Anda di halaman 1dari 47

RESEP Penyakit kulit

Pembacaan Resep

 R/ Kotrimosazole X
S2dd1

R/ Cetrizine V
S1dd1
R/ Gentamisin Salep I
sue

Nama : Dafi
Umur :13tahun
Alamat :-
Skrining Administrasi
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA / TIDAK KET
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter Tidak
2 SIP dokter Tidak ada
3 Alamat dokter Ada
4 Nomor telepon    Tidak ada

5 Tempat dan tanggal penulisan resep    ada 31 agustus 2021

Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/)    ada

Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat Ada
8 Kekuatan obat Tidak ada
9 Jumlah obat Ada
Signatura
10 Nama pasien Ada Dafi
11 Jenis kelamin Ada Laki-laki
12 Umur pasien Ada 13 tahun
13 Barat badan Tidak ada  
14 Alamat pasien Tidak ada
15 Aturan pakai obat ada
16 Iter/tanda lain Tidak ada
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter Tidak ada
Skrining Farmasetik
Nama Dagang Nama Bentuk Kekuatan Dosis Jumlah Dosis Terapi
Generik sediaan sediaan di
resep
Kotrimoksazol Kotrimoksazol Tablet - 480 mg 10 Tablet oral: 960 mg/hari
tiap 12 jam

cetrizine Cetrizine HCl Tablet salut - 10 mg 5 Tablet 10mg/hari 


selaput

Gentamisin Gentamisin Salep - 0,1 % I Tube


Kotrimoksazol
Komposisi 480 mg
Mekanisme kerja Obat Mekanisme aksi dari kotrimoksazol yaitu menghalangi 2 langkah berturut-turut dalam
biosintesis asam nukleat dan protein penting bagi banyak bakteri. Trimethoprim
menghambat reduktase dihydrofolate, sehingga menghalangi produksi asam tetrahydrofolic
dari asam dihydrofolic, sedangkan sulfametoksazole menghambat sintesis bakteri asam
dihydrofolic dengan bersaing dengan asam para-aminobenzoic.
Indikasi infeksi-infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka, infeksi saluran nafas atas
(tonsillitis, pharingitis), infeksi saluran nafas bawah (bronchitis, pneumonia), infeksi kulit
& jaringan lunak, penyakit hubungan seksual (Sexually Transmitted Disease),
Kotrimoksazol
urethritis, cervicitis yang berkaitan dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum dan Neisseria gonorrhoea
Kontra indikasi gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang berat, porfiria.
Efek Samping mual, muntah, ruam (termasuk sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik,
fotosensitivitas) hentikan obat dengan segera. Gangguan darah (neutropenia,
trombositopenia, agranulositosis dan purpura) hentikan obat dengan segera. 
Dosis oral: 960 mg/hari tiap 12 jam, dapat ditingkatkan menjadi 1,44 gram tiap 12 jam pada
infeksi berat. 480 mg tiap 12 jam bila pengobatan lebih dari 14 hari.
Peringatan Kotrimoksasol tidak boleh diberikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas
terhadapnya atau terhadap sulfonamid atau trimetoprim
Farmakokinetik

Absorpsi  Kotrimoksazol berisi rasio 1: 5 trimethoprim sulfamethoxazole untuk, tetapi


trimethoprim:sulfamethoxazole rasio serum setelah pemberian persiapan
tetap kombinasi adalah sekitar 1:20pada steady-state
Distribusi didistribusikan ke dalam jaringan tubuh dan cairan, termasuk dahak, aqueous
humor, cairantelinga tengah, sekresi bronkial, cairan prostat, cairan vagina,
dan empedu.
Pada pasien dengan meninges uninflamed, trimetoprim dan sulfametoksazol
konsentrasi dalam CSFsekitar 50 dan 40%, masing-masing, dari konsentrasi
serum bersamaan

Metabolisme dihati
Ekskresi Di urin
Penyimpanan Obat ini sebaiknya disimpan di tempat bersuhu ruangan yang jauh dari sinar
dan kelembaban. 
Ikatan protein plasma sulfametoksazol adalah sekitar 70% dan trimetoprim adalah sekitar 44% terikat
proteins plasma, Kehadiran sulfametoksazol menurunkan pengikatan
trimethoprim terhadap protein
cetrizine
Komposisi 10 mg
Mekanisme kerja Obat bekerja dengan cara menghalangi kerja senyawa histamin yang diproduksi
oleh tubuh ketika terpapar oleh alergen. Hal ini karena senyawa histamin
merupakan penyebab munculnya reaksi alergi. 
Indikasi
rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, konjungtivitis, pruritus, urtikaria
idiopati kronis.
Kontra indikasi hipersensitif terhadap obat dan komponennya, kehamilan,dan menyusui

Efek Samping sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering, rasa tidak nyaman
di perut, reaksi hipersensitif seperti reaksi kulit dan angioudem. . 

Dosis Dewasa dan anak diatas 6 tahun: 10mg/hari pada malam hari bersama
makanan
Peringatan diabetes mellitus, hipertiroid, hipertensi, takikardi, aritmia, insufisiensi
ginjal/hati, hipertropi prostat, disfungsi uretral, penguna alkohol, lansia,
pengguna obat antidepresan trisiklik, digitalis, hamil dan menyusui.
Farmakokinetika
Absorpsi  diserap dari gastrointestinal saluran setelah dosis oral, konsentrasi plasma
mencapai puncal dalam waktu satu jam.
Distribusi Sekitar 93% cetirizine dalam plasma darah terikat protein. Distribusi obat
terbatas hingga pada lokasi ekstraseluler dimana terdapat reseptor H1, dan
pada sel-sel yang bersifat inflamasi seperti mastosit, basofil, eosinofil, dan
limfosit
Metabolisme Sebagian kecil obat cetirizine dimetabolisme di hati, terutama oleh enzim
CYP3A4, dan obat mengikuti siklus enterohepatik.
Ekskresi Ekskresi cetirizine, sebagian besar sekitar 70% dikeluarkan melalui urine,
dimana sekitar separuhnya sebagai obat dalam bentuk tidak berubah.
di ekskresikan lewat ASI setelah 10 jam
Penyimpanan Obat ini sebaiknya disimpan di tempat bersuhu ruangan yang jauh dari sinar
dan kelembaban. 
Ikatan protein plasma sulfametoksazol adalah sekitar 70% dan trimetoprim adalah sekitar 44% terikat
proteins plasma, Kehadiran sulfametoksazol menurunkan pengikatan
trimethoprim terhadap protein
Gentamisin Salep
Komposisi Gentamisin sulfat 0,1%
Mekanisme kerja Obat  Mekanisme kerja sebagai bakterisidal dengan cara menghambat sintesis
protein pada bakteri yang rentan
Indikasi septikemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya,
infeksi bilier, pielonefritis dan prostatitis akut, endokarditis
karena Streptococcus viridans atau Streptococcus faecalis (bersama
penisilin), pneumonia nosokomial, terapi tambahan pada meningitis
karena listeria.
Kontra indikasi Hipersensitif, infusiensi ginjal
Efek Samping Penggunaan topikal antibiotik gentamisin dapat menyebabkan iritasi yang
bersifat sementara, biasanya ditandai dengan kulit kemerahan dan gatal.
Kemungkinan terjadinya fotosensitisasi pernah dilaporkan pada beberapa
pasien. Penggunaan antibiotik gentamisin topikal dalam jangka panjang
dapat menyebabkan jamur atau bakteri yang kebal tumbuh berlebihan..
Dosis Krim/Salep Gentamicin dioleskan tipis pada daerah yang sakit sebanyak 3-
4 kali sehari sampai tercapai kesembuhan
Peringatan gangguan fungsi ginjal, bayi dan lansia (sesuaikan dosis, awasi fungsi
ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma); hindari
penggunaan jangka panjang
Farmakokinetik
Absorpsi  diserap melalui membrane kulit.

Distribusi Didistribusi ke jaringan tubuh

Metabolisme Diginjal (Glomerulus).


Ekskresi Melalui urin
Penyimpanan Siimpan ditempat sejuk dan kering
Drug Related Problem
Kode Masalah Uraian Masalah

1a Semua obat sudah sesuai indikasi


1. Kotrimoksazole : antibiotik untuk mengatasi penyakit
infeksi bakteri. 2
2. Cetrizine : obat antialergi (antihistamin)
3. Gentamisin : antibiotic spectrum sempit
1b Ada indikasi yang tidak mendapatkan terapi : Tidak ada

1c Kontraindikasi : Tidak ada


1. Kotrimoksazol: gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang
berat
2. Cetrizine Hcl: Hipersensitivitas
3. Gentamisin : Hipersensitivitas
2 Pemilihan obat sudah sesuai dengan literatur

3a Terapi untuk pasien Penyakit kulit


Dosis obat : -
Semua dosis obat sudah sesuai dengan literatur (AHFS,2011)
Kode Masalah Uraian Masalah

4 Interval pemberian : tidak ada masalah


Semua obat sudah sesuai interval pemberian nya dengan
literatur
5 Cara dan Waktu pemberian : ada masalah
 Kotrimoksazol : 2 kali sehari Ran
 cetrizine : 1 kali sehari
 Gentamisin salep :- ( Tidak dituliskan waktu pemberian
obat)
6 Rute pemberian : tidak ada masalah
Semua obat diberikan sesuai rute pemberian nya (AHFS, 2011)

7 Lama pemberian : ada


Kode Masalah Uraian Masalah

8 Interaksi obat : Tidak ada

Interaksi makanan : Tidak ada


 
Interaksi hasil lab : Tidak ada

9 ESO/ADR/Alergi
- Kotrimoksazol : ESO  mual, muntah, ruam (termasuk
sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik,
fotosensitivitas) hentikan obat dengan segera.  (PIO NAS)
- Cetrizine: Efek Samping Obat : sakit kepala, pusing, mengantuk,
agitasi, mulut kering, rasa tidak nyaman di perut, reaksi
hipersensitif seperti reaksi kulit dan angioudem (PIO NAS, 2015)
- Gentamisine : Efek Samping Obat : Penggunaan topikal antibiotik
gentamisin dapat menyebabkan iritasi yang bersifat sementara,
biasanya ditandai dengan kulit kemerahan dan gatal
Informasi Obat kepada pasien

• Disarankan pada pasien untuk mengurangi stres


• Istirahat yang cukup
• Aturan minum obat:
- Kotrimoksazole 2 x sehari setelah makan
- Cetrizine 1 x sehari setelah makan pada malam hari
- Gentamisin salep 3-4 x sehari
Edukasi pasien untuk menentukan waktu penggunaan kotrimoksazole pada jam
yang sama setiap harinya untuk pemerataan selama 24 jam.
• Anjurkan pasien untuk minum obat dengan segelas penuh air
• Beritahu pasien untuk memberi tahu penyedia layanan kesehatan jika timbul
ruam atau kesulitan bernapas (efek samping dari penggunaan gentamisine)
Daftar Pustaka


Pionas. 2015. Kotrimoksazol (Kombinasi trimethoprim dan Sulfa Metoksazol dengan
perbandingn 1:5).
 http://pionas.pom.go.id/monografi/setirizin-hcl
 http://pionas.pom.go.id/monografi/kotrimoksazol-kombinasi-trimetoprim-dan-sulfa-
metoksazol-dengan-perbandingan-15
Resep pasien covid 19
Resep obat Covid 19
Pembacaan Resep
R/ Azytromisin 500 mg No. V
S1dd1

R/ Oseltamivir 75 mg No. X
S2dd1

R/ Ranitidin No. X
S2dd1

R/ Farmabex No. X
S2dd1

R/ Bromhexine HCl No. X


S3dd1

Nama : Tn. Kamarudin


Umur : 74 tahun
Alamat : Kumun Mudik
Skrining Administrasi
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA / TIDAK KET
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter Ada dr. mita
2 SIP dokter Tidak ada
3 Alamat dokter Ada
4 Nomor telepon    Tidak ada

5 Tempat dan tanggal penulisan resep    ada 5 agustus 2021

Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/)    ada

Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat ada
8 Kekuatan obat Ada / Tidak ada
9 Jumlah obat Ada
Signatura
10 Nama pasien Ada Tn. Kamarudin
11 Jenis kelamin Ada Laki-laki
12 Umur pasien Ada 74 tahun
13 Barat badan Tidak ada  
14 Alamat pasien Tidak ada
15 Aturan pakai obat ada
16 Iter/tanda lain Tidak ada
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter Tidak ada
Skrining Farmasetik
Nama Nama Bentuk Kekuatan Dosis Jumlah Dosis Terapi
Dagang Generik sediaan sediaan di
resep
Azitromisin Azitromisin Tablet 500mg 500mg 5 Tablet 500 mg (1x
sehari selama 2-5
hari ) (AHFS,
2011)

Oseltamivir Oseltamivir Kapsul 75 mg 75 mg 10 75 mg (2 x sehari


Fosfat Kapsul selama 5 hari)
( AHFS, 2011)

Ranitidin Ranitidin HCl Tablet - 150 mg 10 tablet 150 mg (2 x


sehari) (AHFS,
2011)
Farmabex - Tablet - - 10 tablet -

Bromhexine Bromhexine Tablet - 8mg 10 tablet


Azitromisin
Komposisi Obat 500 mg
Mekanisme kerja Obat Azitromisin menghambat sintesis protein di ribosom dengan
merusak perpanjangan siklus rantai peptidil dengan mengikat
secara khusus subunit ribosom 50S.
Indikasi infeksi-infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka,
infeksi saluran nafas atas (tonsillitis, pharingitis), infeksi
saluran nafas bawah (bronchitis, pneumonia), infeksi kulit &
jaringan lunak, penyakit hubungan seksual (Sexually
Transmitted Disease), urethritis, cervicitis yang berkaitan
dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum dan Neisseria gonorrhoea
Kontra indikasi gangguan saluran GI & fungsi hati

Efek Samping Gejala gastrointestinal (mual,muntah, dan diare), sakit kepala,


insomnia, ruam, dan perubahan fungsi hati transien secara
Laboratorium
Interaksi obat
Interaksi Obat Peningkatan kadar digoxin, ciclosporin, terfenadine,
dan colchicine di dalam darah.

Peningkatan risiko terjadinya perdarahan, jika digunakan


dengan obat antikoagulan seperti warfarin.

Peningkatan risiko terjadinya perpanjangan interval QT, jika


digunakan bersama obat antiaritmia, seperti quinidine,
amiodarone, dan terfenadine, serta obat Diuretik.

Penyimpanan : disimpan pada suhu ruangan. Jauhkan obat ini dari paparan


sinar matahari langsung dan tempat yang lembab.
Peran potensial Azitromisin untuk terapi Covid-19:
• Efek antibakteri
• Efek imunomodulasi
• Efek anitivirus
• Menghentikan peradangan yang dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian pada
Covid-19

(Jurnal Farmasi Indonesia, 2020)


Farmakokinetika
Absorbsi Azithromycin diabsorpsi dengan baik melalui traktus
gastrointestinal. Absorpsi akan berkurang dengan adanya makanan.
Azithromycin memiliki bioavailabilitas sekitar 34-52%.

Distribusi : terdistribusi secara luas ditubuh kecuali otak dan CSF

Metabolisme : Dimetabolisme di Hati


Ekskresi hanya 12% obat yang terekskresikan lewat urin, eliminasi terbanyak
melalui bilier

Dosis 500 mg sekali sehari selama 3 hari.


