Anda di halaman 1dari 54

PENATALAKSANAAN PASIEN

INFEKSI NOVEL CORONA VIRUS (2019-nCoV)


DI ICU RSUD Dr.TJITROWARDOJO
PURWOREJO

OLEH:
Ruwiyah,S.Kep.Ns
Personal Data

Curriculum Vitae
Personal Data
Nama : Ruwiyah,S.Kep.Ns
TTL : Banyumas….09-02-1974
Alamat : Pangen juru Tengah RT 01/07 Purworejo
E-mail : ruwiyahruwi2@gmail.com

Personal Data
D3 Keperawatan Muhammadiyah Purwokerto
S1 STIKES Muhammadiyah Gombong
PENDIDIKAN Ners STIKES Muhammadiyah Gombong

RSUD Dr.TJITROWARDOJO PURWOREJO 1997-sekarang.


INSTITUSI
ICU 2000-sekarang

ORGANISASI  HIPERCCI Jawa Tengan (anggota)


PPNI ( bendahara DPD)
GAMBARAN UMUM RSUD Dr.TJITROWARDOJO
PURWOREJO
1. TOTAL TEMPAT TIDUR PASIEN 310
2. TEMPAT TIDUR ICU 11 BIASA 2 ISOLASI
• Update data kasus covid 19 per tanggal 14 juli
2020:
Total 82 tetap
Positif dirawat 8 tetap
Positif sembuh 74 tetap
Positif meninggal o tetap
PDP 51 bertambah
Dirawat 3 bertambah
Pulang sembuh 38 tetap
Meninggal 11 tetap
Dirujuk 1 tetap (picu)
Dirawat di ICU maret-mei 21 pasien pindah ruang 18
meninggal 3
LATAR BELAKANG
• Corona virus (CoV) adalah keluarga besar virus
yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit
yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV)

• Novel corona virus (2019 nCoV) adalah virus jenis


baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya
pada manusia
Lanjutan Latar belakang…
• Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga
14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi
coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut
seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian

• Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office


melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada
tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis
baru coronavirus (novel coronavirus, 2019-nCoV).
Lanjutan Latar belakang…

• Penambahan jumlah kasus 2019-nCoV


berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi
penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan
negara lain. Sampai dengan 26 Januari 2020,
secara global 1.320 kasus konfim di 10 negara
dg 41 kematian (CFR 3,1%)
SURVEILANS DAN RESPON
2.1.TUJUAN SURVEILANS :
1. Melakukan deteksi dini pasien dalam
pengawasan (SUSPEK)/ dalam pemantauan/
probabel/ konfirmasi 2019-nCoV di pintu
masuk negara dan wilayah
2. Mendeteksi adanya penularan dari manusia
ke manusia
3. Mengidentifikasi faktor risiko 2019-nCoV 4.
Mengidentifikasi daerah yang berisiko
terinfeksi 2019-nCoV
Lanjutan Surveilans dan Respon..

2.2. DEVINISI OPERASIONAL


A.PASIEN DALAM PENGAWASAN (SUSPEK)
1. Seseorang yang mengalami:
a. Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,
b. Batuk/ Pilek/ Nyeri tenggorokan,
c. Pneumonia ringan hingga berat berdasarkan
gejala klinis dan/atau gambaran radiologis
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan
sistem kekebalan tubuh
(immunocompromised) karena gejala dan
tanda menjadi tidak jelas…
Lanjutan Pasien dalam Pengawasan (SUSPEK)..

DAN disertai minimal satu kondisi sebagai berikut:


a. Memiliki riwayat perjalanan ke China atau
wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan
perkembangan penyakit)* dalam waktu 14 hari
sebelum timbul gejala; ATAU
b. merupakan petugas kesehatan yang sakit dengan
gejala sama setelah merawat pasien Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) berat yang tidak diketahui
penyebab/etiologi penyakitnya, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat
bepergian; ATAU
Lanjutan Pasien dalam Lanjutan
Pengawasan (SUSPEK)..
Pasien dalam Pengawasan (SUSPEK)..

2.Seseorang dengan ISPA ringan sampai berat dalam waktu 14


hari sebelum sakit, memiliki salah satu dari paparan berikut:
a. Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi
2019-nCoV; ATAU
b. Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang
berhubungan dengan pasien konfirmasi 2019-nCoV di
China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan
perkembangan penyakit)*; ATAU
c. Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika
hewan penular sudah teridentifikasi) di China atau
wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan
perkembangan penyakit)*; ATAU
d. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki
(demam ≥38 C) atau ada riwayat demam
Lanjutan Devinisi Operasional…
B. ORANG DALAM PEMANTAUAN
• Seseorang yang mengalami gejala demam/riwayat demam
tanpa pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke
China atau wilayah/negara yang terjangkit, DAN TIDAK
memiliki satu atau lebih riwayat paparan (Riwayat kontak
erat dengan kasus konfirmasi 2019-nCoV; Bekerja atau
mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan
pasien konfirmasi 2019-nCoV di China atau wilayah/negara
yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit)*,
memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan
penular sudah teridentifikasi) di China atau wilayah/negara
yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit)*;

*Keterangan: saat ini negara terjangkit hanya China, namun perkembangan


situasi dapat diupdate melalui website www.infeksiemerging.kemkes.go.id
Termasuk Kontak Erat adalah:
1. Petugas kesehatan yang memeriksa,
merawat, mengantar dan membersihkan
ruangan di tempat perawatan khusus
2. Orang yang merawat atau menunggu
pasien di ruangan
3. Orang yang tinggal serumah dengan
pasien
4. Tamu yang berada dalam satu ruangan
dengan pasien
Lanjutan Devinisi Operasional…

C.KASUS PROBABEL
Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk
2019-nCoV tetapi inkonklusif (tidak dapat
disimpulkan) atau seseorang dengan dengan
hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau
beta coronavirus.

D. KASUS KONFIRMASI
Seseorang yang terinfeksi 2019-nCoV dengan
hasil pemeriksaan laboratorium positif.
DETEKSI DINI DAN RESPON
1.Deteksi dini dan respon di Pintu Masuk
Negara
Kegiatan : meliputi upaya detect, prevent, dan
respond terhadap 2019-nCoV di pelabuhan,
bandar udara, dan PLBDN (Pos Lintas Batas
Darat Negara)
Tanggung jawab : KKP dan berkoordinasi
dengan lintas sektor terkait.
Bila MEMENUHI KRITERIA PASIEN DALAM PENGAWASAN
maka dilakukan:

1. Tatalaksana termsuk disinfeksi pasien dan merujuk ke RS rujukan


2. Lakukan tindakan penyehatan terhadap barang dan alat angkut
3. Mengidentifikasi penumpang lain yang berisiko (kontak erat)
4. Terhadap kontak erat (dua baris depan belakang kanan kiri)
dilakukan karantina.
5. Melakukan pemantauan terhadap petugas yang kontak dengan
pasien. Pencacatan pemantauan menggunakan formulir terlampir
(lampiran 3)
6. Pemberian HAC (Health Alert Card)dan komunikasi risiko
7. Notifikasi ke Ditjen P2P melalui PHEOC (Public Health Emergency
Operation Center) ditembuskan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
dilakukan pencatatan menggunakan formulir (lampiran 1).
Notifikasi ke Dinas Kesehatan dimaksudkan untuk koordinasi
pemantauan kontak erat.
Bila MEMENUHI KRITERIA ORANG DALAM PEMANTAUAN, maka
dilakukan:

1. Tatalaksana sesuai diagnosis yang ditetapkan


2. Orang tersebut dapat dinyatakan laik/tidak laik melanjutkan perjalanan
dengan suatu alat angkut sesuai dengan kondisi hasil pemeriksaan
3. Pemberian HAC (Health Alert Card) dan komunikasi risiko mengenai
infeksi coronavirus, informasi bila selama masa inkubasi mengalami
gejala perburukan maka segera memeriksakan ke fasyankes dengan
menunjukkan HAC kepada petugas kesehatan selain itu pasien diberikan
edukasi untuk isolasi diri (membatasi lingkungan di rumah)
4. KKP mengidentifikasi daftar penumpang pesawat. Hal ini dimaksudkan
bila pasien tersebut mengalami perubahan manifestasi klinis sesuai
definisi operasional pasien dalam pengawasan maka dapat dilakukan
contact tracing.
5. Notifikasi ke Dinkes Prov dan Kab/Kota untuk pemantauan di tempat
tinggal menggunakan formulir (lampiran 1)
Bila KASUS TIDAK MEMENUHI KRITERIA DEFINISI
OPERASIONAL APAPUN maka dilakukan:

1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien


2. Komunikasi risiko mengenai infeksi coronavirus,
informasi bila selama masa inkubasi mengalami gejala
perburukan maka segera memeriksakan diri ke
fasyankes dan menunjukkan HAC kepada petugas
kesehatan.
• Pada penumpang dan kru lainnya yang tidak berisiko
juga dilakukan pemeriksaan suhu menggunakan
thermal scanner, pemberian HAC dan komunikasi risiko.
2. Deteksi Dini dan Respon di Wilayah
Penemuan kasus dapat dilakukan di puskesmas
dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)
lainnya
Jika menemukan KASUS YANG MEMENUHI
KRITERIA PASIEN DALAM PENGAWASAN Perlu
dilakukan :
1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien dan rujuk ke RS
rujukan menggunakan mobil ambulans.
2. Memberikan komunikasi risiko mengenai
penyakit 2019-nCoV
Lanjutan Deteksi Dini dan Respon di Wilayah...

3.Fasyankes segera melaporkan dalam waktu ≤


24 jam ke Dinkes Kab/Kota setempat.
Selanjutnya Dinkes Kab/Kota melaporkan ke
Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian
diteruskan ke Ditjen P2P melalui PHEOC (Public
Health Emergency Operation Center) dan KKP
setempat. Menggunakan form notifikasi
(lampiran 4).
4.Melakukan penyelidikan epidemiologi
selanjutnya mengidentifikasi dan pemantauan
kontak erat.
Lanjutan Deteksi Dini dan Respon di Wilayah...
Lanjutan Deteksi Dini dan Respon di Wilayah...

5.Pengambilan spesimen dilakukan di RS rujukan


yang selanjutnya RS berkoordinasi dengan
Dinkes setempat untuk pengiriman sampel
dengan menyertakan formulir penyelidikan
epidemiologi (lampiran 5), formulir
pengiriman spesimen (lampiran 6) dan surat
pengantar dinas kesehatan setermpat
(lampiran 7).
Lanjutan Deteksi Dini dan Respon di Wilayah...
Lanjutan Deteksi Dini dan Respon di Wilayah...

Bila MEMENUHI KRITERIA ORANG DALAM


PEMANTAUAN maka dilakukan:

1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien


2. Memberikan komunikasi risiko mengenai penyakit
2019-nCoV
3. Pasien diberikan perawatan rumah (isolasi diri) namun
pasien tetap dalam pemantauan petugas kesehatan
puskesmas berkoordinasi dengan Dinkes
4. Fasyankes segera melaporkan secara berjenjang dalam
waktu ≤ 24 jam ke Dinkes Kab/Kota/Provinsi.
Lanjutan Deteksi Dini dan Respon di Wilayah...

Bila KASUS TIDAK MEMENUHI KRITERIA


DEFINISI OPERASIONAL maka dilakukan:
1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien
2. Komunikasi risiko kepada pasien
KEGIATAN DETEKSI DINI DAN RESPON DI WILAYAH
INSTANSI DETEKSI DINI RESPON
Puskesmas • Meningkatkan surveilans Influenza • Melakukan tatalaksana sesuai dengan
Like Illness (ILI) dan pneumonia kondisi pasien dan merujuk ke RS
• Melakukan surveilans rujukan sesuai dengan SOP (Standar
aktif/pemantauan terhadap pelaku Prosedur Operasional) dengan
perjalanan dari wilayah/negara memperhatikan prinsip-prinsip PPI
terjangkit selama 14 hari sejak • Surveilans ketat probabel dan
kedatangan ke wilayah berdasarkan konfirmasi
informasi dari Dinkes setempat • Melaporkan kasus dalam waktu 1x24
• Mengidentifikasi kontak erat yang jam ke Dinkes Kab/Kota
berasal dari masyarakat maupun • Melakukan penyelidikan epidemiologi
petugas kesehatan berkoordinasi dengan Dinkes
• Melakukan pemantauan terhadap Kab/Kota
kasus dan kontak erat minimal satu • Melakukan komunikasi risiko terhadap
kali masa inkubasi terpanjang. masyarakat
Pencatatan pemantauan kontak • Meningkatkan jejaring kerja dengan
menggunakan form (lampiran 2 dan pemangku kewenangan, lintas sektor
3) dan tokoh masyarakat setempat
INSTANSI DETEKSI DINI RESPON

Rumah • Meningkatkan surveilans ISPA • Melakukan tatalaksana sesuai


Sakit berat dengan SOP bila menemukan
• Mendeteksi kasus dengan kasus dengan memperhatikan
demam dan gangguan prinsip-prinsip pengendalian
pernafasan serta memiliki riwayat infeksi
bepergian ke wilayah/negara • RS rujukan melakukan
terjangkit dalam waktu 14 hari pengambilan spesimen
sebelum sakit (menunjukkan berkoordinasi dengan Dinkes
HAC) setempat terkait pengiriman
• Melakukan pemantauan kontak • Melaporkan kasus dalam waktu
erat yang berasal dari keluarga 1x24 jam ke Dinkes setempat
pasien, pengunjung, petugas • Melakukan komunikasi risiko
kesehatan dan dilakukan dengan keluarga pasien
pencatatan menggunakan form
(lampiran 2 dan 3)
INSTANSI DETEKSI DINI RESPON

Dinas • Melakukan pemantauan dan •Melaporkan pasien dalam


Kesehatan analisis kasus ILI dan pneumonia pengawasan 2019-nCoV ke pusat
Kab/Kota melalui Sistem Kewaspadaan Dini dalam waktu 1x24 jam ke PHEOC
dan Respon (SKDR) dan ditembuskan ke Dinkes
• Melakukan pemantauan berita Provinsi
atau rumor yang berkembang • Melakukan penyelidikan
terkait dengan kasus 2019-nCoV epidemiologi bila ada laporan
di masyarakat melalui media atau pasien dalam pengawasan 2019-
sumber informasi lainnya dan nCoV
melakukan verifikasi terhadap • Melakukan mobilisasi sumber
berita tersebut daya yang dibutuhkan bila
• Memonitor pelaksanaan diperlukan
surveilans 2019-nCoV yang • Melakukan komunikasi risiko pada
dilakukan oleh puskesmas masyarakat
• Melakukan surveilans aktif • Membangun dan memperkuat
2019nCoV rumah sakit untuk jejaring kerja surveilans dengan
menemukan kasus lintas program dan sektor terkait
• Melakukan penilaian risiko • Berkoordinasi dengan RS dan
laboratorium dalam pengambilan
dan pengiriman spesimen
INSTANSI DETEKSI DINI RESPON

Dinas • Melakukan pemantauan dan •Melaporkan pasien dalam


Kesehatan analisis kasus ILI dan pneumonia pengawasan 2019-nCoV dalam
Provinsi melalui SKDR waktu 1x24 jam ke PHEOC
• Melakukan pemantauan berita • Melakukan penyelidikan
atau rumor yang berkembang epidemiologi bersama dengan
terkait dengan kasus 2019-nCoV Kab/Kota bila ada laporan pasien
di masyarakat melalui media atau dalam pengawasan 2019-nCoV
sumber informasi lainnya dan • Melakukan mobilisasi sumber
melakukan verifikasi terhadap daya yang dibutuhkan bila
berita tersebut diperlukan
• Meneruskan notifikasi laporan • Melakukan komunikasi risiko pada
dalam pengawasan 2019-nCoV masyarakat
dari KKP ke Dinkes yang • Melakukan umpan balik dan
bersangkutan pembinaan teknis di Kab/Kota
• Melakukan penilaian risiko • Membangun dan memperkuat
• Membuat Surat Kewaspadaan jejaring kerja surveilans dengan
yang ditujukan bagi Kab/Kota lintas program dan sektor terkait
INSTANSI DETEKSI DINI RESPON

Pusat •Melakukan pemantauan dan •Melakukan notifikasi ke WHO jika


analisis kasus ILI dan pneumonia ditemukan kasus konfirmasi
melalui SKDR • Melakukan penyelidikan
• Melakukan pemantauan berita epidemiologi bersama Dinkes
atau rumor yang berkembang Prov/Kab/Kota
terkait dengan kasus 2019-nCoV • Melakukan pemeriksaan
di masyarakat melalui media atau spesimen kasus 2019-nCoV
• Melakukan mobilisasi sumber
sumber informasi lainnya dan daya yang dibutuhkan bila perlu
melakukan verifikasi terhadap • Membangun dan memperkuat
berita tersebut jejaring kerja surveilans dengan
• Melakukan analisis situasi secara lintas program dan sektor terkait
berkala terhadap perkembangan • Melakukan umpan balik dan
kasus 2019-nCoV pembinaan teknis di
• Melakukan penilaian risiko Prov/Kab/Kota
• Membuat Surat Edaran yang • Melakukan komunikasi risiko pada
ditujukan bagi Dinkes Provinsi masyarakat baik melalui media
dan Unit Pelayanan Teknis (UPT) cetak atau elektronik
ALUR DETEKSI DINI DAN RESPON DI PINTU MASUK DAN WILAYAH
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan
KLB

Definisi KLB : Jika ditemukan satu kasus konfirmasi 2019-


nCoV maka dinyatakan sebagai KLB.
Tahapan PE (penyelidikan epidemiologi);
1. Konfirmasi awal KLB  untuk memastikan terjadinya
KLB 2019-nCoV dengan cara wawancara dengan
petugas puskesmas atau dokter yang menangani kasus.
2. Pelaporan segera  Mengirimkan laporan W1 ke
Dinkes Kab/Kota dalam waktu <24 jam, kemudian
diteruskan oleh Dinkes Kab/Kota ke Provinsi dan
PHEOC.
Lanjutan PE…

3. Persiapan penyelidikan
a. Persiapan formulir penyelidikan sesuai form terlampir
(lampiran 5)
b. Persiapan Tim Penyelidikan
c. Persiapan logistik (termasuk APD) dan obat-obatan jika
diperlukan
4. Penyelidikan epidemiologi
d. Identifikasi kasus
e. Identifikasi Faktor Risiko
f. Identifikasi kontak erat
g. Penanggulangan awal
h. Pengolahan dan analisis data
i. Penyusunan Lap. PE
ALUR PELAPORAN
PELAPORAN
Zerro reporting :
Dilaporkan setiap hari sebelum jam 12.00
melalui WA Group Surveilans Jawa Tengah,
situasi suspek novel Coronavirus, baik ada
suspek maupun tidak ada suspek (nihil)

37
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
A.Prinsip Pencegahan Infeksi dan Strategi Pengendalian
Berkaitan dengan Pelayanan Kesehatan
a. Pengendalian administratif (penyediaan
infra struktur, kebijakan, SOP, surveilans ISPA,dll)
b. Pengendalian Lingkungan (ventilasi lingkungan)
c. Alat Pelindung Diri (Rasional dan konsisten
menggunakan APD )
B.Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
C.Perawatan di Rumah (Isolasi Diri) Orang dalam
Pemantauan
D. Pemulasaran Jenazah
PENGELOLAAN SPESIMEN DAN
KONFIRMASI LABORATORIUM
1. Pengambilan spesimen (RS)
2. Pengepakan Spesimen (RS)
3. Pengiriman Spesimen (RS berkoordinasi dg
Dinkes)
Pengiriman spesimen dilakukan oleh petugas
Dinas Kesehatan dengan menyertakan Formulir
penyelidikan epidemiologi (lampiran 5), formulir
permintaan pemeriksaan spesimen (lampiran 6)
dan surat pengantar (lampiran 7) dari Dinkes
Prov/Kab/kota (harus dimasukkan kedalam cool
box). Pengiriman spesimen sebaiknya dilakukan
paling lama 1x24 jam.
4. Konfirmasi Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium dikirimkan oleh
laboratorium pemeriksa ke Dirjen P2P cq. PHEOC
untuk kemudian diteruskan ke Emergency Operation
Center (EOC) Pusat Krisis Kesehatan. PHEOC
mengirimkan hasil pemeriksaan ke Dinas Kesehatan
dan Rumah Sakit yang merawat kasus. Pelaporan
satu pintu ini diharapkan dapat lebih memudahkan
berbagai pihak terkait agar dapat berkoordinasi lebih
lanjut. Jika hasil pemeriksaan laboratorium positif,
IHR ( International Health Regulation ) Nasional Fokal
Poin memberikan notifikasi ke WHO dalam 1x24 jam
ALUR PEMERIKSAAN SPESIMEN 2019-nCoV
KEPERAWATAN PASIEN KRITIS
Perawatan ICU
• Merupakan pelayanan asuhan keperawatan
dan terapi pasien yang menderita penyakit,
cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam jiwa atau potensial mengancam
jiwa dengan prognosis dubia, dilakukan oleh
staf khusus dan perlengkapan yang khusus
(Kemenkes RI, 2010)
• Prioritas 1: Pasien kritis perlu terapi intensif dan
tertitrasi, seperti bantuan ventilasi, alat bantu
supportif organ & obat vasoaktif kontinyu.

• Prioritas 2: Pasien yang memerlukan pemantauan


canggih ICU, yang sangat berisiko bila tidak
mendapat terapi intensif segera
n kritis, tidak stabil status kesehatan sebelumnya. Kemungkinan sembuh dengan terapi di ICU sangat

• Prioritas 3: Pasien kritis, tidak stabil status


kesehatan sebelumnya. Kemungkinan
sembuh dengan terapi di ICU sangat kecil

• Pengecualian:Dengan pertimbangan luar


biasa, atas persetujuan Kepala ICU,

 
Penggunaan APD
TATA CARA PEMAKAIAN DAN PELEPASAN APD LENGKAP COVID-19

• Tata cara pemakaian dan pelepasan APD lengkap


Covid -19 adalah urutan pemakaian dan pelepasan
APD lengkap yang digunakan untuk pelayanan pasien
Covid -19 terdiri dari sepatu boot, cover shoes, cover
all, masker N95, kaca mata googles, face shield,
sarung tangan bersih dan sarung tangan panjang.
URUTAN PEMAKAIAN APD
1. Melaksanakan kebersihan tangan
2. Memakai Masker N95 yang sebelumnya dikasih nama
dan tanggal/jam pemakaian pertama
3. Memakai kaca mata googles
4. Memakai cover all
5. Memakai cover shoes
6. Memakai sepatu boot
7. Memakai Face Shield
8. Melaksanakan kebersihan tangan
9. Memakai sarung tangan bersih
10.Memakai sarung tangan Panjang
TATA CARA PEMAKAIAN DAN PELEPASAN APD LENGKAP COVID-19

1. Lepaskan sarung tangan panjang lalu masukkan ke tempat limbah infeksiu


2. Lepaskan face shield lalu masukkan ke dalam wadah tertutup untuk dilakukan
dekontaminasi
3. Lepaskan kaca mata googles lalu masukkan ke dalam wadah tertutup untuk dilakukan
dekontaminasi
4. Lepaskan sepatu boot lalu masukkan ke dalam wadah tertutup untuk dilakukan
dekontaminasi
5. Lepaskan cover all dengan cara digulung ( bagian luar menjadi di dalam ) lalu dimasukkan
ke tempat limbah infeksius
6. Lepaskan cover shoes dan dimasukkan ke tempat limbah infeksius lalu memakai sepatu
kerja
7. Lepaskan masker N95 lalu masukkan ke dalam almari APD dengan Ultra Violet ( UV)
8. Lepaskan sarung tangan dalam lalu masukkan ke tempat limbah infeksius
9. Lakukan kebersihan tangan
10.Semprot bagian tubuh yang terbuka dan sepatu kerja dengan Alkohol 70 %
TERIMAKASIH

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai