Anda di halaman 1dari 26

Pemeriksaan Lab Repoduksi

Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati
Bandar Lampung
Sekret • Pemeriksaan Bakteri
Vagina • Pemeriksaan Jamur
• Pemeriksaan
dan
Chlamydia
Uretra:
Flora normal
Doderlein Bacteri
Sekret Vagina/Uretra

• Lakukan sekret vagina/uretra dengan


menggunakan lidi kapas steril 
• Rutin: lakukan pemeriksaan dengan
pengecatan Gram
•  Bila diagnosa klinik curiga gonorrhoe,
pengambilan spesimen dari sekret cervix uteri,
atau dengan massage penis
• Lalukan pengecatan Gram dan/ kultur pada
Thayer Martin CO2 10%
Diagnosis Laboratorium Infeksi
Saluran Reproduksi
1. Gonore
• Bahan pemeriksaan berasal dari sekret serviks.
• Diagnosis laboratorium menggunakan sediaan
langsung, dengan pewarnaan Gram akan
menemukan diplokokus negatif Gram (DNG)
intrasel, lekosit polimorfonuklear (PMN) dan
DNG ekstrasel. DNG intrasel terutama ditemukan
pada kasus akut.
Gonokokus
2. Sifilis
• Diagnosis laboratorium menggunakan serum.
• Dengan uji RPR (Rapid Plasma Reagin) akan terdeteksi
antibodi dari Treponema pallidum. Uji RPR kurang spesifik
sehingga diperlukan konfirmasi dengan uji TPHA (Treponema
Pallidum Hemagglutination).

3. Uretritis Non Spesifik


• Uretritis non spesifik (UNS) disebabkan oleh bakteri lain.
• Chlamydia trachomatis. Bahan yang diperiksa adalah sekret
duh tubuh vagina berupa lendir yang jernih sampai keruh.
• Diagnosis laboratorium dengan pewarnaan Gram ditemukan
lekosit polimorfonuklear (PMN) >5 pada pemeriksaan
mikroskopis pembesaran 1000x
Treponema Pallidum

Chlamydia Trachomatis
4. Vaginosis Bakterial

• Merupakan sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus spp penghasil H2O2


yang merupakan flora normal di dalam vagina oleh Gardnerella vaginalis dan
Mycoplasma hominis, dengan konsentrasi tinggi.
• Diagnosis laboratorium
 a. pH vagina
Menentukan pH vagina menggunakan kertas pH yang sesuai (interval 4 ­
6/7). pH pada BV biasanya berkisar antara 5 - 5.5.(nilai normal - 3.8 ­
4.2 )
 b. Odor/bau (Whiff Test)
Bau amis seperti ikan dapat dikenali dengan pemberian KOH 10% pada
sekret vagina dari spekulum; disebabkan adanya pelepasan amin,
terutama putresin dan kadaverin. KOH 10% meningkatkan intensitas
bau.
 c. Clue cells
Merupakan sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina
sehingga memberikan gambaran granular dengan batas sel tidak jelas
karena melekatnya bakteri batang atau kokus kecil
5. Kandidiasis
• Diagnosis laboratorium pemeriksaan
mikroskopik sekret vagina dengan sediaan
basah KOH 10% atau dengan pewarnaan
Gram. Bentuk invasif terlihat berbentuk ragi
(yeast form)
 Blastospora bentuk lonjong
 Sel tunas
 Pseudohifa, seperti sosis panjang
bersambung
 Kadang-kadang hifa asli bersepta
Dalam pewarnaan Gram bentuk ragi kandida
bersifat positif
Candida albicans
6. Trikomoniasis
• Diagnosis laboratorium, sediaan basah
dengan bahan berupa apusan forniks
posterior dan anterior yang diambil dengan
lidi kapas atau sengkelit steril lalu dilarutkan
dalam larutan garam fisiologis dan dilihat
ada tidaknya T. vaginalis.
• Untuk mempertajam hasil diagnosis
laboratorium cairan sekret serviks juga
diperiksa dengan metoda uji gene probes.
Trichomonas vaginalis
Analisa cairan semen

Tujuan pemeriksaan semen adalah untuk mendapatkan


informasi objektif mengenai kualitas dan kuantitas semen
yang merupakan bagian terpenting dalam mendiagnosis
infertilitas pria.

Analisis semen juga diperlukanuntuk kepentingan forensik


dengan mendeteksi antigen semen poliomorfik dengan
antibodi monoklonal atau dengan sidik DNA dan DNA typing
untuk evaluasi efektifitas vasektomi dan penentuan kerserasian
sperma dalam prosedur inseminasi bantuan.
Persiapan pasien :
• Abstinensia selama 3-5 hari.
• Catat riwayat penyakit terdahulu : mumps, penyakit
akut dan demam yang lama penyakit sistemik
(DM), riwayat pembedahan, trauma testis,
kontaminasi dengan zat toksin atau bahan kimia,
panas yang berlebihan, pengobatan dengan anabolik
steroid, alergi, kebiasaan memakai tembakau,
alkohol.
• Melakukan pemeriksaan fisik terhadap penis, meatus
uretra, ada tidaknya varikokel, memeriksa tanda
tanda seks skunder dan
Analisis Sperma (sambungan)
 Penampungan Sperma
 Setelah abstinensi (pantang) minimal 2 hari, sebaiknya 5 hari
spesimen diperoleh dengan cara masturbasi, yang sedapat-
dapatnya dilakukan laboratorium ditempat terpisah. Cara ini
lebih baik daripada cara coitus interruptus.
 Seluruh spesimen ditampung dalam tempat yang bersih dan
sebaiknya diperiksa dalam waktu 1 jam setelah penampungan
 Hindarkan kontaminasi dan kenaikan suhu spesimen melampaui
suhu kamar (25-32°C).
 Disamping nama, waktu pengambilan spesimen perlu
dicantumkan pada etiket.
 Hindarkan kontaminasi oleh detergent dan lubricant atau zat
spermicidal dalam kondom.
 Apabila menggunakan kondom harus dicuci sebelum
digunakan.
Pemeriksaan semen meliputi :
• Tes Makroskopis : volume,warna,bau,
viskositas,/konsistensi, likufaksi, (pencairan)
• Tes Mikroskopis : jumlah sperma, motilitas,
morfologi, aglutinasi, jumlah lekosit
• Tes kimia : Tes fruktosa, hitung sperma immatur
• Tes khusus : Antibodi terhadap sperma, tes
fungsi sperma, tes penetrasi sperma, tes
biokimia, evaluasi endokrin
Persiapan sampel
Sampel diambil dengan cara masturbasi, ditampung dalam wadah yang bersih,
Cairan semen segera diperiksa dalam waktu 1 jam
Tes Makroskopis ;
Warna : lihat warna yang dilihat
 Normal putih keabu-abuan atau putih
Volume : diukur dengan gelas ukur
 Normal 1,5-5 ml
Bau : spesimen segar mempunyai bau yang khas
 Normal : khas
pH : diukur pH meter
 Normal : 6,1-10,0
Viskositas : aspirasi sampel kedalam pipet 5 ml dan kemudian biarkan menetes
karena gaya gravitasi dan ukur panjang benang tetesan dalam cm
 Normal : 3 cm
Liquafaksi : Liqufaksi sperma normal pada suhu ruangan terjadi dalam 30 menit.
Catat waktu sperma menjadicair
 Nilai normal : 10-20 menit dan lengkap dalam 30 menit
Tes Mikrosokopis
• Motilitas
Kategori motiltas : spermatozoa bergerak cepat dan lurus kedepan
Gerakannya terlambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak beraturan
Tidak bergerak maju
Tidak ada gerakan sama sekali
• Sperma diencerkan dengan larutan formalin bikarbonat supaya sperma
tidak bergerak lagi sehingga mudah dihitung
• Cara menghitung sama dengan perhitungan lekosit dalam kamar hitung
• Morfologi : spermatozoa difiksasi kemudian di warnai dengan giemsa
atau fuchsin untuk mempermudah melihat morfologi spermatozoa yang
abnormal
• Morfologi spermatozoa
• Aglutinasi : dilihat dibawah mikroskop
Catat rata² spermatoozoa yang berlekatan
• Hitung lekosit : dilakukan bersamaan dengan penghitungan
spermatozoa.
Nilai normal :
• Jumlah spermatozoa : > 20.106/mm3
• Motilitas : > 50%
• Morfologi normal > 30%
• Aglutinasi : < 2%
• Eritrosit/lekosit : (-)
3. MORPHOLOGY
- PREPARE THE SMEAR
- STAIN WITH : GIEMSA, FUCHSIN. ETC
- + 200 SP EXAMINE 200X
TAIL HEAD
3-6mm

50 - 70 m m NECK
ABNORMAL :
IMMATURE SPERMATOZON
(SPERMATID)
PIN HEAD

GIANT HEAD

ACUTE TAPERING FORM

AMORPHOUS FORM

DOUBLE HEAD

DOUBLE TAIL

CONSTRICTED HEAD

NOTES : TAIL ON ALL FORMS ARE DISPROPORTIONAL SHORT


A G G R E G AT I O N

HEAD TO HEAD

HEAD TO TAIL

TAIL TO TAIL

NECK TO NECK

HEAD TO NECK

NECK TO TAIL
Analisis Sperma

Nilai Normal Unit


Jumlah 2–5 ml
pH 7.0 – 7.7 %
Warna Putih kekuning-kuningan %
Kekentalan Kental, segera membeku %
Bau Khas /ml
Pencairan Dalam waktu 20-60 menit /µl
Pergerakan > 50 %
-Aktif < 30 %
-Lemah < 20 +/-
-Tak bergerak 60-150 juta mg/dl
Jumlah sperma < 100
Jumlah Lekosit > 60
Morfologi < 30
-Abnormal Negatif
Aglutinasi 200 - 400
Fruktose

Anda mungkin juga menyukai