Anda di halaman 1dari 46

PERBANDINGAN PANJANG AKSIAL MATA PADA PENDERITA

MIOPIA DENGAN EMETROPIA DI POLIKLINIK MATA


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018

ZATA SABRINA
NPM. 14310239

Penguji : dr. Helmi Muchtar, Sp. M


Pembimbing I : dr. Rahmat Syuhada, Sp.M
Pembimbing II : dr. Ade Utia Detty
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Penglihatan merupkan indera yang sangat penting dalam


menentukan kualitas hidup manusia. Indera penglihatan yang
dimaksud adalah Mata. Tanpa mata, manusia mungkin tidak
dapat melihat sama sekali, apabila mata mengalami kelainan
maka penglihatan akan menjadi kabur dan sulit memfokuskan
bayangan dengan jelas salah satu kelainannya adalah Miopia
Latar Belakang
Miopia atau rabun jauh merupakan kelainan refraksi dimana sinar-
sinar sejajar dengan sumbu penglihatan yang datang dari jarak tak
terhingga sehingga difokuskan di depan retina. Kejadian kelainan
refraksi termasuk miopia didunia dan Indonesia terus meningkat Pada
tahun 2014 prevalensi penderita gangguan penglihatan yang meliputi
ametropia (miopia,hipermetropia atau astigmatisme) diperkirakan
mencapai 43% orang dari total populasi di dunia. Di Indonesia
prevalensi kelainan refraksi 12,9% pada tahun 2013. di provinsi
lampung kemampuan penglihatan rendah pada usia Produktif (15-54
tahun) sebesar 1,49%
RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbandingan panjang aksial mata


pada penderita miopia dengan emetropia?
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian

Tujuan
TujuanUmum
Umum Tujuan
TujuanKhusus
Khusus
Manfaat penelitian

Manfaat Bagi Peneliti


Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan
Manfaat Bagi Rumah sakit
Manfaat Bagi Masyarakat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Miopia

Miopia atau rabun jauh adalah kelainan refraksi yang


terjadi akibat dari kornea atau lensa berkekuatan lebih
atau bola mata terlalu panjang maka titik fokus sinar
dibiaskannya akan terletak di depan retina.
Klasifikasi

Bentuk miopia dikenal beberapa klasifikasi diantaranya


1. Miopia Refraktif
Merupakan miopia yang terjadi karena bertambahnya indeks bias
media penglihatan.
2. Miopia Aksial
miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.
Faktor Resiko Miopia

Faktor resiko yang terjadi pada miopia yaitu :

1. Faktor keturunan
penelitian ginekologi telah memberikan banyak bukti bahwa faktor
keturunan merupakan etiologi utama terjadinya miopia. Cara transmisi
dari miopia adalah autosomal resesif, autosomal dominan dan derajat
miopia yang diturunkan ternyata bervariasi.
2. Faktor perkembangan
faktor prenatal dan perinatal berperan menyebabkan miopia. penyakit ibu
yang dikaitkan dengan penderita miopia kongenital adalah hipertensi
sistemik, toksimia dan penyakit retina.

3. Ras/Etnis
orang asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih besar daripada orang
Eropa dan Amerika.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang timbul adalah
1. Menurunnya penglihatan jauh, bahkan dengan koreksi
refraksi, sering dijumpai penurunan kemampuan untuk
melihat dengan jelas.
2. Penderita merasa tidak nyaman ketika menggunakan
lensa koreksi, tetapi juga tidak dapat melakukan
aktivitas tanpa kacamata
3. Sering dijumpai degenerasi viterus
Diagnosa
Untuk mendiagnosa miopia dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan pada mata anatara lain :
1. Refraksi subyektif
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan optotipe Snellen.

2. Refraksi Obyektif
a. Pemeriksaan oftalmoskopi direk bertujuan untuk melihat
kelainan dan keadaan fundus okuli.
b. Pemeriksaan streak retinoskopi bertujuan untuk mengamati
refleks fundus
Penatalaksanaan

Pada penderita miopia dapat dikoreksi dengan


menggunakan alat atau tindakan antara lain :

1. Kacamata
2. Lensa kontak
3. Melakukan pembedahan
Emetropia

Emetropia adalah keadaan dimana sinar yang sejajar


atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik mata
tepat pada daerah makula lutea tanpa akomodasi. Pada mata
emetropia, terdapat keseimbangan antara kekuatan
pembiasan sinar dengan panjang bola mata.
Panjang Aksial

Panjang aksial mata atau panjang sumbu bolamata


adalah jarak anterior dari posterior bola mata, yaitu dari
mulai tear film hingga retina pigment epithelium (RPE.I).
Pemeriksaan Ultrasonografi Biometri
Pada pemeriksaan USG Biometry mata dijalankan
dengan mengirimkan pecahan-pecahan mikrodetik
gelombang frekuensi tinggi dari suatu transduser ke
dalam bola mata dan orbita.
Terdapat 2 macam pemeriksaan Biometri :
1.A-scan : Hasil berupa Grafik
2.B-scan : Hasil berupa Gambaran
Kerangka Teori
Panjang Aksial Mata

Indeks Bias Mata


Panjang Bola Mata Kelengkungan Kornea
Lebih

Emetropia Miopia

: yang tidak diteliti

: yang diteliti
Variabel independen Variabel dependen

Emetropia Panjang aksial


mata
Miopia

Kerangka Konsep
BAB III

METODE PENELITIAN
JENIS PENELITIAN Deskriptif Analitik

RANCANGAN PENELITIAN Case control

LOKASI PENELITIAN RS. Pertamina Bintang


Amin Husada Bandar
Lampung
Seluruh Pasien Miopia Usia
POPULASI 18-35 di poliklinik Mata RS.
Pertamina Bintang Amin

SAMPEL 35 pasien
TEKNIK PENGAMBILAN
SAMPEL Purposive sampling
Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria Inklusi:
1. Pasien dengan diagnosa Miopia oleh dokter
2. Pasien usia 18-35 tahun
3. Pasien yang bersedia diteliti dan mengisi informed consent

Kriteria Ekslusi
4. Pasien pasca operasi
5. Pasien yang terdapat penyakit lainnya (hipertensi)
Metode Pengumpulan Data

1. Data primer: lembar observasi berupa


lembar isian untuk melihat panjang aksial
mata

2. Data sekunder: Rekam Medis pasien Miopia


Definisi Operasional
NO Variabel Definisi operasional Alat Cara ukur Skala ukur hasil
ukur
1 Panjang Panjang sumbu orbita Ultrason Observasi Nominal 1 : >22,6-24
aksial mata terhadap fokus media ografi 2 : >24
refrakta
2 Miopia Rabu jauh dimana titik Refrakto Observasi Nominal
fokus sinar yang meter
dibiaskannya akan
terletak di depan
retina
3 Emetropia Keadaan mata dengan Refrakto Observasi Nominal
kemampuan refraksi meter
normal
Instrumen Penelitian
1. Refraktometer
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut.
Misalnya gula, garam, protein, dan sebagainya. Prinsip
kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya
adalah memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer
ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari
German pada permulaan abad 20 (Anonim, 2010).
2. Ultrasonografi Biometry
Uktrasonografi merupakan pemeriksaan non invasi
tidak menyakitkan dan tidak merusak jaringa.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksin batas-batas dan
karakteristik jaringan lunak mata dan orbita.
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang
ultrasonik dengan frekuensi tinggi yang dipancarkan
oleh transuder, yang kemudian menerima
gelombang pantulan jaringan mata.
PASIEN POLIKLINIK MATA
Kerangka Penelitian
PEMERIKSAN
REFRAKTOMETER

KRITERIA INKLUSI

MIOPIA EMETROPIA

INFORMED CONSENT

PEMERIKSAAN USG BIOMETRI A-


SCAN

HASIL PENELITIAN
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan pada pasien di Poliklinik Mata
RS. Pertamina Bintang Amin Husada Bandar Lampung
pada bulan Maret tahun 2018, dengan jumlah sebanyak
35 orang pada kelompok miopia dan 35 orang pada
kelompok emetropia.
Analisis Univariat
Analisis Univariat
1. Distribusi Frekuensi Usia pada penderita Miopia
Umur Frekuensi Persentase (%)
17-25 Tahun 28 80.0 %
26-35 tahun 7 20.0 %
Total 35 100 %

2. Distribusi Frekuensi Usia pada Penderita Emetropia


Umur Frekuensi Persentase (%)
17-25 Tahun 28 80.0 %
26-35 tahun 7 20.0 %
Total 35 100 %
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Penderita Mioipa
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-Laki 16 45,7 %
Perempuan 19 54,3 %
Total
Distribusi Frekuensi 100 %
35 Penderita Emetropia
Jenis Kelamin Pada

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-Laki 22 62,9 %
Perempuan 13 37,1 %
Total 35 100 %
Distribusi frekuensi Panjang Aksial Dextra Pada penderita Miopia
Panjang Aksial Dextra Frekuensi Persentase (%)
>22,6-24 16 45,7 %
>24 19 54,3 %
Total 35 100 %
Distribusi frekuensi Panjang Aksial SinistraPada penderita Miopia

Panjang Aksial Dextra Frekuensi Persentase (%)


>22,6-24 14 40 %
>24 21 60 %
Total 35 100 %
Distribusi Frekuensi Panjang Aksial Dextra Pada Penderita Emetropia
Panjang Aksial Dextra Frekuensi Persentase (%)
>22,6-24 33 94,3 %
>24 2 5,7 %
Total 35 100 %
Distribusi Frekuensi Panjang Aksial Dextra Pada Penderita Emetropia
Panjang Aksial Dextra Frekuensi Persentase (%)
>22,6-24 29 82,9 %
>24 6 17,1 %
Total 35 100 %
Analisis Bivariat
Perbandingan Panjang Aksial Mata Dextra Pada Penderita Miopia
Dengan Emetropia

Mean Asymp. Sig


Kelompok N SD
(min-maks) (2-tiled)
Panjang
Aksial Miopia 35 24,1 (22,78-25,76) 0,71
Mata Emetropia 0,41
0,000
35 23,4 (22,5-24,08)
Perbandingan Panjang Aksial Mata Sinistra Pada Penderita Miopia Dengan
Emetropia

Mean Asymp. Sig


Kelompok N SD
(min-maks) (2-tiled)
Panjang
Aksial Miopia 35 24,2 (22,93-25,96) 0,71
Mata Emetropia 0,47
0,000
35 23,5 (22,22-24,05)
Pembahasan
1. Perbandingan Panjang Aksial Mata Dextra Pada Penderita Miopia
Dengan Emetropia

Terdapat perbandingan antara panjang aksial mata dextra pada penderita


Miopia dengan Emetropia dengan Asymp. Sig (2-tiled) 0,000 (p<0,05).
2. Perbandingan Panjang Aksial Mata Sinistra Pada Penderita
Miopia Dengan Emetropia

Terdapat perbandingan antara panjang aksial mata Sinistra pada


penderita Miopia dengan Emetropia dengan Asymp. Sig (2-tiled)
0,000 (p<0,05). Penelitian ini sejalan dengan Teori Ilyas (2009)
Miopia aksial itu sendiri disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih
panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta , dengan
panjang sumbu orbita >24. dengan normalnya panjang sumbu
orbita Pada emetropia ± 22,6
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Dari 35 orang penderita miopia, mayoritas pada usia 17-25 tahun
sebanyak 28 orang, pada usia 26-35 tahun sebanyak 7 orang, dan
dari 35 orang penderita emetropia mayoritas pada usia 17-25 tahun
sebanyak 28 orang, pada usia 26-35 tahun sebanyak 7 orang.
2. Dari 35 orang penderita miopia, mayoritas pada panjang axis dextra
> 24 sebanyak 19 orang (54,3%), dan panjang axis sinistra > 24
sebanyak 21 orang (60%).
3. Dari 35 orang penderita emetropia, mayoritas pada panjang axis
dextra > 22,6 – 24 sebanyak 33 orang (94,3%), dan panjang axis
sinistra > 22,6 – 24 sebanyak 29 orang (82,9%).
4. Terdapat perbandingan yang signifikan rerata panjang
aksial mata dextra pada kelompok miopia dengan
kelompok emetropia, dimana hasil uji statistik
diperoleh Asymp. Sig (2-tiled) sebesar 0,000 < 0,05.
Begitu pula pada sinistra, terdapat perbandingan yang
signifikan rerata panjang aksial mata sinistra pada
kelompok miopia dengan kelompok emetropia,
dimana hasil uji statistik Mann-Whitney diperoleh
Asymp. Sig (2-tiled) sebesar 0,000 < 0,05.
Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan suatu acuan untuk
menambah wawasan peneliti mengenai Perbandingan Panjang
Aksial Mata Pada penderita Miopia dengan Emetropia
2. Bagi Tempat Penelitian
Dapat Dianjurkannya lebih lengkap lagi dalam
pendokumentasian hasil pemeriksaan sehingga
mempermudah menganalisis hasil pemeriksaan mata dan
mempermudah penelitian selanjutnya
3. Bagi Masyarakat
Disarankan agar bagi penderita miopia ringan dapat
melakukan pemeriksaan mata lebih dini dengan rutin,
dengan demikian, akomodasi yang terlalu berlebihan dapat
dikurangi dan secara tidak langsung dan dapat mengurangi
insidensi miopia yang lebih parah.

Anda mungkin juga menyukai