(IOC2-357)
OSEANOGRAFI BIOLOGI
(PIOC6291)
DISTRIBUSI BIOTA SECARA
VERTIKAL – HORIZONTAL DAN
FAKTOR FISIKA YANG
MEMPENGARUHI
Disampaikan oleh :
Dr. Kunarso
Departemen Oseanografi
FPIK Undip
2021
PERKULIHAN KE-9
ada
Marpaung dan Harsanugraha, 2014
• Ketinggian muka air laut ini akan sangat berpengaruh pada
kondisi cuaca dan iklim seperti contoh peristiwa ENSO.
• Variabilitas iklim ENSO terdiri dari dua fenomena yaitu
kejadian normal, El Nino dan La Nina.
• Fenomena El Nino merupakan peningkatan Suhu
Permukaan Laut (SPL) dari suhu normalnya di Pasifik
Ekuator Timur.
• La Nina adalah fenomena SPL di wilayah Ekuator
Samudera Pasifik mengalami penurunan dari suhu
normalnya.
• Selain fenomena ENSO, fenomena interkasi antara
variabilitas iklim global yang lain yakni IOD yang
merupakan suatu pola variabilitas di Samudera Hindia.
• Dengan berubahnya suhu ini akan menyebabkan distribusi
ikan berbeda-beda
6. Kedalaman
kedalaman sangat mempengaruhi distribusi ikan secara vertical.
Seperti yang telah di jelaskan diatas terdapat 3 zona untuk tempat
hidupikan. Tiap zona tersebut akan ditinggali oleh jenis ikan tertentu.
Seperti contoh tingkat toleransi ikan terhadap suhu dan tekanan juga
berbeda-beda.
• Kedalaman dari suatu perairan juga
mempengaruhi jumlah dari populasi
fitoplankton yang ada. Akumulasi jumlah dari
fitoplankton mempengaruhi jumlah dari
populasi dari biota yang ada.
• Umumnya kelimpahan fitoplankton lebih
banyak berada pada area kedalaman 4-10 m
dibawah permukaan laut daripada bagian dari
laut yang dekat dengan permukaan.
Many
Low Tide Zone soft
bodied
orgs and
algae
Faktor Abiotik yang mempengaruhi Kehidupan
Organisme di Zona Intertidal
1. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam terlarut dalam air.
Perubahan salinitas dapat mempengaruhi organisme
intertidal. Ketika hujan turun dan menggenangi zona
intertidal salinitas akan sangat menurun. Penurunan
salinitas yang melewati batas toleransi akan
menyebabkan organisme intertidal mati. Ketika
penguapan tinggi maka akan terjadi peningkatan
salinitas pada zona ini. Hal tersebut terjadi karena
zona intertidal merpakan zona terbuka.
• Area intertidal memiliki salinitas yang sangat
bervariasi karena akan sangat tergantung
pada permukaan air tawar dari sungai dan air
laut malalui pasang surut.
• Pasang surut yang besar mendorong
mendorong kembali isohaline ke hilir
akibatnya daerah yang sama pada intertidal
mamiliki salinitas berbeda pada waktu
berbeda sesuai dengan keadaan pasang atau
volume air tawar.
• Variasi salinitas ini membuat tekanaan bagi
organisme tertentu, namun menguntugkan
bagi biota-biota yang tidak terlalu menyukai
perairan dengan salinitas rendah.
• Zona intertidal dibagi menjadi 3 bagian yaitu
zona air tawar, air payau, dan air laut
• Organisme yang dapat melewati pemisahan
zona yang berada pada area intertidal adalah
organisme yang memiliki kemampuan
adaptasi tertentu.
• Jumlah salinitas permukaan secara umum
mempunyai nilai cukup variatif terhadap sistem angin
muson yang menyebabkan terjadinya perubahan
musim.
• Perubahan musim tersebut selanjutnya
mengakibatkan terjadinya perubahan sirkulasi massa
air dengan salinitas tinggi dengan massa air
bersalinitas rendah.
• Interaksi antara sistem angin muson dengan faktor-
faktor yang lain, seperti run-off dari sungai, hujan,
evaporasi, dan sirkulasi massa air dapat
mengakibatkan distribusi salinitas menjadi sangat
bervariasi.
Pratama et al., 2015
2. Temperatur
Di daerah intertidal pengaruh suhu udara berbeda-beda
dan memiliki kisaran yang luas. Ketika suhu udara
minimum dan ketika suhu udara maksimum, batas level
dapat terlampaui dan organisme dapat mati. Organisme
menjadi semakin lemah karena suhu ekstrim sehingga
tidak dapat menjalankan kehidupan normal dan akan
mati karena sebab sekunder. Suhu juga memiliki
pengaruh tidak langsung . Organisme laut dapat mati
karena kehabisan air. Kehabisan air dapat mempercepat
menigkatnya suhu.
• Perbedaan suhu yang ada pada suatu perairan
dapat menyebabkan peristiwa upwelling dan
downwelling yang membawa unsur zat hara,
yang dapat memancing keberadaan dari biota
laut lainnya.
• Suhu adalah faktor penting bagi kehidupan
organisme di laut yang dapat memengaruhi
aktivitas metabolisme maupun perkembangan,
selain menjadi indikator fenomena perubahan
iklim.
(Putra et al., 2017)
Pentingnya temperatur di lingkungan laut
1.Berperan langsung dalam proses fisiologis
hewan khususnya pada tingkat metabolism dan
siklus reproduksi
2.Secara tidak langsung mempengaruhi faktor
lingkungan lain seperti gas dalam lautan,
viskositas dan distribusi air
3. Udara dan Pencahayaan
Udara pada intertidal merupakan lingkungan yang
berupa gas seperti oksigen, karon dioksida, dan
nitrogen yang berperan pentng dalam kehidupan
organisme. Daerah intertidal mendapatakan
penvahayaan yang bagus, seingga keragaman di
daerah intertidal beragam. Dengan baiknya
penchaayaan maka proses fotosintesis di daerah ini
bernilai baik.
• Pada beberapa bagian dari area intertidal
terpapar cahaya matahari secara langsung
pada saat surut dan Kembali tenggelam pada
saat pasang, sehingga biota-biota pada area
tersebut mengalami adaptasi-adaptasi khusus
seperti :
– Adaptasi Fisiologis
– Adaptasi Morfologis
– Adaptasi tingkah laku
Pamungkas, 2018
6. Substrat
Daerah intertidal meupakan daerah yang bersubstrat
keras dan bergelombang besar. Daerah intertidal
memiliki substrat yang stabil dan permanen, sehingga
merupakan permukaan yang aman bagi kehidupan
berbagai organisme seperti algae, moluska, dan
crustacea.
• Jenis Substrat yang umum ditemukan pada
area intertidal adalah:
- Substrat Berbatu - Substrat Berpasir
- Substrat Berkarang - Substrat Berlumpur
• Perbedaan pada jenis substrat mengakibatkan
perbedaan dari pola adaptasi yang dialami
oleh tiap-tiap biota.
Pamungkas, 2018
8. Oksigen Terlarut
Meningkatnya suhu dapat menyebabkan oksigen
terlarut berkurang. Pada genangan air di kolam
pasang surut dan celah yang hangat, konsentrasi
oksigen akan menurun dan dapat melewati batas
yang kebutuhan organisme. Berdasarkan kondisi
tersebut, oksigen terlarut di daerah intertidal dapat
mengalami fluktuasi yang sangat cepat.
Karakter Oksigen dalam Perairan:
•Sebaran vertikal minimun di lapisan bawah
•Di permukaan kondisi supersaturasi