• anak di atas 6 bulan, 10 mg/kg bb sekali sehari selama 3 hari;
• berat badan 15-25kg, 200mg sekali sehari selama 3 hari;
• berat badan 26-35 kg, 300 mg sekali sehari selama 3 hari;
• berat badan 36-45 kg, 400 mg sekali sehari selam 3 hari.
OSELTAMIVIR CAP
Komposisi Oseltamivir 75 mg
Mekanisme kerja Obat bekerja dengan menghambat enzim neuraimidase
pada virus yang berfungsi untuk masuknya virus
dan membantu pelepasan partikel virus yang
baru terbentuk dari sel yang terinfeksi
( martindale 36 th)
Indikasi: infeksi virus tipe A dan B (martindale 36 th)
Kontra Indikasi hipersensitif ( martindale 36 th)
Efek samping mual, muntah, nyeri perut bagian atas,
insomnia, vertigo , diare , batuk, pusing, demam
(martindall 36 th)
Interaksi Obat • Oseltamivir berpotensi menghambat replikasi
virus influenza dalam vaksin virus influenza
(martindale 36 th)
• vaksin virus influenza tidak boleh diberikan
sampai 48 jam setelah pemberian oseltamivir
Alasan digunakan oseltamivir pada pasien Covid:
 Tidak tersedia obat lain untuk infeksi covid ringan
 Sudah ada pengalaman di klinik
 Ada infeksi campur covid+influenza
Obat ini banyak digunakan secara empiris diCina namun belum ada bukti yang menunjukkan
efektivitasnya untuk COVID-19. Pada case series retrospektif 99 pasien COVID-19 yang
dirawat di rumah sakit (RS) di Wuhan di mana 76% pasien tersebut mendapat antivirus,
termasuk oseltamivir 75 mg/ 12 jam PO menunjukkan bahwa 58% pasien belum boleh pulang
saat evaluasi, 31% pasien boleh pulang, dan 11% meninggal dunia.

(Kemenkes RI (Famalkes), 2020)

(CDK(Cermin Dunia Kedokteran), 2020)

(Medical Journal of Indonesia, 2020)


Farmakokinetika
Absorbsi mudah diserap setelah pemberian
oral
Distribusi 75% dari dosis oral mencapai sirkulasi
sistemik sebagai karboksilat

Metabolisme di konversi menjadi metabolit aktif


nya yaitu oseltamivir karboksilat
oleh esterase hepatik.
Ekresi melalui sekresi gijal (Martindale 36th
Kesesuaian farmasetik

 Nama :SELTAMIVIR CAP


 Bentuk sediaan: capsul
 Kekuatan sediaan : 75 mg
 Aturan pakai : tepat
resep: 2x1 cap
literatur : 2x 75 mg (martindale 36 th )
 Waktu pemakaian : tidak diberitahu di resep
 Stabilitas:
 Penyimpanan obat: simpan pada suhu 25 c
Pertimbangan klinis

 Tepat indikasi: tepat


 Tepat dosis: tepat
Resep: 2x 75 mg (150 mg/hari) selama 5 hari
Literatur: dosis awal : 2x 75 mg selama 5 hari
pemelihariaan : 1 x 75 mg selama 10 hari
(martindale 36 th)
 Aturan pakai: tepat
resep : 2x1 cap
lieratur : 2x 75 mg (martindale 36 th)
 Duplikasi/ polifarmasi: tidak ada
Ranitidin
Komposisi 150 mg
Mekanisme antagonis kompetitif reversibel reseptor histamin pada sel parietal
kerja : mukosa lambung. Oleh karena itu, ranitidin efektif menghambat sekresi
asam lambung.

Indikasi : Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif,
mengurangi gejala refluks esofagus, terapi pemeliharaan setelah
penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung, pengobatan keadaan
hipereksresi patologis
Interaksi Obat : Pemberian bersamaan dengan warfarin.
Mengikat lemah ke sistem isoenzim CYP hati in vitro.
Afinitas untuk sistem isoenzim CYP sekitar 10% dari
simetidin; penghambatan sistem isoenzim CYP 2,4 kali
lebih kecil dari simetidin.
Tidak menghambat isoenzim CYP pada dosis yang
dianjurkan.
Dapat secara minimal menghambat metabolisme hati dari
beberapa obat, atau mempengaruhi ketersediaan hayati oleh
mekanisme lain (misalnya, penyerapan yang bergantung
pada pH, perubahan volume distribusi).
Kontra Indikasi :
 Hipersensitifitas terhadap obat ini.
 Jangan gunakan untuk pengobatan sendiri jika sulit menelan.
 Jangan gunakan untuk pengobatan sendiri dengan obat lain yang menurunkan
sekresi asam lambung.
 Jangan gunakan untuk pengobatan sendiri jika kesulitan atau nyeri terjadi saat
menelan makanan, jika mengalami muntah dengan darah, atau jika buang air
besar berdarah atau menghitam.
Farmakokinetika Obat

 Absorbsi
Bioavaibilitas : Cepat diserap setelah pemberian oral atau IM.
Ketersediaan hayati oral: Sekitar 50%; serupa pada anak-anak usia 3,5-16 tahun.
Oral: Konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 2-3 jam pada orang dewasa dan pasien geriatri dan
dalam 1,6-2 jam pada anak-anak usia 1 bulan sampai 16 tahun.
IM: penyerapan sekitar 90-100% Larutan oral yang tersedia secara komersial, tablet effervescent, dan
tablet konvensional adalah bioekuivalen.
Absorbsi Bioavaibilitas : Cepat diserap setelah pemberian oral atau IM.
oral: Sekitar 50%; pada anak-anak usia 3,5-16 tahun.
Oral: Konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 2-3 jam pada
orang dewasa dan pasien geriatri dan dalam 1,6-2 jam pada
anak-anak usia 1 bulan sampai 16 tahun.
IM: penyerapan sekitar 90-100% .
Distribusi - Tersebar luas ke seluruh tubuh.
- Didistribusikan ke CSF setelah pemberian oral; konsentrasi
CSF pada individu dengan meninges yang tidak meradang
adalah sekitar 3-5% dari konsentrasi serum puncak
bersamaan.
- Didistribusikan ke dalam ASI; 1 konsentrasi susu
tampaknya 25-100% dari konsentrasi serum bersamaan
- Pengikatan Protein Plasma 10-19%.

Metabolisme
- Metabolisme pertama yang ekstensif setelah pemberian
oral.
- Metabolisme di hati menjadi ranitidine N-oxide, desmethyl
ranitidine, dan ranitidine S-oxide.

Eliminasi Diekskresikan terutama dalam urin


Dosis Dosis biasa : 150 mg dua kali sehari.

Penyimpanan Oral
-Tablet dan Tablet untuk Pengobatan
Sendiri Tablet: 15-30 ° C dalam wadah
yang rapat dan tahan cahaya.

Parenteral
-Injeksi 4-25 ° C; dapat terkena suhu
hingga 30 ° C. Lindungi dari cahaya.
Lindungi dari pembekuan.
Farmabex C
Komposisi Vitamin B1 15 mg, Vitamin B2 10 mg, Vitamin B6 5
mg, Vitamin B12 4 mcg, Vitamin C 500 mg, Ca
pantothenate 20 mg, Nicotinamide 100 mg.

Mekanisme kerja : Farmabex C bekerja dengan meningkatkan respon


sistem kekebalan tubuh sehingga tidak mudah
terserang penyakit.

Indikasi : Mengatasi kekurangan vitamin B


dan kekurangan vitamin C.
Suplementasi untuk anak pada masa
pertumbuhan, ibu hamil, ibu menyusui dan
masa penyembuhan yang panjang.

Kontra Indikasi : Hindari penggunaan Farmabex C pada pasien yang


hipersensitif terhadap kandungan dalam produk, pasien
yang memiliki gangguan hati parah.
Efek samping : gejala diare, tidak nafsu makan, mual, muntah,
terjadinya alergi, gangguan tidur, penyakit ginjal,
gangguan hati, letih.
Interaksi obat : Interaksi yang terjadi pada pasien setiap kali
menggunakan obat bisa berbeda-beda. hal tersebut bisa
terjadi dikarenakan penggunaan obat yang berlebihan
atau bisa juga saat menggunakan obat bersamaan
dengan jenis obat lainnya, sehingga akan menimbulkan
manfaat obat menjadi tidak bekerja dengan baik.
Penyimpanan : Simpan pada suhu di bawah 30 derajat Celcius, di
tempat kering dan terhindar dari cahaya.

Dosis : Diminum 1 x sehari 1 tablet. Berikan sesudah makan.


Bromhexine Hcl
Indikasi:  Indikasi: 
Oral: mukolitik untuk meredakan batuk berdahak.
Injeksi: sekretolitik pada bronkopulmonari akut dan
kronik terkait sekresi mukus abnormal dan gangguan
saluran mukus.

Peringatan:  Tukak lambung, kehamilan, menyusui, penghentian


pengobatan jika terjadi lesi kulit atau mukosa.
Interaksi:  -
Kontraindikasi:  Hipersensitifitas
Efek Samping:  Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaktik,
bronkospasme, mual, muntah, diare, nyeri perut
bagian atas, ruam, angioedema, urtikaria, pruritus.
Dosis Oral: diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2
jam sesudah makan). Tablet 8 mg atau sirup 4
mg/5mL: Dewasa dan anak-anak >10 tahun: 1 tablet
atau 10 mL sirup 3 kali sehari, anak 5-10
tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 3 kali sehari, anak 2-5
tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 2 kali sehari.
Farmakokinetik

Absorpsi Bromhexine di serap di Saluran


Gastrointestinal
Metabolisme di hati

Distrbusi bioavailabilitas oral: hanya sekitar 20%.


Ini didistribusikan secara luas ke
jaringan tubuh.

Ekskresi 85 hingga 90% dari dosis diekskresikan


dalam urin
Terapi Non Farmakologi

• Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP, contohnya Puskesmas.


• Pemeriksaan yang disarankan terdiri dari hematologi rutin, hitung jenis leukosit, dan
laju endap darah.
• Foto toraks
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
 Pribadi :
 Pakai masker jika keluar
 Jaga jarak dengan keluarga
 Kamar tidur sendiri
 Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh petugas medis kepada pasien)
 Alat makan minum segera dicuci dengan air/sabun
 Berjemur sekitar 10-15 menit pada sebelum jam 9 pagi dan setelah jam
3 sore.
 Pakaian yg telah dipakai sebaiknya masukkan dalam kantong
plastic/wadah tertutup sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin
cuci
 Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi dan jam 19 malam
 Sedapatnya memberikan informasi ke petugas pemantau/FKTP atau
keluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38o
 Lingkungan/kamar:
 Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara Sebaiknya saat pagi membuka
jendela kamar
 Saat membersihkan kamar pakai APD (masker dan goggles)
 Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektasn lainnya - Keluarga ;
 Kontak erat sebaiknya memeriksakan diri
 Anggota keluarga senantiasa pakai masker
 Jaga jarak minimal 1 meter
 Senantiasa ingat cuci tangan
 Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
 Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar
 Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien
misalnya gagang pintu dll
Identifikasi DRP

1. Tidak ada indikasi: Tidak dapat diketahui karna keterbatasn informasi pada resep
2. Ada indikasi tidak ada terapi : Tidak dapat diketahui karna keterbatasn informasi
pada resep
Indikasi obat pada Resep :
 Azitromisin : Infeksi saluran nafas atas dan bawah
 Oseltamivir : Infeksi virus tipe A dan tipe B
 Ranitidin : Ulkus peptikum
 Farmabex : Mengatasi kekurangan vitamin B dan C
 Bromhexine hcl : Meredakan batuk berdahak

3. Kontraindikasi: -
4. Pemilihan obat : Tepat
 Tatalaksana untuk pasien covid :
• Vitamin C dengan pilihan:

- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C,B, E, zink
• Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari
• Antivirus :
- Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari atau
- Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x 400/100mg selama 10 hari atau
- Favipiravir (Avigan) 600 mg/12 jam/oral selama 5 hari

(PAPDI, Pedoman Tatalaksana COVID-19, edisi 2 (Agustus 2020))


