Anda di halaman 1dari 175

PEMERIKSAAN FISIK

SUTIYONO, M.KES.
LATAR BELAKANG

• Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa
tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
• Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis.
• Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien.
• Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyusun
sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut.
• Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem
organ yang spesifik.
RUANG LINGKUP PERMASALAHAN

• Definisi dari pemeriksaan fisik


• Tujuan dari pemeriksaan fisik
• Metode dan langkah dalam pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan tanda vital
• Pemeriksaan fisik head to toe
• Pemeriksaan fisik per system
• Proses keperawatannya, seperti tahapan dalam proses keperawatan
DEFINISI PEMERIKSAAN FISIK

• Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu
sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi). (Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009).
• Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien.Untuk
pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven &
Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995).
TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:


• Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
• Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
• Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
• Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan.
• Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
LANJUTAN

2. Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi kesehatan
lain, diantaranya:
• Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
• Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
• Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
• Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
LANJUTAN
3. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik :
• Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan
• Jagalah privasi pasien
• Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis
• Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa)
• Beri instruksi spesifik yang jelas
• Berbicaralah yang komunikatif
• Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan
• Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien
PERALATAN PEMERIKAAN FISIK
METODE DAN LANGKAH PEMERIKSAAN
FISIK

1.INSPEKSI
2.PALPASI
3.PERKUSI
4.AUSKULTASI
METODE DAN PEMERIKSAAN FISIK

INSPEKSI
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Metode
ini berupaya melihat kondisi klien dengan menggunakan ‘sense of sign’ baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan (lampu)
Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang dilihatnya dan dimana lokasinya. Metode inspeksi ini
digunakan untuk mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya dari tubuh pasien.
Cara pemeriksaan :
• Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
• Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri pakaiannya. Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus,
namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut).
• Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas.Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit
kebiruan(sianosis), dan lain-lain.
• Catat hasilnya.
METODE DAN PEMERIKSAAN FISIK
PALPASI
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan
menggunakan jari atau tangan.
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan ‘sense of touch’.
Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini
dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh(temperatur), adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran
Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Teknik palpasi dibagi menjadi dua:
• Palpasi ringan
Caranya : ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara simultan. Tangan diletakkan pada area yang dipalpasi,
jari-jari ditekan kebawah perlahan-lahan sampai ada hasil.
• Palpasi dalam (bimanual)
Caranya : untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan. Satu tangan untuk merasakan bagian yang dipalpasi,
tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan Posisi rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pd jari2 pertama.
AREA TANGAN DALAM PALPASI
LANJUTAN
GAMBAR PALPASI
METODE DAN LANGKAH PEMERIKSAAN
FISIK

PERKUSI
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/ gelombang suara yang
dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan
jari atau tangan pada permukaan tubuh.
Cara perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
• Metode langsung yaitu mengentokan jari tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
• Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut : Jari tengah tangan kiri di letakkan dengan lembut
di atas permukaan tubuH, Ujung jari tengah dari tangan kanan, untuk mengetuk persendiaN, Pukulan
harus cepat dengan lengan tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek, Berikan tenaga pukulan yang
sama pada setiap area tubuh.
TEKNIK PERKUSI
LANJUTAN
PERKUSI KEPALAN TANGAN (COSTAVERTEBRATA/CVA)
HASIL PEMERIKSANAAN PERKUSI
Suara Nada / Pitch* Intensitas Durasi Kualitas Lokasi
Datar Tinggi Lembut Pendek Absolut Normal : Strernum, Paha
Tidak Jelas Abnormal : Paru – Paru
(Dullness) Atelektatik / masa padat
Tidak Medium Medium Moderat Seperti Suara Norma : Hati, Kandung
Tajam pukulan / jatuh, kemih penuh,
Pendek ( Muffled Abnormal : Efusi pleura
thud) asites.
Resonan Rendah Keras Moderat / Kosong Normal : Paru - Paru
/ Gaung Panjang
Hiper_re Sangat Rendah Sangat Panjang Berdebam Abnormal : Efisema Paru
sonan Keras paru
Timpani Tinggi Keras Panjang Seperti Drum Normal; Gelembung udara
lambung
Abnormal : abdomen
distensi udara
METODE DAN LANGKAH PEMERIKSAAN
FISIK
Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh.
Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.
• Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
• Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
• Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
• Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
• Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.
HASIL PEMERIKSAAN AUSKULTASI

• Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.

• Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri
khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.

• Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi.
Misalnya pada bronchitis akut, asma.
Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya
pada klien dengan peradangan pleura.
HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA SAAT
MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK

SIKAP • HARUS HORMAT DAN SOPAN

• KOMUNIKASI HARUS BERJALAN 2 ARAH


KOMUNIKASI • JELASKAN DAN KATAKAN PADA KLIEN, SEBELUM, SELAMA DAN
SESUDAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN

• LINDUNGI BAGAIAN TUBUH KLIEN DENGAN KAIN ATAU BAJU


KHUSUS
PRIVACY • JANGAN TELANJANGI KLIEN DARI AWAL HINGGA AKHIR
PEMERIKSAAN
• JAGA LINGKUNGAN TETAP AMAN
LINGKUNGAN • RESTRAIN

• DISIAPKAN SELENGKAP MUNGKIN AGAR


PERALATAN MEMPEROLEH DATA YANG AKURAT
SERTA EFISIEN WAKTU DAN TENAGA

• KUKU HARUS PENDEK AGAR TIDAK


KUKU MELUKAI KLIEN DAN DIRI SENDIRI
POSISI PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN TANDA VITAL

1.Pemeriksaan Nadi
2.Pemeriksaan Tekanan Darah
3.Pemeriksaan Pernafasan
4.Pemeriksaan SUHU
PEMERIKSAAN FISIK

• Posisi Anatomi
GARIS ANATOMIS
1. Linea mediana anterior, garis khayal yg merupakan perpotongan antara bidang median
dengan permukaan depan tubuh

2. Linea mediana posterior, garis khayal yg merupakan perpotongan antara bidang median
dengan permukaan belakang tubuh

3. Linea sternalis, garis khayal sesuat tepi kanan kiri sternum


4. Linea medioclavicularis, G.H. sejajar l. mediana yang melalui pertengahan clavicula

5. Linea parasternalis, G.H. yg sejajar & berjarak sama dengan l. mid.clav.& l. sternalis

6. Linea axillaris anterior, garis khayal sesuai dengan lipatan ketiak depan.

7. Linea axillaris posterior, garis khayal sesuai dengan lipatan ketiak belakang.

8. Linea axillaris media, antara 6 & 7


PEMERIKSAAN KEPALA
Bentuk Kepala
Rambut
Kulit Rambut
Muka Kepala
Alis
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
KEPALA
RAMBUT
Warna
• Hitam
• Putih
• Pirang
• Dll
Bentuk
• Lurus
• Keriting
• Gelombang

Kerapatan
• Rapat
• Jarang

Kelembapan
• Lembab
• Kering
• Normal
BENTUK ALIS

• SIMETRIS
• TEBAL
• HITAM
• BULU RATA
BENTUK MUKA
MATA
MATA
HIDUNG
SINUS

• Pemerksaan dilakukan dengan cara palpasi.


• Lokasi yang diperiksa adalah : sinus maksilaris, sinus frontalis dan sinus etmoidalis.
• Pemeriksaan ini dimaksudkan untkm mengetahui ada tidaknya peradangan pada sinus yang ditunjukkan
dengan adanya respon nyeri pada saat dipalpasi
BIBIR

• SIMETRIS
• KELEMBAPAN
• WARNA
• LESI
• KERIPUT
WARNA
GIGI JUMLAH
KARIES GIGI
RONGGA MULUT
INSPEKSI LIDAH
COTOH GAMBAR ABNORMALITAS LIDAH
INSPEKSI TONSIL
INSPEKSI TONSIL
TELINGA
BENTUK SIMETRIS
TEST
WARNA
KETAJAMAN PENDENGARAN
TEST RINNE, WEBBER, SWABACH
LEHER
BENTUK
NYERI TEKAN
PEMBESARAN VENA JUGULARIS
TIROID
GONDOK
WARNA
PEMERIKSAAN LEHER

1. Tiroid
• Dengan cara inspeksi dan palpasi
• Inspeksi : Bentuk dan besarnya apabila ada pembesaran yang nyata, tampak simetris atau tidak
• Palpasi : Dengan satu tangan dari samping atau dua tangan dari arah belakang.
• Jari-jari meraba permukaan kelenjar dan klien diminta untuk menelan.
• Palpasi tiroid untuk mengetahui keras atau lunak/ kiste, noduler atau berbenjol
2. GETAH BENING, SUB MANDIBULA

• Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara palpasi


• Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya infeksi daerah sekitar kelenjar yang diperiksa
• Pembesaran kelenjara getah bening dapat terjadi karena infeksi di tempat lain seperti : Pharynx, tonsil,
gigi, larynx, dan telinga
3. JVP ( JUGULARIS VENA PRESSURE )

• Pemeriksaan tekanan vena jugularis untuk mengetahu adanya overload cairan


• Pengukuran JVP dilakukan dengan cara mengukur bendungan vena jugularis menggunakan garis yang
diletakkan secara vertikal terhadap garis horizontal angulus ludovici
THORAK
LANJUTAN
PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN PUNGGUNG

A. Pemeriksaan thorax ( Anterior )


 Px thorax meliputi paru – paru, jantung, batas paru hepar, payudara dan aksila.
 Px paru – paru dan jantung dilakukan dengan tehnik yang berurutan, meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi dan
terakhir auskultasi
PARU - PARU

• INSPEKSI
• Bentuk thorax, pola atau irama pernapasan ( teratur, periodik cheyne stokes, periodik biot,
kusmaul cepat dan dalam, hiperventilasi pernapasan yang dalam atau irama satu – satu seperti pada
klien sebelum meninggal )
• Jenis pernapasan
• Frekuensi pernapasan
• Kelainan bentuk dada
PALPASI PARU

• Untuk menilai getaran paru kiri dan kanan


• Dengan palpasi, dapat terasakan getaran paru sama kuat kiri dan kanan, atau ada perbedaan kuat
lemahnya getaran paru.
C. PERKUSI
AUSKULTASI

• Lokasi auskultasi paru – paru menggunakan stetoskop


• Auskultasi untuk mendengarkan suara pernapasan, ada tidaknya suara tambahan yang menunjukkan
ada tidaknya kelainan atau gangguan pada paru – paru.
TIGA SUARA YANG DIDENGAR PADA PEMERIKSAAN AUSKULTASI

1. Suara Napas
 Vesicular
Suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang normal, bersifat halus,
nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
 Broncho-vesicular
Suara napas broncho – vesikular terdengar di daerah percabangan bronkhus dan
trachea, disekitar sternum dan regip interscapular. Nadanya sedang, lebih kasar
dibanding vesicular, inspirasi sama panjang dengan ekspirasi
 Bronchial
Suara napas bronchial di daerah trachea dan supra sternal notch. Bersifat kasar, nada
tinggi, inspirasi lebih pendek dibandingkan dengan ekspirasi
2. Suara Ucapan
3. Suara tambahan
JANTUNG

• INSPEKSI
• Untuk melihat ada tidaknya denyutan apexs jantung atau normal tidaknya gerakan
• Dengan inspeksi juga dapat dihitung frekuensi nadi apikal apabila terlihat
B. PALPASI

• Palpasi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran denyutan apeks jantung


• Normalnya tidak lebih dari 1 – 2 cm
• Bila lebih lebar dari ukuran normal, dicurigai adanya pembesaran jantung
3. PERKUSI

• Untuk menentukan batas atas, batas kanan dan kiri jantung.


• Diketahui ada tidaknya pembesaran jantung
• Batas atas jantung normalnya pada inter kosta 2 – 3, batas kanan linea sternalis, dan batas kiri jantung di
linea medio clavikula
AUSKULTASI

• Tindakan auskultasi untuk mendengarkan bunyi jantung ( BJ ) I, II dan kemungkinan adanya bunyi
jantung tambahan ( BJ III )
• BJ I  menutupnya katub tricuspidalis dan katub mitral.
• BJ I  didengarkan di ICS IV Linea sternalis kiri ( BJ I / T )
• BJ I  di ICS V Linea medio clavicula kiri atau pada lokasi ictus cordis / apek jantung ( BJ I / M )
LANJUTAN AUSKULTASI

• BJ II  Untuk mendengarkan bunyi menutupnya katub aorta ( BJ II/A ) dan Pulmonalis ( BJ –II / P )
• BJ II / A  didengarkan di ICS 2 Linea sternalis kanan ]
• BJ II/ P  dapat didengarkan di ICS 2 dan ICS 3 linea sternalis kiri.
BUNYI JANTUNG III

• Timbul akibat getaran derasnya pengisian diastolika dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah
membesar
• Pada orang dewasa / tua, BJ III merupakan suatu tanda dan gejala adanya payah jantung, edema,
dyspnea.
• Suara / irama bunyi jantung pada decompensatio-cordis kiri disebut irama pacu kuda ( gallop rhythm)
• BJ III  didengarkan di daerah mitral, yaitu di ICS V Linea Medio clavicula kiri
PAYUDARA
• Payudara diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi.
• Inspeksi :
• Untuk melihat bentuk simetris / tidak
• Adanya benjolan / tumor
• Bentuk putting
• Adanya kelainan kulit
• Ulkus
• Adanya bekas luka dan retraksi kulit daerah mamae akibat tarikan ligamentum cowperi, seperti kulit jeruk ( peau d’orange ),
• Palpasi
• Untuk mengetahui kontur keras / lunak
• Adanya benjolan atau tumor
• Adanya cairan : darah, pus, cairan bening, air susu
A. POSISI PEMERIKSAAN PAYUDARA
B. INSPEKSI PAYUDARA
C. LOKASI DAN CARA PALPASI
LOKASI PALPASI
KELAINAN PAYUDARA
1. NIPPLE RETRACTION
2. NIPPLE INVERSION
3. TUBERCELS
4. PEAU D’ORANGE
ABDOMEN
PEMBAGIAN REGIO ADALAH SEBAGAI BERIKUT

a. Regio epigastrika
b. Regio hipokondria kanan
c. Regio hipokondria kiri
d. Regio lumbalis kanan
e. Regio lumbalis kiri
f. Regio umbilikal
g. Regio hypogastric / suprapubika
h. Regio iliaka kanan
i. Regio iliaka kiri
TEHNIK PEMERIKSAAN

• Dilakukan dengan tehnik inspeksi, auskultasi, perkusi dan terakhir palpasi


1. Inspeksi
 Kontrur atau bentuk abdomen : datar, skapoid, buncit ( rounded) apakah ada ascites ?
 Scar, striae, vena, rashes, luka / bekas luka. Apakah tampak pulsasu, bayangan, vena atau masa?
 Masuk, menonjol, hernia
2. AUSKULTASI

• Auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi usus / peristaltik dan bruit vaskuler
• Catat frekuensi atau karakter bising usus
• Normal 15 – 30 kali permenit
• Bila lebih dari 30 kali per menit disebut BORBORYGMI
• Catat juga adanya bruit yang ditemukan
3. PERKUSI

• Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya cairan dalam abdomen, gas atau udara
• Tehnik perkusi abdomen sama seperti tehnik perkusi pada thorax
• Suara perkusi abdomen yang normal adalah TYMPANI menjadi PEKAK merupakan batas cairan ascites
yang ada, kemudian klien dipindah posisi menjadi tidur miring.
• Apabila ada cairan, maka daerah lateral abdomen yang berada di atas akan menjadi tympani karena
cairan berpindah ke bawah.
• Sebaliknya, daerah umbilikalis akan menjadi pekak yang disebut ( Shifting dullness )
4. PALPASI

• Palpasi dilakukan secara ringan superfisial dan palpasi dalam


• Palpasi ringan atau superfisial untuk mengetahu adanya tanda nyeri tekan, distenmsi atau ketegangan
• Palpasi dalam untuk mengetahui adanya massa atau organ dalam seperti lien, batas hepar, ginjal dan
untuk mengetahu adanya iritasi peritoneal.
• Palpasi dilakukan di semua kuadran atau regio, inguinal dan femoral.
GENETALIA
EKTREMITAS
PATELA
REFLEK BABINSKI
PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT
PEMERIKSAAN SYARAF KRANIAL
• OLFAKTORIUS
• OPTIKUS
• OKULOMOTORIUS
• TRAKLEARIS
• TRIGEMINUS
• ABDUSENS
• FASIALIS
• VESTIBULAKOKLEARIS / AUTORIUS
• GLASOFARINGEUS
• VAGUS
• ASSERIS
• HIPOGLOSUS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai