Anda di halaman 1dari 13

TUGAS SPK M2

FUNGSI KULIT

Chintia Nagareta 110118053


Emiliana Wirawan 110118065
Vinka Anjani Irnanda 110118073
Yeremia Tanu Wijaya 110118047
Fungsi Mekanis Kulit
Lapisan epidermis pada kulit mengandung sel-sel Langerhans dengan fungsi respon imun sebagai perlindungan mekanis terhadap invasi
dari benda asing.

1. Secara langsung atau permanen menyamakan perubahan dalam bentuk dan volume organ atau jaringan adiposa yang terletak
dibawah kulit.
2. Memberikan perlindungan dalam agresi eksternal mekanis (friksi atau impaksi).
3. Memfasilitasi dalam memegang atau mencengkeram benda dengan tangan atau kaki.

Sumber : Agache P., Varchon D. (2015) Skin Mechanical Function. In: Humbert P., Maibach H., Fanian F., Agache P. (eds) Agache’s
Measuring the Skin. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-26594-0_129-1. Mitsui t. (1997) New Cosmetic Science.
Fungsi Protektif atau Sawar Kulit
Fiber elastis dermis dan jaringan lemak subkutan berperan untuk mencegah serangan mekanis eksternal kontak langsung dengan tubuh
bagian dalam. Kulit memiliki kapasitas untuk menetralkan alkali dan menjaga kondisi permukaan kulit pada pH asam lemah sebagai
perlindungan terhadap toksin kimiawi.

Bagian tubuh yang mendapat serangan mekanis kronis seperti: kaki, tempurung lutut dan tangan akan mengalami penebalan lapisan
tanduk sebagai perlindungan terhadap rangsangan eksternal. Lapisan tanduk terluar dan lemak pada permukaan kulit berperan sebagai
barrier (penghalang) terhadap penetrasi air, mencegah hilangnya cairan tubuh dan melindungi dari toksin eksternal.

Asam lemak tak jenuh dalam lipid kulit memiliki sifat bakterisidal dan mencegah pertumbuhan bakteri pada kulit. Selain itu, kulit
memiliki sel-sel yang berhubungan dengan kekebalan tubuh, yaitu memberikan reaksi pertahanan melalui respon imun. Contohnya
seperti respons tuberkulin, dengan memberikan informasi penting tentang sensitivitas manusia terhadap bakteri.

Pigmentasi melanin di kulit menyerap dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi UV. Ketidakrataan permukaan kulit, lapisan tanduk,
keratohyalin, granule, dan lainnya berperan pada difraksi cahaya untuk melindungi tubuh dari cahaya berbahaya.

Sumber: Mitsui t. (1997) New Cosmetic Science.


Fungsi Persepsi (Penerima Rangsang)
Kulit mampu merasakan perubahan di lingkungan eksternal dan dapat merasakan sensasi pada
kulit. Kulit dapat merasakan tekanan, sentuhan, suhu dan rasa sakit. Ada berbagai reseptor di
kulit untuk mendeteksi perubahan lingkungan tersebut yaitu Corpuscles Meissner, Merkel discs,
korpus Golgi Mazzoni yang bertanggung jawab atas sensasi sentuhan. Korpus Pacinian
dianggap terkait dengan rasa tekanan, Krause merasakan dingin, korpus Ruffini dapat
merasakan suhu, dan ujung saraf bebas terkait dengan sensasi rasa sakit. Rangsangan eksternal
merangsang ujung saraf sensorik yang menyampaikan informasi melalui sumsum tulang
belakang, otak dan hipotalamus ke korteks serebral yang dapat menafsirkan sensasi.

Sumber: Mitsui t. (1997) New Cosmetic Science.


Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
Kulit melakukan fungsi ini dengan mengatur dilatasi dan konstriksi pembuluh darah untuk mengubah jumlah
darah yang mengalir pada kulit dan dengan cara mengekskresikan keringat. Pembuluh darah pada kulit dan
kelenjar ekrin dikontrol oleh sistem saraf otonom.

Hipotalamus merupakan pusat yang mengatur suhu tubuh dan keringat. Pada suhu dingin, pembuluh darah
pada kulit mengalami vasokonstriksi sehingga peredaran darah berkurang untuk mempertahankan suhu
tubuh. Pada suhu panas, pembuluh darah pada kulit berdilatasi sehingga peredaran darah meningkat dan
terjadi penguapan keringat dari kelenjar untuk menjaga suhu tubuh tidak terlalu panas.

Lapisan tanduk dan jaringan subkutan juga berperan dalam menjaga stabilitas suhu tubuh dengan
menghalangi transmisi dari perubahan suhu eksternal ke dalam tubuh. Otot arrector pili pada rambut yang
juga dikontrol oleh sistem saraf otonom dapat menjebak lapisan isolasi udara di permukaan kulit untuk
mengurangi hilangnya panas tubuh.

Sumber: Mitsui t. (1997) New Cosmetic Science.


Fungsi Sintesis dan Metabolisme
Kulit mensintesis vitamin D melalui reaksi sinar UV pada prekursor vitamin D yang
ada pada kulit.

Sumber: Mitsui t. (1997) New Cosmetic Science.


Fungsi Ekskresi
Kulit memiliki kelenjar keringat, baik kelenjar ekrin maupun kelenjar apokrin.

Kelenjar ekrin dikontrol oleh sistem saraf otonom, berperan utama dalam mengurangi suhu tubuh melalui
penguapan cairan dan menekan peningkatan suhu tubuh yang tiba-tiba akibat lingkungan yang panas,
olahraga berat, ataupun makan makanan pedas. Rata-rata jumlah kelenjar ekrin sekitar 2,3 juta yang dapat
menghasilkan keringat lebih dari 1 liter per jam dan lebih dari 10 liter per hari. Kelenjar ini terdapat di
seluruh tubuh dan banyak ditemukan di kepala, dahi, telapak tangan dan telapak kaki. Keringat yang
dihasilkan kelenjar ekrin mengandung NaCl sebagai komponen utama, disertai urea, asam laktat, sulfida,
ammonia, asam urat, kreatinin, asam amino, dan lain-lain. Cairan ini bersifat agak asam dan menekan
aktivitas bakteri.

Kelenjar apokrin sebagian besar dipengaruhi oleh hormon, hanya terdapat pada bagian tubuh tertentu seperti
aksila, daerah kemaluan dan anal, serta payudara. Keringat yang dihasilkan bersifat basa lemah dan mudah
terjadi infeksi bakteri. Ekskresi dari kelenjar apokrin dimulai ketika pubertas.

Sumber: Mitsui t. (1997) New Cosmetic Science.


Fungsi Identifikasi
Kulit manusia memiliki daerah papiler yang terdiri dari jaringan ikat longgar areolar. Ini adalah nama untuk
proyeksi fingerlike yang disebut papila, yang memperpanjang ke arah epidermis. Papila menyokong dermis
dengan permukaan "bergelombang" yang interdigitates dengan epidermis, memperkuat hubungan antara dua
lapisan kulit.
Di telapak tangan, jari, telapak, dan jari kaki, pengaruh papila memproyeksikan ke epidermis membentuk
kontur di permukaan kulit. Ini disebut pegunungan gesekan, karena mereka membantu tangan atau kaki
untuk memahami dengan meningkatkan gesekan. Pegunungan Gesekan terjadi pada pola (lihat: sidik jari)
yang secara genetik dan epigenetically ditentukan dan karenanya unik untuk individu, sehingga
memungkinkan untuk menggunakan sidik jari atau jejak kaki sebagai alat identifikasi.
Fungsi Pengaturan Tekanan Darah
Kontrol hipotalamus terhadap arteriol kulit untuk tujuan pengaturan suhu lebih dahulu dari pada kontrol
pusat kardiovaskuler. Akibatnya, tekanan darah dapat turun ketika pembuluh-pembuluh kulit melebar untuk
mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh.

Penurunan temperatur oleh paparan stimulasi dingin pada kulit menyebabkan vasokonstriksi dan respons
lokal. Hipotalamus bagian posterior. Reaksi yang terjadi disebabkan oleh efek lokal temperatur langsung
pada pembuluh darah dan juga oleh refleks lokal cord yang di konduksi dari reseptor kulit ke medula
spinalis (saraf simpatis) dan kembali ke area kulit yang sama dan kelenjar keringat dan sistem saraf otonom
yang meregulasi kulit adalah saraf simpatis.
Fungsi Absorpsi
One benefit of this type of transdermal absorption has been the development of cutaneous drug delivery systems as a
method for supplying medications to the body.

Terdapat dua jalur absorpsi:

- Melalui epidermis
- Melalui kelenjar sebaceous dari folikel rambut.

Steroid, hormon wanita atau pria dan adrenocorticosteroid, zat larut lemak seperti vitamin A; D; E; K di absorpsi melalui kulit, tetapi zat
larut air tidak mudah diserap karena adanya pertahanan terhadap air dan zat larut air yang terbentuk dari lapisan stratum corneum.
Kelarutan zat lemak yang diserap, umur, asupan peredaran darah kulit, suhu kulit, kandungan air pada lapisan stratum corneum, tingkat
kerusakan lapisan stratum corneum, suhu dan kelembapan merupakan faktor absorpsi transdermal. Keuntungan absorpsi transdermal ini
telah memberikan penemuan dalam mengembangkan obat yang dapat diserap kulit sebagai metode dalam memberikan obat ke tubuh.

Sumber : Mitsui t. (1997) New Cosmetic Science. ISBN 0 444 82654 8


Faktor-Faktor yang Berpengaruh
terhadap Penetrasi Perkutan
1. Faktor kondisi kulit
Kulit yang sehat merupakan barier yang baik terhadap penetrasi bahan melalui kulit.Apabila kulit mengalami
trauma, maka penetrasi melalui kulit akan meningkat.

2. Faktor karakteristik fisikokimia bahan aktif


● Kelarutan obat
Makin banyak obat yang tersedia dalam keadaan terlarut maka makin besar pula obat yang menembus
membran. Karakteristik kelarutan obat baik dalam media air maupun dalam lemak sangat mempengaruhi
kemampuannya menembus membran biologis. Menurut teori Meyer-Overten dikatakan bahwa sel membran
epidermis terdiri dari molekul-molekul lemak dan protein, sehingga obat yang larut dalam lemak akan melalui
membran epidermis karena kandungan lemak dari membran tersebut. Sedangkan untuk obat yang larut dalam
air akan melalui membran epidermis setelah sebelumnya terjadi proses hidrasi. Sehingga koefisien partisi
memegang peranan yang penting. Makin besar koefisien partisi, maka makin besar jumlah zat yang dapat
berpenetrasi ke dalam kulit.
● Konsentrasi obat
Makin besar konsentrasi obat dalam sediaan, maka makin besar tersedia obat untuk terjadinya penetrasi melalui kulit,
sesuai dengan hukum Fick :
Q = ((Km . D)/h) . A (Cs - Cmk)
Keterangan:
Q = jumlah zat aktif yang berpenetrasi ke dalam kulit.
Km = koefisien partisi zat aktif.
D = konstanta difusi zat aktif.
A = luas kulit yang kontak dengan zat aktif.
Cs = konsentrasi zat aktif dalam sediaan.
Cmk = konsentrasi zat aktif dalam membran kulit.
h = tebal membran kulit.
● Sifat termodinamik
Sifat termodinamik ini meliputi aktivitas termodinamika. Aktivitas termodinamika zat aktif dalam sediaan berbanding terbalik
dengan afinitas zat aktif dengan bahan pembawa.
Hal ini dapat diterangkan menurut Higuchi :
Q = (As . D . A) / (h . amk)
Keterangan:
Q = jumlah zat aktif yang berpenetrasi ke dalam kulit.
As = aktivitas termodinamik zat aktif dalam sediaan.
D = konstanta difusi zat aktif.
A = luas pemakaian.
h = tebal membran.
amk = konstanta aktivitas zat aktif.
● Konstanta difusi
Konstanta difusi menunjukkan kemampuan dari zat aktif untuk mengadakan difusi melewati kulit.
Makin besar konstanta difusi suatu zat aktif maka makin besar jumlah zat aktif yang menetrasi kulit.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan hukum Fick.
● Karakteristik molekul
Yang termasuk dalam karakteristik molekul ini adalah ukuran/berat molekul dan bentuk molekul.
Molekul-molekul kecil akan lebih cepat diabsorpsi dibandingkan molekul besar, tetapi tidak ada
korelasi yang jelas antara ukuran/berat molekul dengan kecepatan penetrasi.

3. Faktor yang berhubungan dengan pembawa


Bahan pembawa sediaan kulit diharapkan dapat memperbaiki kecepatan dan jumlah difusi zat aktifnya,
sesuai dengan tujuan pembuatan sediaan tersebut. afinitas pembawa dengan obat memegang peranan yang
penting dalam proses penetrasi, hal ini disebabkan karena apabila afinitas pembawa dengan obat besar,
maka obat akan dilepas dalam jumlah kecil bahkan tidak dilepas sama sekali. Dimana diketahui bahwa
jumlah zat aktif yang diabsorpsi kulit sebanding dengan pelepasan zat aktif dari sediaan. Viskositas
pembawa juga dapat mempengaruhi pelepasan obat dari pembawa, akibatnya tidak tersedia obat bebas
untuk diabsorpsi. Hal ini disebabkan oleh viskositas dari pembawa terlalu besar. Misalnya dalam krim
M/A dengan obat hidrokortison yang mengandung asam stearat, menunjukkan kecepatan difusi yang lebih
rendah dibandingkan dengan kecepatan hidrokortison dari suspensi dalam campuran propilenglikol - air
( 10:90 ). Disamping juga sifat dari pembawa yang dapat menghambat penetrasi melalui kulit.

Anda mungkin juga menyukai