Anda di halaman 1dari 25

PENGKAJIAN

SISTEM
PERSYARAFAN

Ns. Evita Muslima IP, M. Kep


PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN
PERKEMBANGAN SISTEM SYARAF
 Riwayat perkembangan neurologi
 Pemeriksaan fisik sistem neurologi
- Prinsip umum
- Status mental
- Pemeriksaan Kraniospinal
- Pemeriksaan syaraf kranial
- Sensasi
- Pemeriksaan otot skelet
- Sistem koordinasi
- Refleks-Refleks
Riwayat Neurologi
 Pengkajian neurologi mencakup riwayat pediatrik,
perhatian khusus pada riwayat penyakit sbg petunjuk
katagori gangguan neurologis.
 Static dissability sejak lahir memberikan gambaran
adanya malformasi kongenital atau lesi perinatal
 Dissability yang progresif dan menetap ditandai
hilangnya beberapa kemampuan merupakan tanda
degeneratif brain disease
 Gangguan mendadak yang diikuti dengan pemulihan
bertahap merupakan tanda cerebrovascular disease
 Episode exacerbasi diikuti oleh remisi parsial adalah
tanda demyelinating disease
 Riwayat kemunduran belajar, hilang minat, irritable,
emosional labil merupakan tanda disfungsi serebral.
 Karena anak tidak dapat mengeluhkan adanya defisit
neurologis, gangguan sering tidak terdeteksi sebelum jadi
parah.mis. Kurang thd respon suara tanda pada ggn
pendengaran, retardasi atau autis.
 Riwayat neurologis terutama sangat penting dalam
mendiagnosa ggn yang bersifat paroxismal pada sistem
syaraf seperti kejang, syncop, dan paroxismal vertigo.
 Jika serangan tsb muncul dg frekuensi tinggi, keputusan
untuk pemeriksaan diagnostik dan terapi tergantung pada
riwayat neurologis,dan kejadian yang mendahului
serangan tsb dapat memberi petunjuk.
 Adanya kecemasan, nyeri, kegembiraan atau menangis
biasa mengawali serangan sinkop, jarang mengawali
kejang. Pemaparan terhadap stimulus sensoris seperti
cahaya dari TV dan lampu sorot dapat memicu kejang.
Pemeriksaan fisik Sistem Neurologis

 Pengkajian status mental dan perilaku


- aspek perilaku yang dapat menjadi
acuan adalah kemampuan interaksi dg
orang lain, tingkat aktifitas, rentang
perhatian, mood, kemampuan dan
kemauan bekerjasama saat
pemeriksaan fisik, kesesuaian respon
dengan stimulus.
Pengkajian Sistem motorik
 Pengkajian sistem motorik memerlukan pemahaman
organisasi sistem motorik (gbr 21.1 Nelson). Gerakan
volunter dipengaruhi oleh neural pathway, yaitu LMN dan
UMN
 Jalur motorik dasar dipengaruhi beberapa pusat yang
dikenal dengan sistem motorik ekstrapiramidal (basal
ganglia dan serebelum)
- Secara umum, lesi pada UMN mengganggu aktifitas
motorik volunter namun tidak mengganggu
motorik involunter dan refleks
- Lesi pada LMN menyebabkan ggn motorik volunter
maupun involunter.
 Pengkajian Kekuatan Otot

- pengkajian kekuatan otot dapat dilakukan pada


anak yang agak besar (lebih kooperatif) dengan
skala kekuatan otot (0-5)
- pengkajian kemampuan berdiri dari posisi
supin untuk mengetahui kondisi punggung,
panggul, dan otot-otot tungkai proksimal.
- menguji kemampuan berjalan jinjit dan berjalan
dg tungkai untuk menguji otot gastrocnemius-
soleus dan tibialis anterior.
- pengujian otot-otot bahu dengan menyangga atau
mengangkat anak dengan tangan pemeriksa
pada axila anak.
- pengujian otot interkostal dg melihat respirasi
spontan dan dengan meniup suatu obyek
Pengkajian massa otot
adanya hipertrofi atau peningkatan massa otot
yang besar menandai adanya peningkatan
aktifitas otot.
Pseudohipertrofi menandai adanya pembesaran
otot yang lemah akibat adanya infiltrasi lemak spt
pd muscular dystrophy atau distensi otot oleh
substansi abnormal spt pd Pompe disease.

Pengkajian Tonus Otot


Dikaji dengan memberikan resisten pasif pada
ekstrimitas. Rentang : atonia-hipotonia-rigiditas
Rigiditas ad/ peningkatan resistensi pada gerakan
pasif sendi, terjadi karena kerusakan basal ganglia
 Pengkajian Koordinasi motorik halus.

- Gangguan pergerakan dapat dijumpai pada kerusakan


UMN dan serebelum. Dapat diobservasi dari cara anak
bermain, memegang pensil, atau berpakaian
- gerakan lambat saat pronasi dan supinasi pergelangan
tangan dijumpai pd ggn serebelum. Inkoordinasi gait (cara
berjalan) disebut ataxia juga menandai kerusakan
serebelum.

Pengkajian gerakan involunter


- Dapat terjadi pd kerusakan basal ganglia dan atau serebelum.
Tremor mrp. Gerakan involunter yang cepat dan berulang
pada ekstrimitas. Tremor halus biasa terjadi pd thyrotoxicosis
dan cemas.
 Intention tremor : tremor yg meningkat saat sso
berusaha mencapai target/menggapai sesuatu.
 3 karakteristik ggn pergerakan : chorea, atetosis dan
dystonia menandai adanya basal ganglia disease.
 Chorea : hentakan ireguler dan gerakan menggeliat
pada otot proksimal seperti wajah, lidah, leher dan
bahu.
 Atetosis: gerakan menggeliat yg lambat, lebih jelas pd
ekstrimitas distal, gerakan pronasi dan supinasi
secara bergantian, dan gerakan fleksi-ekstensi
bergantian.
 Distonia: kecendrungan hiperekstensi sendi, terutama
saat berjalan. Mis plantarfleksi pergelangan kaki,
hiperekstensi tungkai, ekstensi–pronasi lengan,
punggung bungkuk serta ekstensi-rotasi leher.
Pemeriksaan Refleks
 Merupakan pengujian utk mengetahui keutuhan
arkus refleks,termasuk ujung syaraf sensoris pada
tendon, biasanya dg memberikan pukulan cepat
dengan refleks hammer.
 Refleks tendon: mengetahui ggn pd syaraf perifer
atau otot akibat kerusakan N. spinal atau batang
otak.
Segmen Neuraxial Refleks
- Pons gerakan rahang
- C5-6 gerakan biseps
- C5-6 gerakan supinator
- C6,7,8 gerakan trisep
- L3-4 gerakan lutut
- S1-2 gerakan ankle
 Plantar refleks: dg memberikan rangsangan kuat
kearah lateral tumit akan terjadi gerakan tumit ke
depan. Respon normal berupa fleksi ibu jari.
 Tanda Babinski: ekstensi ibujari akibat pergerakan
jari lain. Diatas usia 2 th menandakan kerusakan
traktus piramidal.
 Refleks abdominal: kontraksi otot abdominal akibat
sentuhan pada permukaan abdomen. (-) berarti tdp
lesi pd T10 - L1 atau lesi pusat motorik.
 Refleks Cremaster: gerakan kenaikan testis pd
sentuhan di medial paha.
 Refleks anal: memberikan sentuhan pd area
perianal utk mengetahui ggn segmen sakral bag
bawah.
Pengkajian Sensorik
 Sangat sulit dilakukan pada bayi dan anak yg
masih kecil
 Keutuhan korteks sensoris ditandai dengan uji
diskriminasi sensorik spt identifikasi obyek yg tdp
pd tangan (stereognosis), mengenali angka yg
ditulis pd permukaan kulit (graphestesia) atau uji
respon thd stimulasi dua titik (two point
discrimination).
 Pemeriksaan N Kranial
Pada prinsipnya sama dengan pengkajian
ekstrimitas yaitu :
- abnormalitas otot yang dipersarafi oleh
N. Kranial kemungkinan menandai kerusakan
LMN, UMN atau ekstrapiramidal.
 N.Kranial I (Olfaktorius): kemampuan
mengidentifikasi bau (uji dg pepermin atau kopi)
 N. Kranial II (Optik): ggn lapang pandang menandai
adanya lesi pada visual pathway pd salah satu
retina.
- Hemianopsia homonim: ggn pd bagian temporal
dan nasal pada mata yang berlawanan
- Hemianopsia bitemporal: Lesi pd chiasma
opticum pada anak dengan craniopharyngioma
- Pemeriksaan funduskopi: N optik yg pucat
menandakan atrofi. Pd papiledema cakram optik
berwarna pucat, tertarik ke depan ke arah vitreous,
distensi vena retina, pulsasi vena (-)
- Papiledema sering tidak tampak pada peradangan
cakram optik (papilitis)
 N.Kranial III (Okulomotor) : membawa serat
pupilokonstriktor dan mempersarafi otot ekstraokuler
kecuali rektus lateral dan oblikus superior. Asimetri
pupil kemungkinan menandai ggn penglihatan unilateral,
lesi midbrain dan nerve palsy atau lesi syaraf
simpatis cervikal.
 N.Kranial IV (Troklearis): mempersarafi otot oblikus
superior. Adanya ggn ditandai ketidakmampuan
menggerakkan mata kebawah.
 N.Kranial V (trigeminus): mengatur aspek sensasi
sentuhan dan nyeri pada wajah. Paralisis unilateral
menandai adanya deviasi rahang ke arah lesi. N ini juga
mempersarafi otot mastikasi.
 N.Kranial VI (Abdusen): Kelemahan N VI ditandai dg
ketidakmampuan abduksi mata kearah berlawanan.
Lesi harus dibedakan dg strabismus, pd strabismus
pergerakan mata bisa normal bila diuji satu-satu.
 N.Kranial VII (Fasialis): mempersarafi otot
wajah.Bisanya tgg pd cacat kongenital, trauma
kelahiran, atau inflamasi (Bell’s palsy) dan tumor.
Kelemahan N fasial menandai lesi SSP.
 N Kranial VIII (vestibulococlearis): dapat dilakukan
pemeriksaan lengkap pd anak-anak spt pd
orang dewasa. Uji audiometri dilakukan bila
diduga ada ggn wicara akibat ggn pendengaran.
 N Kranial IX dan X (Glossofaring dan vagus): Ggn
pd N ini menyebabkan adanya kesulitan menelan
dan pengucapan. Paralisis palatum dpt diinspeksi
dg menyuruh pasien bilang “ah”, dan refleks gag
(-)
 N. Kranial XI (Aksesorius): mempersarafi
otot sternocleidomastoideus dan trapezius.
Paralisis menimbulkan kelemahan pd
rotasi kepala ke arah berlawanan dan
elevasi bahu kearah yg cedera.

 N Kranial XII (Hipoglosus): Lesi pd N ini


menimbulkan paralisis pergerakan lidah,
atrofi serta fibrilasi lidah. Pd pergerakan
unilateral lidah mengalami deviasi kearah
lesi.
Pengkajian Neurologi pada neonatus
 Pada awal kelahiran, fungsi utama
sistem neurologi manusia dilakukan
pada level subkortikal (batang otak dan
medula spinalis)
 Fungsi kortikal tidak dapat dikaji secara
akurat, bahkan defek yang besar pada
otak sulit diketahui.
 Pemeriksaan neurologi umum pada bayi
meliputi pemeriksaan refleks-refleks,
N.Kranial, dan pemeriksaan fungsi
motorik.
Refleks pada neonatus
 Mekanisme pola refleks yang diperantarai
batang otak dan medula spinalis ditemukan
pada bayi baru lahir sampai usia 1 bulan.
 Refleks dikatakan (+) bila ditemukan pada
saat pemeriksaan dan (-) mengindikasikan
depresi fungsi motorik sentral atau perifer.
 Respon yang asimetrik (menandakan lesi
motorik focal.
 Semakin bertambah usia, refleks neonatal
semakin menghilang.
Refleks Neonatus
Usia Munculnya Usia normal
refleks refleks
Refleks menghilang
Moro Saat lahir 3 bl
Stepping Saat lahir 6 mg
Placing Saat lahir 6 mg
Sucking ang Rooting Saat lahir 4 bl terjaga
7 bl tidur
Palmar grasp Saat lahir 6 bl
Plantar grasp Saat lahir 10 bl
Pengembangan adduktor saat
knee jerk Saat lahir 7 bl
Tonic leher 2 bl 6 bl
Neck righting 4-6 bl 24 bl
Landau 3 bl 24 bl
Reaksi parasut 9 bl Menetap
Teknik pengkajian Refleks bayi
 Refleks Moro: Sangga kepala pd posisi supin dan
tarik dg cepat. Tdp refleks mempertahankan posisi
kepala, ekstensi dada, fleksi dan adduksi lengan
 Refleks stepping:gerakan spt berjalan saat bayi
diberdirikan
 Refleks placing: saat bayi diberdirikan kaki akan
bertumpu pd dorsal pedis.
 Refleks tonik leher: saat kepala diputar ke satu arah,
kaki dan tangan akan fleksi ke arah yg sama
 Refleks righting: rotasi dada ke arah kepala diputar
 Refleks Landau: bayi posisi prone dg disangga
abdomen, normal tdp ekstensi kepala, dada dan
pinggul, bila kepala ditekuk.
 Refleks parasut: terjadi ekstensi lengan
dan jari saat bayi dibiarkan pd posisi
prone.
 Refleks menghisap: bila bibir disentuh
 Refleks rooting: bila pipi disentuh mulut
akan mengikuti arah sentuhan
 Refleks tendon: hentakan lutut dg cepat.
Adanya ggn ditandai dg gerakan
spontan yg terjadi tanpa rangsang
 Refleks Babinski: ekstensi atau fleksi ibu
jari pd stimulasi telapak kaki dikatakan
normal
Pengkajian fungsi motorik
 Meliputi observasi gerakan spontan yang simetris;
tangan mengepal dg adduksi ibu jari berarti ada lesi
pusat motorik.
 Adanya spastisitas tanda adanya meningitis dan
kernikterus
 Kaki membentuk gunting karena pe tonus adduktor
panggul.
 Hilangnya tonus otot: disfungsi serebral difus dan ggn
neuromuskular perifer
 Hipotonus ditandai dg posisi spt katak saat bayi
ditengkurapkan, bila didudukkan tidak ada refleks
kontraksi otot punggung
 Tremor cepat: menandakan adanya penyakit metabolik
spt hipoglikemia atau hipokalsemia tanpa sebab jelas.
 Tangisan yg melengking tinggi menandakan pe TIK,
suara serak pd kretinisme, bayi lemah pd penyakit
Werdnig-Hoffman.
Pemeriksaan N.Kranial
 Pada bayi, kemampuan penglihatan ditandai dg
kemampuan berkedip oleh rangsang cahaya.
Positif pada bayi aterm, menandakan fungsi
kortikal baik.
 Pupil responsif thd cahaya dan simetris
 Dg funduskopi tampak cakram optik berwarna
pucat.
 Pemeriksaan fungsi pendengaran: terkejut oleh
suara keras, berrespon thd bunyi2an.
 Refleks menelan pd bayi sudah terkordinasi :
tidak tersedak.
 Lidah atrofi dan fibrilasi dijumpai pd penyakit
Werdnig-Hoffman. Lidah besar dan menjulur pd
kretinisme.

Anda mungkin juga menyukai