karena dalam aplikasinya nanti akan
memudahkan pihak pengguna pada saat preparasi senyawa bertanda ini .
Semua interval waktu inkubasi mulai dari 0 menit hingga 30 menit, dihitung setelah
penambahan larutan 99mTc-perteknetat, menghasilkan senyawa bertanda 99mTc kanamycin
dengan kemurnian radiokimia yg tinggi yaitu diatas 95%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
waktu inkubasi tidak memberikan perbedaan yg signifikan terhadap besarnya efisiensi
ataupun kemurnian sediaan.
KESIMPULAN