Uraian :
1.sirosis mikronodular : ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam
septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata tersebut seluruh lobul.
Sirosis mikronodular besar nodulnya sampai 3 mm, sedangkan sirosis makronodular
ada yang berubah menjadi makronodular sehingga dijumpai campuran mikro dan
makronodular.
2. sirosis makronodula ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan
bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi ada nodul besar
didalamnya ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau terjadi regenerasi
parenkim.
3. sirosis campuran umumnya sirosis hati adalah jenis campuran ini.
C.Klasifikasi Fungsional
1. Hipertensi Portal
Akibat dari berubahnya tekanan osmotic di dalam vaskuler, pasien dengan sirosis
hepatis dekompensata mengalami peningkatan aliran limfatik hepatik. Akibat terjadinya
penurunan onkotik dari vaskuler terjadi peningkatan tekanan sinusoidal Meningkatnya
tekanan sinusoidal yang berkembang pada hipertensi portal membuat peningkatan
cairan masuk kedalam perisinusoidal dan kemudian masuk ke dalam pembuluh limfe.
Namun pada saat keadaan ini melampaui kemampuan dari duktus thosis dan cisterna
chyli, cairan keluar ke insterstitial hati. Cairan yang berada pada kapsul hati dapat
menyebrang keluar memasuki kavum peritonium dan hal inilah yang mengakibatkan
asites. Karena adanya cairan pada peritoneum dapat menyebabkan infeksi spontan
sehingga dapat memunculkan spontaneus bacterial peritonitis yang dapat mengancam
nyawa pasien
3 Hepatorenal Syndrome
Kegagalan hati
Hipertensi portal
Ascites
Ensefalopati
Peritonitis bakterial spontan
Sindrom hepatorenal
Keganasan
Diagnosis
Pada pemeriksaan fisis, kita dapat menemukan adanya
pembesaran hati dan terasa keras, namun pada stadium
yang lebih lanjut hati justru mengecil dan tidak teraba.
Untuk memeriksa derajat asites dapat menggunakan
tes-tes puddle sign, shifting dullness, atau fluid wave.
Tanda-tanda klinis lainnya yang dapat ditemukan pada
sirosis yaitu, spider telangiekstasis (Suatu lesi vaskular
ang dikelilingi vena-vena kecil), eritema palmaris
(warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan), caput medusa, foetor hepatikum (bau yang
khas pada penderita sirosis), dan ikterus
Diagnosis
Tes laboratorium juga dapat digunakan untuk
membantu diagnosis, Fungsi hati kita dapat
menilainya dengan memeriksa kadar
aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil
transpeptidase, serum albumin, prothrombin
time, dan bilirubin. Serum glutamil oksaloasetat
(SGOT) dan serum glutamil piruvat transaminase
(SGPT) meningkat tapi tidak begitu tinggi dan juga
tidak spesifik.
Diagnosis
Pemeriksaan radiologis seperti USG Abdomen,
sudah secara rutin digunakan karena
pemeriksaannya noninvasif dan mudah dilakukan.
Pemeriksaan USG meliputi sudut hati, permukaan
hati, ukuran, homogenitas, dan adanya massa. Pada
sirosis lanjut, hati mengecil dan noduler,
permukaan irreguler, dan ada peningkatan
ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG juga
dapat menilai asites, splenomegali, thrombosis
vena porta, pelebaran vena porta, dan skrining
karsinoma hati pada pasien sirosis.
Penatalaksanaan
Kebanyakan penatalaksaan ditujukan untuk
meminimalisir komplikasi yang disebabkan oleh
sirosis mengingat sirosis merupakan kerusakan hati
yang ireversibel sehingga untuk memperbaiki struktur
hati sepertinya tidak dapat dilakukan.
Pengobatan firosis hati pada saat ini lebih mengarah
kepada peradangan dan tidak terhadap fibrosis. Di
masa yang akan datang, menempatkan sel stellata
sebagai target pengobatan dan mediator fibrogenik
akan merupakan terapi utama. Interferon mempunyai
aktifitas antifibrotik yang dihubungkan dengan
pengurangan aktivasi sel stellata bisa merupakan suatu
pilihan.
Penatalaksanaan
Asites diterapi dengan tirah baring total dan diawali
dengan diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak
5,2 gr atau 90mmol/hari. Diet rendah garam
dikombinasi dengan obat-obatan diureitk. Awalnya
dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200
mg sekali sehari. Respons diuretik bisa dimonitor
dengan penurunan berat badan 0,5kg/hari, tanpa
adanya edema kaki atau 1kg/hari bila edema kaki
ditemukan. Bila pemberian spironolaktine belum
adequat maka bisa dikombinasi dengan furosemide
dengan dosis 20-40 mg/hari. Parasintesis dilakukan
jika jumlah asites sangat besar.
Penatalaksanaan
Pada pasien dengan adanya ensefalopati hepatik
dapat digunakan laktulosa untuk mengeluarkan
amonia dan neomisin dapat digunakan untuk
mengeliminasi bakteri usus penghasil amonia.
Untuk perdarahan esofagus pada sebelum dan
sesudah berdarah dapat diberikan propanolol.
Waktu pendarahan akut, dapat diberikan preparat
somatostatin atau okreotid dan dapat diteruskan
dengan tindakan ligasi endoskopi atau skleroterapi.
Prognosis
Prognosis sirosis hati sangat bervariasi dipengaruhi
oleh sejumlah faktor, meliputi etiologi, beratnya
kerusakan hati, komplikasi, dan penyait lain yang
menyertai. Klasifikasi Child Pugh, juga dapat
digunakan untuk menilai prognosis pasien sirosis
yang akan menjalani operasi.