Terapi covid yang diberikan pada resep :
• Farmabex : multivitamin
Komposisi : Vitamin B1 15 mg, Vitamin B2 10 mg, Vitamin B6 5 mg,
Vitamin B12 4 mcg, Vitamin C 500 mg, Ca pantothenate 20
mg, Nicotinamide 100 mg.
• Azitromisin 1 x 500 mg perhari : memberikan efek imunomodulator,
menghentikan peradangan yang dapat menyebabkan kegagalan organ
• Oseltamivir 2 x 75 mg perhari : Antivirus
Pengobatan lainya :
• Ranitidin : gangguan pada lambung
Bromhexine : untuk meredakan batuk berdahak
5. Overdose: Tidak ada
6. Underdose: Tidak ada
a. Pada resep tidak dituliskan kekuatan sediaan ranitidin, seharusnya dapat dituliskan 150 mg dengan frekuensi
pemberian dua kali sehari
b. Pada resep ini tidak dituliskan kekuatan sediaan bromhexine 8mg

7. Interval pemberian : Tepat


• Oseltamivir 2 x sehari
• Azitromisin 1 x sehari
• Ranitidin 2 x sehari
• Farmabex 3 x sehari
• Bromhexine Hcl 3 x sehari
8. Cara dan waktu pemberian: Tidak dituliskan pada resep
• Oseltamivir : setelah makan (p.c = post coenam)
Azitromisin : setelah makan (p.c = post coenam)
• Farmabex : setelah makan (p.c = post coenam)
• Ranitidin : sebelum makan (a.c = ante coenam)
• Bromhexine HCL (p.c = post coenam)

(Mc Graw Hill Medical, 2020)


9. Interaksi Obat :
 Ranitidin dengan Vitamin B 12 yang terdapat pada komposisi Farmabex
Malabsorpsi dan defisiensi vitamin B12 dapat terjadi jika diberikan terapi ranitidin
jangka panjang
Solusi dari DRPs Interaksi Obat : Ranitidin diberikan sebelum makan
10.ESO/ADR/alergi: ada potensi
• Farmabex : gejala diare, tidak nafsu makan, mual, muntah, terjadinya alergi,
gangguan tidur, penyakit ginjal, gangguan hati, letih.
• Ranitidine : sakit kepala, gangguan kardiovaskular, gangguan gastrointestinal,
gangguan muskuloskeletal, gangguan hematologik, gangguan endokrin.
• Azitromisin : Gejala gastrointestinal (mual,muntah, dan diare), sakit kepala,
insomnia, ruam
• Oseltamivir : mual, muntah, nyeri perut bagian atas, insomnia, vertigo , diare , batuk,
pusing , demam
Informasi Obat kepada pasien

• Disarankan pada pasien untuk mengurangi stres


• Istirahat yang cukup
• Aturan minum obat:
- Azitromisin 1 x sehari setelah makan
- Oseltamivir 2 x sehari setelah makan
- Farmabex 3 x sehari setelah makan
- Ranitidin 2 x sehari sebelum makan (Ranitidin diminum sebelum pemberian Oseltamivir)
• Beri tahu pasien bahwa ranitidin dapat menyebabkan pusing.
• Edukasi pasien untuk menentukan waktu penggunaan azitromisin pada jam yang sama
setiap harinya untuk pemerataan selama 24 jam.
• Anjurkan pasien untuk minum obat dengan segelas penuh air
• Beritahu pasien untuk memberi tahu penyedia layanan kesehatan jika timbul ruam atau
kesulitan bernapas (efek samping dari penggunaan azitromisin )
Sumber
 American Society of Health System Pharmacists. 2011. AHFS Drug Information. United
States of America.
 Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia 2014. http://pionas.pom.go.id/monografi/azitromisin
Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.
Team medical mini notes. Basic pharmacology & drug notes. Edisi 2019. Makassar:MMN
publishing
Yosefien Christania Donsu.2020.Tinjauan azitromisin pada penyakit virus korona 2019
(COVID-19)
Schull, patricia. 2010. Nursing spectrum drug handbook. New york : Mc Graw Hill medical
Lukito, Johan Indra .Tinjauan Antivirus untuk Terapi COVID-19. CDK 286/ vol. 47 no. 5 th.
2020
PAPDI, Pedoman Tatalaksana COVID-19, edisi 2 Agustus 2020
 Donsu, Y.C. Tinjauan Azitromisin pada Penyakit Virus Korona 2019 (COVID-19) . Jurnal Farmasi
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai