Anda di halaman 1dari 30

UNIVERSAL PRECAUTION SEBAGAI

PENGENDALIAN INFEKSI DAN PENGELOLAAN SAMPAH

NAMA :ADIESTY ADELLIA


NIM : P0 5140320 001
PRODI : D4 KEBIDANAN+PROFESI
UNIVERSAL PRECAUTION
Kewaspadaan universal (Universal precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi
yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
dengan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi
menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan
(Nursalam,2007).

Menurut Departemen Kesehatan RI (Anonim,2010), dasar kewaspadaan universal ini


meliputi cuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung
diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang
lain, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah
perlukaan, serta pengelolaan limbah. Dalam menggunakan kewaspadaan universal petugas
kesehatan memberlakukan semua pasien sama dengan menggunakan prinsip ini, tanpa
memandang penyakit atau diagnosanya dengan asumsi bahwa setiap pasien memiliki
resiko akan menularkan penyakit yang berbahaya.
Kewaspadaan universal berlaku untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali keringat),
luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi
risiko penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui
atau tidak diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas
pakai, dan spuit) di dalam system pelayanan kesehatan.
CAIRAN TUBUH YANG PERLU DIWASPADAI
• Cairan Semen • Cairan limfa
Cairan yang mempunyai fungsi untuk Cairan limfe mengandung sel-sel darah
mengantarkan sel-sel sperma dalam putih yang berfungsi mematikan kuman
membuahi sel telur. penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
• Cairan vagina • Cairan cerebrospinal
Campuran cairan dan sel vagina yang Cairan serebrospinal mengalir dalam
bervariasi dari keputihan dan lengket untuk ventrikel otak, batang otak, dan sekitar saraf
dibersihkan dan berair, kemungkinan terkait tulang belakang. Cairan ini memiliki sifat
dengan bau. antibakteri yang menghambat pertumbuhan
• Cairan ketuban dan perkembangan bakteri
Cairan yang melindungi dan menopang saat • Cairan synovial
janin tumbuh di dalam rahim. Merupakan cairan kental yang berfungsi
untuk melumasi sendi-sendi tubuh sehingga
mudah bergerak
• Cairan pleura dan peritoneal
• Cairan pericardial
• Darah
ALAT PELINDUNG DIRI

01 SARUNG TANGAN 03 GAUN PELINDUNG

PELINDUNG KACA
02 WAJAH(MASKER)
04 MATA(EYEWEAR)
SARUNG TANGAN

● Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan


dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda
yang terkontaminasi. Sarung tangan harus selalu dipakai oleh
setiap petugas sebelum kontak dengan darah atau semua jenis
cairan tubuh. Jenis sarung tangan yang dipakai di sarana
kesehatan, yaitu :
Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didesinfeksi
tingkat tinggi dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit
dan selaput lendir. Misalnya tindakan medis pemeriksaaan
dalam, merawat luka terbuka.
● Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan
harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak ada sarung
tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang
didesinfeksi tingkat tinggi.
● Sarung tangan rumah tangga adalah sarung tangan yang terbuat
dari latex atau vinil yang tebal. Sarung tangan ini dipakai pada
waktu membersihkan alat kesehatan, sarung tangan ini bisa
dipakai lagi bila sudah dicuci dan dibilas bersih. Sarung tangan
ini harus selalu dipakai pada saat melakukan tindakan yang
kontak atau diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah,
cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien
dan benda terkontaminsi.
PELINDUNG WAJAR(MASKER)

Pemakaian pelindung wajah ini dimaksudkan untuk


melindungi selaput lendir hidung, mulut selama melakukan
perawatan pasien yang memungkinkan terjadi percikan darah
dan cairan tubuh lain. Langkah – langkah pemakaian masker
(Potter & Perry, 2005) sebagai berikut :
1. Ambil bagian tepi atas masker (biasaanya sepanjang
tepi tersebut / metal yang tipis).
2. Pegang masker pada dua tali atau ikatan bagian atas.
Ikatan dua tali atas pada bagian atas belakang kepala
dengan tali melewati atas telinga.
3. Ikatkan dua tali bagian bawah pas eratnya sekeliling
leher dengan masker sampai kebawah dagu.
4. Dengan lembut jepitkan pita metal bagian atas pada
batang hidung.
GAUN PELINDUNG

Gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakaian kerja. Jenis


bahan sedapat mungkin tidak tembus cairan. Tujuan pemakaian
gaun pelindung adalah untuk melindungi petugas dari
kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh
lain. gaun pelindung harus dipakai apabila ada indikasi seperti
halnya pada saat membersihkan luka, melakukan irigasi,
melakukan tindakan drainase, menuangkan cairan
terkontaminasi ke dalam lubang wc, mengganti pembalut,
menangani pasien dengan perdarahan masif.
TINDAKAN PENCEGAHAN TAMBAHAN

Pencegahan tambahan digunakan selain untuk kewaspadaan


universal untuk pasien yang diketahui atau diduga memiliki kondisi
menular, dan bervariasi tergantung pada pengendalian infeksi
diperlukan pasien tersebut. Tindakan pencegahan tambahan tidak
diperlukan untuk infeksi melalui darah, kecuali ada komplikasi.
Kondisi menunjukkan tindakan pencegahan tambahan:
1. Penyakit dengan transmisi udara (misalnya, TBC)
2. Penyakit dengan transmisi tetesan (misalnya, gondok, rubella,
influenza, pertusis)
3. Transmisi melalui kontak langsung maupun tidak langsung
dengan kulit kering (misalnya, kolonisasi dengan MRSA) atau
permukaan yang terkontaminasi atau kombinasi di atas.
STANDAR KEWASPADAAN

1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh
dan membran mukosa
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh
mungkin memercik
4. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan
tahan air
7. Proses instrumen dengan benar
8. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan
dengan seksama
PROSEDUR PENCEGAHAN INFEKSI

1. Cuci tangan
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang penting.
Cuci tangan harus dilakukan dengan benar , sebelum
melakukan tindakan. Sarana untuk cuci tangan :
a. Air mengalir
b. Sabun dan detergan
c. Larutan anti septic
2. Alat pelindung diri (APD)
Adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja
dari kecalakaan atau penyakit yang serius ditempat kerja
akibat kontak dengan potensi bahaya. Jenis pelindung APD
antara lain : sarung tangan,masker (pelindung wajah),
kacamata (pelindung mata), penutup kepala (kap), gaun
pelindung, alas kaki (pelindung kaki).
PENGELOLAAN ALAT BEKAS PAKAI
Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi
steril dan siap pakai. Semua alat, bahan dan obat yang akan
dimasukan ke dalam jaringan di bawah kulit harus dalam
keadaan steril. Dalam Universal Precaution tidak
direkomendasikan:
1. Sterilisasi panas kering karena tergantung listrik &
waktu yang lama
2. Sterilisasi kimia karena waktu yang lama &
glutaraldehid-beracun
3. Merebus instrument karena merupakan bentuk dari
DTT
4. Menyimpan instrumen dalam antiseptik cair karena
tidak efektif
5. “Membakar” instrument tidak efektif
Proses penatalaksanaan pengelolaan alat bekas pakai melalui 4
tahap kegiatan yaitu :
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme
patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk
pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah
pertama bagi pengelolaan pencemaran lingkungan, seperti
misalnya tumpahan darah atau cairan tubuh
2. Pencucian
Pembersihan dengan cara mencuci adalah menghilangkan
segala kotoran yang kasat mata dari benda dan permukaan
benda dengan sabun atau detergen, air dan sikat.
3. Sterilisasi atau DTT
4. Penyimpanan.
Pengelolaan Alat Tajam

Penyebab utama HIV adalah terjadinya kecelakaan kerja


seperti tertusuk jarum atau alat tajam yang tercemar.
1. Membuang benda tajam
2. Buang jarum dan spuit segera setelah digunakan
diwadah benda tajam yang tahan tusukan
3. Isi wadah Jangan melebihi ketinggian tiga perempat
penuh
4. Insinerasi wadah pembuang benda tajam
Pengolahan Limbah
Limbah dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas:
1. Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang
tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai
resiko rendah. yakni sampah-sampah yang dihasilkan dari kegiatan
ruang tunggu pasien, administrasi.
2. Limbah medis bagian dari sampah rumah sakit yang berasal dari
bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya disebut sebagai limbah beresiko tinggi. Beberapa limbah
medis dapat berupa: limbah klinis, limbah laboratorium, darah atau
cairan tubuh yang lainnya, material yang mengandung darah seperti
perban, kassa dan benda-benda dari kamar bedah, sampah organik,
misalnya potongan tubuh, plasenta, benda-benda tajam bekas pakai
misal jarum suntik.
Pencegahan HIV dalam Kondisi Darurat

1. Penyuntikan yang aman


2. Minimalkan kebutuhan menangani jarum dan spuit
3. Gunakan spuit dan jarum steril sekali pakai untuk setiap
penyuntikan
4. Tangani spuit dan jarum dengan aman
5. Tata ruang kerja untuk mengurangi risiko cedera
6. Gunakan vial dosis tunggal sebagai ganti vial multi dosis
7. Jika vial adalah untuk multi dosis, hindari meninggalkan jarum di
karet penutup vial
8. Setelah dibuka, simpan vial multi dosis di kulkas
9. Jangan menutup kembali jarum
10. Posisikan dan peringatkan pasien dengan benar untuk
penyuntikan
11. Praktekkan pembuangan limbah tajam medis yang aman
Penanganan Sampah Secara Medis

A. Pengertian
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia
menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam
sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-
produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
tersebut berlangsung.
Definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disukai atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari proses kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang disebut sebagai sampah medis
adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan
kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi
manusia, yakni pasien maupun masyarakat.
JENIS LIMBAH MEDIS
1. Limbah infeksius
Limba medis infeksius adalah limbah yang mengandung
darah atau cairan tubuh yang biasanya berasal dari prosedur
medis tertentu, seperti operasi atau pengambilan sampel di
laboratorium.Limbah ini juga bisa berasal dari berbagai
bahan sekali pakai yang digunakan untuk menyerap darah
atau cairan tubuh, seperti kain kasa atau selang infus.Baik
darah maupun cairan tubuh, seperti air liur, keringat, dan
urine, bisa saja mengandung bakteri, virus, maupun sumber
penyakit lain yang bisa menular. Oleh karena itu, limbah ini
disebut sebagai limbah infeksius.
2. Limbah patologis
Limbah patologis adalah limbah medis yang berupa jaringan
manusia, organ dalam tubuh, maupun bagian-bagian tubuh
lainnya. Limbah ini biasanya dihasilkan setelah prosedur
operasi dilakukan.
3. Limbah benda tajam
Pada beberapa prosedur perawatan penyakit, alat-alat yang
tajam seperti jarum suntik, pisau bedah sekali pakai,
maupun silet akan digunakan. Bekas alat yang tajam
tersebut, harus dibuang di kotak tersendiri berwarna kuning
terang dan bertuliskan khusus untuk benda tajam. Perlakuan
untuk limbah medis yang satu ini memang perlu dilakukan
dengan sangat hati-hati.
4. Limbah kimia
Selain yang bersifat biologis, limbah medis juga bisa
bersifat kimia. Contoh limbah kimia dari fasilitas kesehatan
adalah cairan reagen yang digunakan untuk tes
laboratorium dan sisa cairan disinfektan.
5. Limbah farmasi
Limbah medis yang satu ini juga perlu dikelola dengan baik.
Sebab jika dibuang sembarangan, maka bukan tidak mungkin
ada orang-orang tak bertanggung jawab yang
menyalahgunakannya. Contoh limbah farmasi di fasilitas
kesehatan adalah obat-obat yang sudah kedaluwarsa, maupun
yang sudah tidak layak konsumsi karena adanya kontaminasi.
Selain obat, vaksin yang tak terpakai juga masuk sebagai
kategori limbah farmasi.
6. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah buangan atau sisa produk dari
barang-barang beracun yang sifatnya sangat berbahaya karena
bisa memicu kanker hingga menyebabkan mutasi gen. Contoh
limbah sitotoksik adalah obat yang digunakan untuk
kemoterapi.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah limbah yang berasal dari prosedur
radiologi, seperti rontgen, CT Scan, maupun MRI. Limbah
tersebut bisa berupa cairan, alat, maupun bahan lain yang
digunakan yang sudah terpapar dan bisa memancarkan
gelombang
8. Limbah biasa
Sebagian besar limbah medis merupakan limbah biasa yang
dihasilkan dari kegiatan harian di fasilitas kesehatan rumah
sakit, seperti makanan untuk pasien, bungkus plastik alat medis,
dan lain-lain.
RISIKO LIMBAH MEDIS

Jika tidak dikelola dengan benar, limbah medis bisa


membahayakan, terutama bagi para petugas medis dan petugas
kebersihan rumah sakit. Berikut ini beberapa risiko yang mungkin
timbul.
1. Luka atau sayatan akibat tertusuk jarum suntik bekas atau
pisau bedah bekas
2. Paparan racun yang membahayakan kesehatan
3. Luka bakar kimiawi
4. Peningkatan, polusi udara apabila limbah medis
dimusnahkan dengan cara dibakar
5. Risiko terkena paparan radiasi berlebih tanpa pengaman
6. Peningkatan risiko penyakit berbahaya seperti HIV dan
hepatitis
PRINSIP PENANGANAN SAMPAH

○ Reduce (Mengurangi)
○ Reuse (Memakai kembali)
○ Recycle (Mendaur ulang)
○ Replace ( Mengganti)
Berdasarkan peraturan tersebut, limbah yang termasuk dalam limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3), harus menjalani tahap-tahap
khusus sebelum dibuang. Berikut ini beberapa poin singkat yang
secara umum tertulis di dalam payung hukum tersebut.
● Limbah infeksius dan benda tajam perlu melalui proses sterilisasi
terlebih dahulu sebelum akhirnya dibakar menggunakan alat
khusus dan dibuang.
● Limbah farmasi padat dalam jumlah besar, harus dikembalikan
kepada distributor. Sementara jika jumlahnya kecil atau tidak
memungkinkan untuk dikembalikan, harus dihancurkan atau
diserahkan ke perusahaan khusus pengolahan limbah B3.
● Limbah sitotoksik, logam maupun kimiawi harus diolah dengan
cara khusus sebelum dibuang. Bila fasilitas kesehatan tidak
mampu melakukannya, limbah harus diserahkan kepada
perusahaan khusus pengolahan limbah B3.
● Limbah kimia dalam bentuk cair harus disimpan dalam kontainer
yang kuat.
● Limbah medis yang berbentuk cair tidak boleh dibuang langsung
ke saluran pembuangan.
Berikut ini tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam
pengelolaan sampah sebagai berikut.
● Penimbunan ( Pemisahan dan Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan
proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus
mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan
sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan
limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti baterai bekas,
bekas toner, dan sebagainya), dan non B3 serta menghindari
penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label
yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya,
petugas dan pembuangan.
● Penampungan
Penampungan sampah ini merupakan wadah yang memiliki sifat
kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek
atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.
● Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan
intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik
penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator
(pengolahan on-site).
● Pengolahan dan Pembuangan
Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang
sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai
dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku
dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat
Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) adalah :
1. Incinerasi
2. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi
uap jenuh C) bersuhu 121
3. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa
ethylene oxide atau formaldehyde)
4. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding
(menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)
5. Inaktivasi suhu tinggi
6. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)
7. Microwave treatment
8. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk
atau ukuran sampah)
9. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk
mengurangi volume yang terbentuk

Anda mungkin juga menyukai