Anda di halaman 1dari 16

Tugas Filsafat

Bpk Sugianto

Erino Nainggolan (3202422014 )


Roh Deyarni Damanik ( 3203322021 )
Tsary Ulfa Siregar (3202122020 )

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan besaral dari dua kata yaitu kata filsafat dan kata pendidikan. Filsafat
sendiri besaral dari bahasa yunani “philos” yang memiliki arti kecintaan dan “Sophia” yang
memiliki arti yang memakai. Maka filsafat dapat diartikan kecintaan akan memilih. Jika
secara lengkap maka filsafat dapat diartikan sebagai kajian mendalam yang dilakukan
terhadap ilmu pengetahuan atas kecintaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan tersebut.
Jika diterapkan dalam pendidikan, maka lahirlah apa yang disebut dengan filsafat
pendidikan yang artinya adalah sebuah ilmu pengetahuan yang terfokus pada bidang
pendidikan. Jadi filsafat pendidikan adalah kajian kritis terhadap pemikiran dan sikap yang
telah atau akan dibuat melalui pencarian dan analisis konsep paling mendasar untuk
menciptakan pertimbangan yang lebih baik dan sesuai dalam skop pendidikan yang
berusaha untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik dalam
mengembangkan potensi dirinya dari segi keilmuan, kepribadian dan nilai positif lainnya.
Tujuan Filsafat
Pendidikan

Tujuan filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tujuan filsafat dan pendidikan itu sendiri. Filsafat
diantaranya memiliki tujuan untuk mengkritisi suatu kepercayaan dan sikap yang telah dijunjung
tinggi,  mendapatkan gambaran keseluruhan, analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti
kata dan konsep.Sementara itu teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang
kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat, merumuskan metode praktik
pendidikan atau proses pendidikan yang menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi
kurikulum dan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan sendiri tergantung dari kebutuhan. Bisa jadi tujuan pendidikan adalah tujuan
pendidikan nasional (mencetak generasi penerus bangsa yang baik), instruksional (khusus
terhadap keterampilan tertentu), hingga ke tujuan pendidikan institusional (pendidikan militer,
dokter, akademisi, dsb).
Selain itu, menurut Amka (2019) tujuan filsafat pendidikan meliputi:
1.Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik, dan
membangun diri sendiri.
2.Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri.
3.Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis
pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
4.Hidup seseorang dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
tersebut, sebab itu mengetahui pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti
mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri.
5.Bagi seorang pendidik, filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena
filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang
mengenai manusia, seperti misalnya ilmu mendidik.
Pilar Pilar
Filsafat
Pendidikan
Pilar Pendidikan adalah sebagai dasar atau pokok untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman
bagi individu secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan. Unesco memberikan
empat pilar pendidikan yang terdiri atas Learning to know, learning to do, learning to be, dan
learning to live together in peace.

1. learning to know

Pilar pertama ini memeliki arti bahwa para peserta didik dianjurkan untuk mencari dan
mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan
dapat memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar peserta didik meningkat

2. learning to do

Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan bertindak. “di sini para peserta didik diajak untuk
ikut serta dalam memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya melalui sebuah tindakan nyata”.
Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam sebuah tim guna untuk
memecahkan masalah dalam berbagai situasi dan kondisi.
3. learning to be
Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih peserta didik agar menjadi pribadi
yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik impikan dan cita-citakan.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan hard skill) merupakan bagian dari
proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri dapat diartikan sebagai proses
pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-
norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil,
sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
4. learning to live together
Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para peserta didik bahwa mereka adalah
bagian dari kelompok masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin
beragamnya etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap untuk dapat hidup bersama.
Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan
menerima perlu dikembangkan disekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik,
sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan
dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri
sesuai dengan perannya.
Aliran Aliran
Filsafat Pendidikan
Ada banyak aliran filsafat yang tumbuh seiring dengan perkembangan zaman. Berikut
adalah aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah dikenal luas oleh para ahli pendidikan.
• Perenialisme
Merupakan aliran filsafat pendidikan yang melihat ke belakang, percaya bahwa
kebijaksanaan abadi dari spiritualisme, tradisi, dan agama berbagi satu satu kebenaran
metafisik yang universal di mana semua pengetahuan, ajaran dan nilai yang baik telah
tumbuh.
• Essensialisme
Essensialisme merupakan aliran yang ingin kembali pada kebudayaan-kebudayaan
warisan sejarah yang telah terbukti keunggulannya dan kebaikannya bagi kehidupan
manusia. Essensialisme percaya bahwa pendidikan yang baik dan benar terdiri dari
pembelajaran keterampilan dasar (membaca, menulis, berhitung), seni, dan ilmu
pengetahuan. Semua hal tesebut telah terbukti berguna untuk manusia di masa lalu,
sehingga terdapat keyakinan bahwa hal inilah akan berguna pula pada kehidupan di
masa yang akan datang (Gutek dalam Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm.44).
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
dapat memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Jalaludin & Idi, 2015, hlm.100).

