Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN


KELOMPOK 2
BADRUN KALUPEK
SRI DEVY
NI LUH AYU SRIANI
SITI HADIJAH
NI MADE SUMIARTINI
KARMILA HUSEN KANOLI
DODY ALFAYET
DEFINISI
• Inkontinensia urin merupakan kehilangan kontrol berkemih yang bersifat sementara
atau menetap. Klien tidak dapat mengontrol sfingter uretra eksterna. Merembesnya
urine dapat berlangsung terus menerus atau sedikit sedikit. Inkontenensia urine
merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar
keinginan.
• Adapun tipe-tipe inkontinensia urin
1. inkontinensia dorongan
2. inkontinensia total
3. inkontinensia stress
4. inkontinensia reflex
5. inkontinensia fungsional
ETIOLOGI
Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih
bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan
kemampuan/keinginan ke toilet.
Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran
kemih, maka tatalaksananya adalah terapi antibiotika. Apabila vaginitis atau uretritis atrofi
penyebabnya, maka dilakukan tertapi estrogen topical. Gangguan saluran kemih bagian
bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran kemih, maka tatalaksananya adalah
terapi antibiotika.
Inkontinensia Urine juga bisa terjadi karena produksi urin kongestif juga bisa menjadi faktor
penyebab produksi urin meningkat dan harus dilakukan terapi medis yang sesuai. Gangguan
kemampuan ke toilet bisa disebabkan oleh penyakit kronik, trauma, atau gangguan mobilitas
FAKTOR PREDISPOSISI ATAU FAKTOR PENCETUS
1. Usia
2. Diet
3. Cairan
4. Latihan Fisik
5. Stres Psikologis
6. Temperatur
7. Penyakit
8. Obat-Obatan
PATOFISIOLOGI

Pada lanjut usia inkontinensia urin berkaitan erat dengan anatomi dan
fisiologis juga dipengaruhi oleh faktor fungsional, psikologis dan lingkungan.
Pada tingkat yang paling dasar, proses berkemih diatur oleh reflek yang
berpusat di pusat berkemih disacrum. Jalur aferen membawa informasi
mengenai volume kandung kemih di medulla spinalis (Darmojo, 2000).
Pengisian kandung kemih dilakukan dengan cara relaksasi kandung kemih
melalui penghambatan kerja syaraf parasimpatis dan kontraksi leher kandung
kemih yang dipersarafi oleh saraf simpatis serta saraf somatic yang
mempersyarafi otot dasar panggul (Guyton, 1995).
LANJUTAN
Pengosongan kandung kemih melalui persarafan kolinergik parasimpatis yang
menyebabkan kontraksi kandung kemih sedangkan efek simpatis kandung
kemih berkurang. Jika kortek serebri menekan pusat penghambatan, akan
merangsang timbulnya berkemih. Hilangnya penghambatan pusat kortikal ini
dapat disebabkan karena usia sehingga lansia sering mengalami inkontinensia
urin. Karena dengan kerusakan dapat mengganggu kondisi antara kontraksi
kandung kemih dan relaksasi uretra yang mana gangguan kontraksi kandung
kemih akan menimbulkan inkontinensia.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yag ditemukan pada pasien dengan retensi urin yaitu:
1. Ketidaknyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinaria

3. Ketidak sanggupan untuk berkemih


4. Sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
5. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
6. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
7. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis ,digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan glukosa dalam
urine.
2. Uroflowmeter, digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan menunjukkan
obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika pasien
berkemih.
3. Cysometry, digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular kandung kemih dengan
mengukur efisiensi refleks otot destrusor, tekana dan kapasitas intravesikal, dan reaksi
kandung kemih terhadap rangsangan panas.
4. Urografi ekskretorik, disebut juga pielografi intravena, digunakan untuk mengevaluasi
struktur dan fungsi ginjal, ureter dan kandung kemih.
5. Kateterisasi residu pascakemih, digunakan untuk menentukan luasnya pengosongan
kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung kemih setelah pasien
berkemih.
PENATALAKSANAAN MEDIS

Adapun penatalaksanaan medis inkontinensia urin menurut Muller adalah


mengurangi faktor resiko, mempertahankan homeostasis, mengontrol
inkontinensia urin, modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan
pembedahan.
ASKEP INKONTINENSIA URINE
1. Pengkajian
• Identitas klien
• Riwayat sakit dan kesehatan
• Peneriksaan fisik
• Pengkajian psikososial
• Pengkajian LiLingkunga
2. Diagnosa keperawatan
• Kekurangan volum cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak adekuat
• Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan sering berkemih, urgensi
Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai