Anda di halaman 1dari 14

Perlindungan Hukum Pejabat Umum (Notaris

dan PPAT) dalam Melaksanakan


Kewenangannya Berkaitan dengan Sertipikat
Elektronik
Oleh : Akhiar Salmi, S.H., M.H.
- Pengajar hukum pidana Fakultas Hukum UI 1985-sekarang;
-Wakil Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia 2016-
2021;
- Komisioner pada Komisi Kejaksaan RI Juli 2014-Agustus 2015;
- Ketua bidang studi Hukum Pidana, FHUI, 2013-2017;
- Pansel Pimpinan KPK tahun 2010 dan 2011;
- Majelis Pengawas Pusat Notaris 2005-2010;
- Ketua program Notariat FHUI, 1999-2004;
- Staf Kantor Pengacara Minang Warman Sofyan, 1985-1996;

Disampaikan dalam Seminar Kepastian Hukum Sertipikat Elektronik terhadap


Akta Pejabat Umum, Pengwil IPPAT dan INI Jabar, 10 Februari 2021. 1
Pendahuluan
• Dari sub tema di atas, ada 3 hal yang hendak kita
diskusikan:
a. Kewenangan Notaris & PPAT;
b. Sertipikat Elektronik;
c. Perlindungan hukum bagi Notaris & PPAT.
• Tujuan agar Notaris & PPAT memiliki perlindungan
hukum yang mutlak dan tidak terkriminalisasi.
• Paparan ini tidak berpretensi untuk membahas
secara sempurna, akan tetapi hanya berupa pokok-
pokok pikiran sebagai bahan diskusi. Forum ini lah
yang akan menyempurnakannya. 2
Kewenangan Notaris & PPAT
• Kewenangan Notaris diatur dalam pasal 15 UU No. 30 Tahun 2004 jo
UU No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN). Kewenangan
utama Notaris adalah membuat akta autentik dan kewenangan lain
yang diatur dalam Pasal 15 ayat 2 dan ayat 3 UUJN.
• Kewenangan PPAT diatur dalam pasal 3 jo pasal 2 PP No. 37 Tahun
1998 jo PP No. 24 Tahun 2016 tentang Peraturan Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PP PPAT). Kewenangan PPAT adalah membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan hukum tertentu mengenai hak
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan
dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah
yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.
• Pendaftaran peralihan hak atas tanah harus dilakukan oleh PPAT
paling lambat 7 hari sejak tanggal ditandatanganinya akta ke kantor
pertanahan (vide pasal 40 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah).
3
Sertipikat Elektronik
• Dasar hukum: Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Sertipikat Elektronik (PMA No. 1/2021).
• Tujuannya untuk mewujudkan modernisasi
pertanahan guna meningkatkan indikator
kemudahan berusaha dan pelayanan publik
kepada masyarakat.
• Sertipikat Elektronik adalah Sertipikat yang
diterbitkan melalui Sistem Elektronik dalam
bentuk Dokumen Elektronik (vide Pasal 1 angka 8
PMA No. 1/2021).
4
Sertipikat Elektronik sebagai Alat Bukti
• Sertipikat Elektronik merupakan alat bukti hukum yang sah sesuai
dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia (pasal 5 ayat 1 jo pasal 1
angka 8 PMA No. 1/2021).
• Alat bukti dalam hukum acara perdata.
– diatur dalam pasal 164 HIR (surat, saksi, persangkaan-persangkaan,
pengakuan dan sumpah).
– Surat (akte) yang sah, ialah suatu surat yang diperbuat demikian oleh
atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk membuatnya
(vide pasal 165 HIR). Inilah yang dikenal dengan akte autentik.
• Alat bukti dalam hukum acara pidana.
– Diatur dalam pasal 184 ayat 1 KUHAP (keterangan saksi, keterangan
ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa).
– Menurut pasal 187 KUHAP ada surat yang dibuat oleh pejabat umum
yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya. Inilah yang dikenal
dengan akte autentik.
5
Sertipikat Elektronik sebagai Alat
Bukti
• Sertipikat Elektronik merupakan alat bukti
berupa surat/akta autentik (pasal 5 ayat 1 jo
pasal 1 angka 8 PMA No. 1/2021). Selanjutnya
lihat pasal 32 ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah, pasal 1868
KUHPerdata, pasal 165 HIR dan pasal 187
KUHAP.

6
Hubungan Notaris & PPAT dengan
Sertipikat Elektronik

Sertipikat diserahkan
Kembali untuk diberikan Sertipikat diserahkan
kepada yang berhak
7
Potensi Masalah Hukum
• Gugatan perdata
– karena melanggar pasal 44 ayat 4, pasal 48 ayat 3, pasal 49 ayat 4, pasal
50 ayat 5, pasal 51 ayat 4 UUJN. Dasar gugatan adalah perbuatan
melawan hukum (pasal 1365 KUHPerdata).
– Gugatan perdata dalam PP 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
dan PP PPAT tidak diatur tapi bukan berarti tidak bisa digugat. Dasar
gugatan adalah perbuatan melawan hukum (pasal 1365 KUHPerdata)
atau wanprestasi (pasal 1338 KUHPerdata).
• Tuntutan pidana
– KUHP: Pasal 372, pasal 378, pasal 263, pasal 264, pasal 266.
– UU No 11 Tahun 2008 jo UU No 19 Tahun 2016 tentang ITE (vide
ketentuan pidana, pasal 45-52).
– UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (vide ketentuan pidana, Pasal 2-20).

8
Perlindungan Hukum
• Tujuan:
1. Agar yang dilindungi aman dan tenang dalam menjalankan
wewenangnya.
2. Ada kepastian hukum untuk tidak dapat digugat secara perdata dan
dituntut atau dipidana.
• Macam: tidak bisa diproses secara hukum (immuniteit) dan bisa
diproses secara hukum tapi tidak bisa dipidana (impuniteit).
• Perlindungan hukum dalam hukum pidana:
1. Dalam KUHP:
a. umum (buku I KUHP, berlaku untuk setiap delik (straf-uitsluitings-
gronden atau penghapus pidana)):
− Rechtvaardigingsgronden/alasan pembenar, perbuatannya tidak
lagi merupakan melawan hukum (pasal 49 ayat 1 KUHP
(noodweer); pasal 50 KUHP (melaksanakan ketentuan UU); dan
pasal 51 ayat 1 KUHP (melaksanakan perintah jabatan)).

9
Perlindungan Hukum
− Schulduitssluitingsgronden/alasan pemaaf, yang
dihapuskan adalah kesalahan terdakwa. Tindakan
terdakwa tetap bersifat melawan hukum tetapi tidak
dipidana karena tidak ada kesalahan (pasal 44 ayat 1
KUHP (gangguan jiwa); pasal 48 KUHP (overmacht);
pasal 49 ayat 2 KUHP (noodweer exces); pasal 51
ayat 2 KUHP (dengan itikad baik mengira perintah
pejabat yang berwenang).
b. Khusus, terhadap tindak pidana tertentu (pasal 166,
221 ayat 2, 310 ayat 3, 367 ayat 1 KUHP).
2. Di luar KUHP, antara lain UU No. 18 Tahun 2003
tentang Advokad (pasal 16, advokad tidak dapat
dituntut, baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya…)
10
Perlindungan Hukum bagi Notaris &
PPAT
• Dalam UUJN maupun PP PPAT, tidak diatur tentang
perlindungan hukum baik berupa immuniteit maupun
impuniteit.
• UUJN baru memberikan perlindungan berupa adanya
persetujuan Majelis Kehormatan Notaris terhadap
pengambilan fotokopi minuta akta dan/atau warkah
minuta akta serta pemanggilan notaris untuk
kepentingan proses peradilan (pasal 66 UUJN).
• Perlindungan hukum bagi Notaris & PPAT berlaku
ketentuan dalam KUHP.
11
Kesimpulan
1. Tujuan PMA No. 1/2021 adalah baik dan merupakan suatu
kemajuan.
2. Manfaat Sertipikat Elektronik: pelayanan cepat; efisiensi
waktu, tenaga dan biaya.
3. Sertipikat Elektronik dalam hukum acara perdata dan pidana
merupakan alat bukti surat yang autentik.
4. Perlindungan hukum bagi Notaris diatur dalam KUHP dan
UUJN.
5. Perlindungan hukum bagi PPAT diatur dalam KUHP, belum
diatur dalam PP PPAT.
6. Perlindungan hukum yang paripurna bagi setiap orang
adalah bertindak sesuai kewenangan, jauhi larangan dan
laksanakan kewajiban sebagaimana diatur dalam suatu
peraturan perundang-undangan.
12
Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi tentang PMA No.
1/2021 secara terus menerus agar tercapai
persepsi yang sama dan berlaku efektif.
2. Perlu dipikirkan adanya perlindungan hukum
berupa immuniteit bagi Notaris & PPAT.
3. Perlu adanya perubahan UUJN jika Notaris ingin
diberikan kekebalan hukum/immuniteit.
4. Perlu adanya pengaturan mengenai PPAT di
tingkat undang-undang karena immuniteit dan
impuniteit hanya bisa diatur dalam undang-
undang.
13
Sekian
dan
Terima Kasih

14

Anda mungkin juga menyukai