• Progressivisme
Bagi kaum progressif, tidak ada realitas yang absolut, kenyataan adalah
pengalaman transaksional yang selalu berubah (progresif). Dunia selalu berubah
dan dinamis, sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum-hukum ilmiah hanya
bersifat probabilitas dan tidak absolut. Progressivisme percaya bahwa pengetahuan
mengenai dunia ini hanyalah sebatas sebagaimana dunia ini dialami oleh manusia
dan Itulah yang dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains) untuk kita semua.
• Rekonstruksionisme Sosial
Aliran ini menaruh perhatian yang besar pada hubungan antara kurikulum sekolah dan
perkembangan politik, sosial, dan ekonomi suatu masyarakat. Rekonstruksionisme
menganggap bahwa dunia dan moral manusia mengalami degradasi di sana-sini
sehingga perlu adanya rekonstruksi tatanan sosial menuju kehidupan yang demokratis,
emansipatoris dan seimbang. Keadaan yang timpang dan hanya menguntungkan salah
satu belahan dunia harus diatasi dengan merekonstruksi pendidikan untuk memajukan
peradaban. Untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia dan untuk menciptakan
peradaban yang lebih memuaskan, manusia harus menjadi insinyur sosial, yaitu orang
yang mampu merancang jalannya perubahan dan mengarahkan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara dinamis untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
• Pedagogi Kritis
Salah satu unsur pokok dari aliran ini adalah keharusan untuk memandang sekolah
sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah didedikasikan untuk membentuk
pemberdayaan diri dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah tempat publik yang
memberi kesempatan bagi peserta didik agar dapat belajar pengetahuan dan
keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya.
Sekolah bukan sekedar perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan
dalam persaingan pasar internasional dan kompetisi asing.
• Anarkisme Utopis: Ivan Illich
Illich, tokoh utama aliran ini, mengatakan bahwa tujuan utama pendidikan adalah
perombakan/pembaharuan berskala besar dan segera di dalam masyarakat, dengan
cara menghilangkan persekolahan wajib.
Sistem persekolahan formal yang ada harus dihapuskan sepenuhnya dan diganti dengan
sebuah pola belajar sukarela dan mengarahkan diri sendiri; akses yang bebas dan universal ke
bahan-bahan pendidikan serta kesempatan-kesempatan belajar mesti disediakan, namun tanpa
sistem pengajaran wajib (O’neil dalam Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm. 79).
• Eksistensialisme
Eksistensialisme menjadi salah satu ciri pemikiran filsafat abad 20 yang
sangat mendambakan adanya otonomi dan kebebasan manusia yang sangat besar
untuk mengaktualisasikan dirinya. Dari perspektif eksistensialisme, pendidikan
sejatinya adalah upaya pembebasan manusia dari belenggu-belenggu yang
mengungkungnya sehingga terwujudlah eksistensi manusia ke arah yang lebih
humanis dan beradab. Beberapa pemikiran eksistensialisme dapat menjadi
landasan atau semacam bahan renungan bagi para pendidik agar proses pendidikan
yang dilakukan semakin mengarah pada keautentikan dan pembebasan manusia yang
sesungguhnya.
Lingkungan
Filsafat
Pendidikan
Lingkngan filsafat pendidikan dapat dilihat dari berbagai prespektif . Berikut sudut
pandang dari Ki Hajar Dewantara.
Milieu pendidikan atau yang lebuh familiar di telinga kita adalah lingkungan pendidikan
merupakan lingkungan tempat berlangsungnya prses pendidikan yang merupakan bagian
dari lingkungan social. Dalam buku karangan Sudiyono yang dimaksud milieu adalah
sesuatu yang berada diluar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Dalam blog
Pristiadiutomo dsebutkan bahwalingkungan pendidikan adalah lingkungan yang
berpengaruh terhadap praktek pendidikan,lingkungan sebagai berbagai lingkungan
tempat berlangsungnya proses pendidikan. Dari berbagai pengertian diatas dapat saya
simpulkan bahwa lingkungan pendidikan adalah lingkungan diluar diri anak yang
merupakan tempat berlangsungnya oroses pendidikan yang berpengaruh pada praktek
Pendidikan.
Lingkungan pendidikan memiliki fungsi diantaranya adalah membantu peserta didik
dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungannya baik fisik social maupun budaya
terutama berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat tercapaitujusn
pendidikan secara optimal,selain itu adalah mengajarkan tingkah laku umum dan
menyeleksi serta mempersiapkan peranan tertentu dalam masyarakat.
Ragam bentuk lingkungan pendidikan dibagi atas tiga yang dikenal dengan tripusat
pendidikan,yaitu keluaraga sekolah dan masyarakat.
1. Keluarga
Merupakan lingkungan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya
memperoleh pendidikan dilingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang
lain.keluaraga sebagai salah satu ragam bentuk lingkungan yang memiliki peranan
penting dalam membentuk generasi muda. Keluarga sebagai lingkungan pertama bagi
individu dimana ia berinteraksi. Dari interaksi ini selanjutnya individu
memperolehunsure dan cirri dasar bagi pembentukan kepribadiannya melalui
akhlak,keiasaa,dan emosinya untuk ditampakkan dalam sikap hidup dan tingkah
laku(Langgulung,1997).
Lingkungan keluaraga berpengaruh kepada anak dari sisi antara lain perlakuan keluarga
terhadap anak,kedudukan anak dalam keluarga,keadaan ekonomi keluarga,keadaan
pendidikan keluarga dan pekerjaan orang tua.
2.Sekolah
Sekolah merupakan lingungan kedua setelah keluarga.Sekolah juga memegang peranan
penting dalam hal pendidikan.Selain itu sekolah juga berfungsi untuk membentuk
kepribadian anak.
Pendidikan sekolah biasanya disebut dengan pendidikan formal,karena sekolah adalah
pendidikan yang mempunyai tujuan,dasar,isi,metode alat-alatnya disusun secara eksplisit
sistematis dan distandarisasikan.
Sekolah hendaknya memelihara pendidikan agama,akhlak sesuai dengan ajaran
agama.Pendidikan agama yang diberikan jangan bertentangan dengan pendidikan agama
yang telahCREDITS:
diberikanThiskeluarga,karena si anak
presentation template akan dihadapkan
was created by dengan pertentangan nilai-
Slidesgo,
nilai sehingga including
mereka akanicons by Flaticon,
bingung infographics &kepercayaan.Guru adalah pendidik
dan kehilangan
images by Freepik
professional karenanya secara implicit ia telah merelakan diringyamenerima dan memikul
tanggungjawab pendidikan yang dipikul orang tua. Sekolah sebagai pendidikan formal
dirancang sedemikian rupa agar lebih efektif dan efisien yaitu bersifat klasikal dan
berjenjang .
Sistem klasikal memungkinkan sejumlah anak belajar bersama dan dipimpin oleh guru sebagai
fasilitator.Sebagai konsekuensinya mereka menerima materi yang sama.Untuk itu pada suatu
kelas biasanya murid-muridnya mempunyai kemampuan yang relative sama dan kelompok
umur yang hamper sama pula.
3. Masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh
kesatuan Negara,kebudayaan dan agama.Lembaga pendidikan ini berorientasi langsungkepada
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan.Pendidikan masyarakat adalah pendidikan yang
menunjang pendidikan keluarga dan sekolah.Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi
arah terhadap pendidikan anak terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang
didalamnya.
Masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terakhir tapi bersifat
permanent dengan pendidiknya masyarakat itu sendiri secara social,kebudayaan,adapt istiadat
dan kondisi masyarakat setempat sebagai lingkungan material.Banyak sekali lembaga
pendidikan dalam masyarakat seperti masjid,madrasah/pondok pesantren,pengajian/majlis
taklim,kursus-kursus,dan badan pembinaan rohani.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai