1
• terapi cairan, antimikroba dan antibiotika
angka kematian diturunkan.
• Carter dan Brewer (1964) melaporkan angka
kematian 31,4% pada kasus-kasus peritonotis
yang hanya dilakukan pembedahan dan mereka
mendapatkan angka kematian 67,3% pada kasus-
kasus peritonitis yang hanya diberikan obat-
obatan.
2
Pembagaian Peritonitis
1. Peritonitis akut/kronik
2. Peritonitis sepsis/asepsis
3. Peritonitis primer/sekunder
4. Peritonitis lokal/umum
3
Peritonitis Primer
4
Peritonitis Sekunder
5
Peritonitis Lokal :
Apendisitis akut
Kholecystitis
Salfingitis
Peritonitis umum :
Typoid perforasi
Apendisitis perforasi
6
BAKTERIOLOGI PADA PERITONITIS DAN
INFEKSI INTRAABDOMEN
• Flora Normal Usus
• Bakteri : Eschericia coli, Enterobacter,
Klebsiela, dan Pseudomonas
7
Bakteri yang sering ditemukan pada infeksi
Intraabdomen
Pseudomonas aeruginosa 8
Efek dari Tingkatan Perforasi Gastrointestinal
• Morbiditas dan mortalitas infeksi intraabdomen tergantung tingkatan
perforasi traktus gestrointestinal.
• Pada kolon bakteri yang diisolasi juga paling banyak di kolon, yaitu
lebih dari 500 spesies bakteri dan fungi
9
• Faktor Virulensi
10
• Perlekatan Mikroba ke Peritoneum
• Kolonisasi mikroba pada permukaan mesotel peritoneum merupakan
fenomena yang cepat tejadi setelah injury usus bagian distal.
11
• Sinergisitas Mikroba
12
• Efek Host terhadap Pertumbuhan Bakteri
13
• Materi Asing
• Materi asing yang berperan dalam
patogenesis infeksi abdomen dapat berupa
substansi makroskopik atau mikroskopik.
Bahan asing makroskopik seperti drain,
benang, fragmen mikroskopik dari cotton
gauze dan agen hemostatik seperti kolagen
atau selulosa dapat menyebabkan infeksi.
Materi asing mikroskopik seperti talk,
barium sulfat, jaringan yang nekrosis, dan
materi feses
14
P
FISIOLOGI PERITONEUM
Pertukaran Cairan Peritoneum
•Rongga peritoneum normal mengandung 50 - 100 ml cairan menyerupai
plasma.
•Protein cairan peritoneum < plasma (3 gram/dl)
•Cairan peritoneum diabsorpsi oleh sel-sel mesotel peritoneum dan
limfatik subdiafragma.
•Sel mesotel juga mengabsorbsi solute melalui proses endositosis yang
berlangsung terus-menerus.
•Aliran darah splanchnic dan faktor-faktor yang mempengaruhi
permeabilitas membran berpengaruh terhadap efisiensi pertukaran cairan
peritoneum.
•Inflamasi peritoneum akan meningkatkan permeabilitas peritoneum
15
Respon Peritoneum terhadap Injury
16
Terbentuknya Perlengketan
•Polimerisasi fibrin terjadi bila platelet dan fibrin terjadi pada inflamasi
intraperitoneum.
•Aktivitas fibrinolitik meningkat di atas normal 8 hari setelah injury.
•Perlengketan fibrus yang telah selesai dapat dilihat dalam waktu 10 hari
dan mencapai maksimal 2 sampai 3 minggu setelah injury peritoneum.
•Kesulitan pada operasi ulang yang dilakukan dalam kurun waktu 2
sampai 4 minggu setelah terjadinya suatu proses akut.
•Dengan bertambahnya waktu, perlengketan fibrus mengalami
remodeling dan biasanya menjadi tipis secara progresif.
17
Pertahanan Host terhadap Infeksi Intraabdomen
18
DIAGNOSIS INFEKSI INTRA ABDOMEN
19
• Inspeksi dan Auskultasi.
• Abdomen diinspeksi untuk mencari tanda-tanda distensi
dan jejas. Auskultasi dimulai dari kuadran yang
berlawanan dari titik nyeri.
• Bising usus yang meningkat menandakan obstruksi sebagai
proses primer penyakit atau sebagai bagian dari proses
inflamasi lokal.
• Sering kali sebuah fokus inflamasi sebagian ditutup oleh
usus kecil. Ileus lokal muncul sebagai hasil dari obstruksi
fungsional.
• Distensi abdomen disebabklan oleh ileus atau asites.
• Sejalan dengan penyebaban inflamasi, suara usus kecil
akan menghilang dan auskultasi abdomen hampir tidak
terdengar suara
20
• Palpasi.
• Peritoneum parietal diinervasi nervus aferen somatik dan
visceral
• Peritoneum parietal bagian anterior yang paling sensitif
dan peritoneum pelvis yang paling tidak sensitif.
• Persepsi nyeri yang dirasakan sebagai nyeri lokal,
inflamasi lokal yang berhubungan dengan peritoneum
parietal menimbulkan pertahanan muskuler volunter.
21
• Kekakuan dari otot-otot abdomen
dihasilkan oleh pertahanan volunter dan
juga refleks spasme otot. Refleks spasme
otot dapat menjadi sangat kuat sehingga
perut dapat kaku seperti papan, seperti
yang biasa tampak pada peritonitis yang
disebabkan oleh perforasi dari ulkus
peptikum
22
• Pemeriksaan Rektum dan Vagina.
• Pemeriksaan rektum dan vagina penting untuk
melokalisasi nyeri yang luas dan mengetahui apakah
terdapat massa di pelvis atau abses di cavum Douglass.
Pemeriksaan vagina atau serviks dapat menjadi kunci
untuk mengetahui sumber dari proses inflamasi (1).
23
• Foto polos abdomen
24
Terapi
• Persiapan Prabedah :
• Setelah diagnosa peritonitis ditegakkan
• Terapi cairan, elektrolit dan kalori
• Penderita peritonitis sementara harus puasa, sehingga seluruh
kebutuhan cairan, elektrolit dan kalori harus melalui parenteral.
• Pada peritonitis akan terjadi gangguan dari fungsi usus sampai terjadi
paralitik ileus.
• Terjadi eksudasi dari cairan melalui peritoneum ke rongga abdomen,
termasuk protein.
25
• Antibiotika broad spektrum
• Antibiotika profilaksis diberikan pada waktu induksi
anestesi supaya kadarnya dalam serum cukup tinggi saat
pembedahan.
26
• OPERASI
• Eksplorasi :
Dilakukan eksplorasi untuk mencari sumber infeksi, bila
sudah dijumpai dilakukan tindakan sesuai dengan
penyebabnya, misalnya appendektomi atau penutupan
kebocoran/perforasi .
• Dekompresi :
Bertujuan untuk menghilangkan distensi dan memperbaiki
sirkulasi keusus. Cara dekompresi dapat dilakukan dengan
membuat lobang pada usus kemudian dimasukkan pipa
karet steril untuk mengeluarkan isi usus atau dengan cara
milking ke proksimal atau distal, atau saat dilakukan suatu
reseksi usus, sebelum dilakukan anastomosis
27
• Irigasi/pencucian :
Setelah penyebab peritonitis dihilangkan, dilakukan pencucian atau
irigasi rongga abdomen dengan larutan NaCl 0,9% atau RL dengan
jumlah kurang lebih 5 liter.
• Drainage
Pemakaian drainage sampai saat ini masih belum ada kesepakatan, bila
ada keragu-raguan sebaiknya jangan dipasang.
Indikasi pemasangan drain intraabdominal, bila terdapat rongga abses
yang sulit dibersihkan atau terdapat perdarahan yang merembes
sebagai pemantauan.
28
PERAWATAN PASCA BEDAH
• Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral, nutrisi
(total atau parsial parenteral nutrisi) selama fungsi usus
masih belum kembali normal.
• Pemberian antibiotika diteruskan sampai kurang lebih 7-
10 hari. Sebaiknya diberikan amtibiotika yang sesuai
dengan hasil kultur dan tes kepekaannya.
• Penberian terapi suportif berupa vitamin-vitamin untuk
membantu proses penyembuhan.
• Komplikasi : abses intra abdominal, infeksi luka operasi,
kebocoran anastomose atau fistula.
29
• PROGNOSA
Sampai saat ini angka kematian oleh karena
peritonitis cukup tinggi (30-40%), hal ini
tergantung pada macam penyebabnya, lamanya
terjadi peritonitis dan kondisi umum penderita
serta komplikasi yang terjadi
30