Kelompok 1 - Anfis Organ Reproduksi Pria
Kelompok 1 - Anfis Organ Reproduksi Pria
REPRODUKSI PRIA
2
B.Saluran Pengeluaran
2)Vas Deferens
Merupakan saluran berotot yang keluar dari ekor epididimis menuju ke uretra, tetapi
sebelum sampai di uretra, terjadi pelebaran saluran yang disebut ampula, diakhir
saluran ampula akan bersatu dengan saluran vesika seminalis membentuk saluran
kecil yang disebut duktus ejakulasi, duktus ini masuk kedalam prostate dan
bermuara pada uretra.
3)Duktus Eferens
Tubulus serniniferus dibagian atas lobus membentuk tubulus lurus (tubulus rectus)
dan masuk kebagian testis yang disebut Rete testis dan keluar sebagai duktus
eferens.
8
C.Kelenjar Asesoris
1)Kelenjar Vesikula Seminalis 2)Kelenjar Prostat
Kelenjar ini menyumbang 60% total Kelenjar pensekresi semen cukup besar,
volume semen. Cairan dari vesika mensekresikan secara langsung melalui
sernininalis mempunyai sifat kental saluran-saluran kecil. Cairan ini
kekuning-kuningan dan alkalis (basa). mempunyai sifat encer seperti susu dan
Cairan ini mengandung mucus, sedikit asam, serta mengandung enzim
gulaftuktosa (sumber energi bagi sperma), antikoagulan (seminin), sitrat (nutrient
enzim pengkoagulasi, asam askrobat, dan bagi sperma) .
prostaglan
9
C.Kelenjar Asesoris
3)Kelenjar Bulbouretralis / Cawper
Secara langsung tidak terlibat dalam sekresi semen, merupakan sepasang
kelenjar kecil, mensekresikan mukus bening sebelum ejakulasi, gunanya
untuk menetralkan setiap urin asam yang masih tersisa dalam uretra, juga
mengandung enzim spermin (bau khas). Kadang-kadang cairan ini juga
membawa sebagian sperma yang dibebaskan sebelum terjadinya ejakulasi.
10
Hormon Pria
A.Hormon Gonadotropin
a.Merangsang sel Sertoli
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh menghasilkan ABP (Androgen
hipotalamus berfungsi untuk merangsang Binding Protein) yang akan
kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) memacu spermatogonium untuk
agar mengeluarkan hormon FSH dan LH. memulai proses
spermatogenesis.
1)Follicle Stimulating Hormone/FSH
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
b.Merangsang sel leydig untuk
anterior (Kelenjar Pituitary)FSH
menghasilkan testosterone.
berfungsi:
11
Hormon Pria
2)Luteinizing Hormone/LH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi LH:
a.Merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
b.Pada pria, awal pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun terjadi
peningkatan tinggi dan berat badan yang relatif cepat bersamaan
dengan pertambahan lingkar bahu dan pertambahan panjang penis
dan testis. Rambut pubis dan kumis serta jenggot mulai tumbuh.
c.Pada masa ini, pria akan mengalami mimpi basah.
12
Hormon Pria
B.Testosteron
C.Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli
ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel D.Hormon Pertumbuhan
Sertoli juga mensekresi suatu protein Hormon pertumbuhan diperlukan
pengikat androgen yang mengikat untuk mengatur metabolisme
testoteron dan estrogen serta testis. Hormon pertumbuhan
membawa keduanya ke dalam cairan secara khusus meningkatkan
pada tubulus seminiferus. Kedua pembelahan awal pada
hormon ini tersedia untuk spermatogenesis.
pematangan sperma.
Proses Pembentukan Sperma
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma di dalam testis
pria. Spermatogenesis sendiri berasal dari kata “spremato” yang
memiliki arti benih, dan “genesis” yang berarti pembelahan. Pada
spermatogenesis terjadi pembelahan secara mitosis dan meiosis. Sel
sperma diproduksi di tubulus seminiferous di dalam testis. Di dalam
dinding tubulus, banyak sel yang tersebar secara acak, yang disebut
dengan sertoli. Sel ini berfungsi untuk memberikan makanan untuk sel
sperma yang belum matang
Proses spermatogenesis dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a.Spermatositogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitive dan
dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia
yang bersifat diploid (2n), berkumpul di tepi membrane epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. spermatogonia tipe A membelah secara mitosis
menjadi spermatogonia tipe B. kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel
sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid.
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan 2 sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
b.Miosis
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak
dan segera mengalami seiosis I menghasilkan spermatosit sekunder
yang memiliki kromosom haploid (n). spermatosit sekunder kemudian
membelah lagi secara meiosis II membentuk 4 buah spermatid yang
haploid.
c.Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4
fase, yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan.
Hasil akhir berupa 4 spermatozoa (sperma) matang. Ketika spermatid terbentuk
pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel epitel. Namun setelah
spermatid mulai memanjangmenjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor.
Proses Pembentukan Sperma
19
Semua spesimen semen merupakan reservoir yang potensial untuk virus HIV dan
hepatitis, dan tindakan pencegahan standar harus diamati setiap saat selama
analisis. Spesimen dibuang sebagai limbah biohazard. Analisis semen untuk
evaluasi fertilitas terdiri dari pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.
Parameter yang dilaporkan meliputi penampilan, volum, viskositas, pH,
konsentrasi dan jumlah sperma, motilitas, dan morfologi.
20
Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum
diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan
segera mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 – 20 menit. Peristiwa ini
dikatakan sperma mengalami pencairan (Likuifaksi). Likuifaksi terjadi karena
daya kerja dari enzim-enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini
disebut enzim seminim
21
1. Pengukuran Volume. Volum semen yang normal berkisar antara 2 dan 5 ml. Hal
tersebut dapat diukur dengan menuangkan spesimen ke dalam silinder bersih
yang dikalibrasi dalam skala volume 0,1 ml. Peningkatan volum dapat dilihat
setelah periode abstinensia yang lama.
2. pH semen menunjukkan keseimbangan antara nilai pH dari sekresi prostat yang
asam dan sekresi vesikula seminal yang bersifat alkali. pH harus diukur dalam 1
jam ejakulasi karena dapat terjadi penurunan CO2. pH normal semen bersifat basa
dengan rentang 7,2 hingga 8,0.
3. Bau Sperma yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik. Baunya
sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin
alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
4. Warna Sperma. Semen yang normal memiliki warna putih kelabu, tampak
translusen, dan memiliki bau basi yang khas.
22
5)Likuifaksi
Spesimen yang segar adalah semen yang ada penggumpalan dan harus mencair
dalam 30 hingga 60 menit setelah penggumpulan.
6)Viskositas (Kekentalan)
Viskositas spesimen mengacu pada konsistensi cairan dan mungkin berhubungan
dengan likuifaksi spesimen. Spesimen yang mengalami likuifaksi secara tidak lengkap
bersifat menggumpal dan sangat kental. Spesimen semen yang normal harus mudah
ditarik ke dalam pipet dan membentuk tetesan kecil yang tidak tampak menggumpal
atau berserabut ketika jatuh dari pipet akibat gravitasi.
23
b)Cara Pipet Elliason. Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang
digunakan harus kering.
Cara kerja:
1.Pipet cairan sperma sampai angka 0,1
2.Tutup bagian atas pipet dengan jari
3.Arahkan pipet tegak lurus
4.Jalankan stopwatch
5.Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya
dengan detik
Analisis Sperma Mikroskopik
1)Jumlah sperma per lapang pandang/ perkiraan densitas sperma
Cara kerja:
a)Diaduk sperma hingga homogen
b)Diambil 1-3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan
cover glass
c)Lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40X
d)Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang Misalnya,
dihitung berturut-turut lapang pandang:
I = 10 Spermatozoa, II = 5 Spermatozoa, III = 7 Spermatozoa, IV = 8
2)Pergerakan Sperma
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (200 C - 250 C). Dalam
memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena
dalam waktu 20 menit sperma tidak kental
3)Morfologi
Morfologi sperma dievaluasi berdasarkan dengan adanya struktur kepala, leher
(neckpiece), badan (midpiece), dan ekor.
THANK YOU