Anda di halaman 1dari 52

 Lingkup praktek keperawatan berbentuk

asuhan keperawatan pada klien


DEWASA yang mengalami gangguan
fisiologis baik yang sudah nyata atau
terprediksi mengalami gangguan.
 As-kep  perlakuan thdp individu utk :
- memperoleh kenyamanan;
- membantu individu dlm meningkatkan &
m’pertahankan kondisi sehatnya; -
melakukan prevensi, deteksi & m’atasi
kondisi berkaitan dengan penyakit ; -
m’upayakan pemulihan sp klien dpt
mencapai kapasitas produktif tertingginya
- serta membantu klien menghadapi
kematian secara bermartabat.
 Praktek keperawatan m’gunakan :
pengkajian, perencanaan, implementasi &
evaluasi; dgn m’perhitungkan keterkaitan
komponen2 bio-psiko-sosial klien dlm
merespon gangg. fisiologis akibat
penyakit, trauma atau kecacatan.
Lingkup Klien
Klien adlh orang dewasa  Tugas
perkembangan yg dijalani sesuai tahapan.
 Perubahan peran dan respon psikososial
selama klien mengalami masalah kesehatan
 perlu menjadi pertimbangan perawat dlm
melakukan kajian dan intervensi
keperawatan.
Pendekatan kepwt  m’perhitungkan“level
kedewasaan” klien yg ditangani 
keterlibatan dan pemberdayaan klien dlm
proses asuhan merupakan hal penting; ini
berkenaan dengan “Self-caring capacities”
Lingkup Garapan Keperawatan
Fokus kepwtn  respon manusia dlm
m’hadapi mslh kesehatan (actual &
potensial )  gangguan fisiologis nyata
atau potensial
Basis telaahan respon klien bersumber dari
gangg Fisiologis ( akibat adanya penyakit,
trauma, kecacatan )  perlu pemahaman
patofisiologis at mekanisme terjadinya
gangguan dan (potensi) manifestasi klinis
dr ggn. tsb  lingkup garapan dan
intervensi keperawatan
 Penyakit, trauma atau kecacatan sebagai
masalah kesehatan , dapat bersumber atau
terjadi pd seluruh system tubuh
( persyrafan; endokrin;dst) serta
permasalahan2 yg dapat secara umum
menyertai seluruh gangguan system yaitu
issue-isue yang berkaitan dengan keganasan
dan kondisi terminal.
Hukum dikeluarkan o/ badan pemerintah dan
harus dipatuhi. Bila tidak mematuhi hukum 
menanggung denda / hukuman penjara. Bbrp
situasi yg perlu dihindari seorang perawat :
a.       Kelalaian
Perawat dpt bersalah krn kelalaian jika
mencederai pasien dgn cara tidak melakukan
pekerjaan sesuai dgn yg diharapkan / tidak
melakukan tugas dgn hati-hati. Mis : pasien
jatuh dan cedera.
b.      Pencurian
Mengambil sesuatu yg bukan miliknya 
mencuri. Jika tertangkap  dihukum.
Mengambil barang yg  tidak berharga
sekalipun, dpt dianggap sebagai pencurian.
c.       Fitnah
Membuat pernyataan palsu tentang seseorang
& merugikan orang tersebut  bersalah . Hal
ini benar jika anda menyatakan secara verbal
atau tertulis.
d. False imprisonment
Menahan /tindakan seseorg tanpa otorisasi yg
tepatpelanggaran hukum( false imprisonment)
Menggunakan ‘restrein fisik ‘ atau bahkan
mengancam akan melakukannya agar pasien mau
bekerja sama ,bisa juga termask dlm false
imprisonment. Penyokong dan restrein hrs
digunakan sesuai dgn program dokter.
e.   Penyerangan dan pemukulan
f.   Pelanggaran privasi
Pasien m’punyai hak atas kerahasiaan dirinya &
urusan pribadinya. Pelanggaran terhadap
kerahasiaan adlh pelanggaran privasi  tindakan
melawan hukum.
g.    Penganiayaan
Menganiaya pasien  melanggar prinsip2 etik &
membuat terikat scr hukum /tuntutan hukum.
Standar etik perawat tidak melakukan hal yg
membahayakan pasien.
Setiap orang dpt dianiaya  orang tua dan anak-
anak paling rentan. Biasanya, oleh pemberi
layanan atau keluarga.
Hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan
frustasi & kelelahan
Sebagai seorang perawat perlu menjaga keamanan
dan keselamatan pasiennya.
Pendahuluan
 Trend atau current issue dalam keperawatan
adlh masalah-masalah
yang sedang hangat dibicarakan dan
dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapat dianggap ancaman
atau tantangan yg akan berdampak besar
pada keperawatan baik dalam tatanan
regional maupun global.
ERA GLOBALISASI  tidak ada lagi
pembatas antara negara-negara khususnya di
bidang informasi, ekonomi, dan politik.
Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan
perdagangan bebas  berdampak pada
semua sector termasuk sektor kesehatan
KEPERAWATAN sebagai PROFESI 
dituntut mengembangkan keilmuannya
sebagai wujud kepeduliannya dalam
meningkatkan kesejahteraan umat
manusia
( preklinik maupun klinik ).
Keperawatan dituntut untuk peka setiap
saat  terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungannya
 Pelayanan kesehatan berkembang sangat
pesat dgn sistem yg kompleks, khususnya
pd keperawatan medikal bedah, salah satu
yg berpengaruh  perubahan kehidupan
sosial masykt.
 Trend dan isu dalam keperawatan medikal
bedah merupakan salah satu komponen
yang membentuk filosofi keperawatan dan
penyedia layanan keperawatan pada abad
21.
Tujuan belajar :
 Mengidentifikasi trend dalam
keperawatan di Indonesia
 Mengidentifikasi isu dalam keperawatan
di Indonesia
 Mengetahui implikasi trend dan isu
keperawatan terhadap perawat di
Indonesia
1. Perubahan populasi yang membutuhkan
perawatan
Data statistik  50 % pasien di ruang akut adlh
usia >75 tahun & 45 % yg dirawat di ruang
critical care adalah > usia 65 tahun.
∑ pnddk lansia meningkat tajam sejak thn 1900.
Saat ini berjumlah 12 % dari penddkk dunia.
Lansia  identik dg penyakit kronik dan
butuhkan perawatan jangka lama, perawatan di
rumah dan layanan komunitas.
Data dr Kantor KESRA  thn 1980
usia harapan hidup (UHH) 52,2 thn dan
juml lansia 7.998.543 org (5,45%) ; thn
2006  19 juta orang (8,90%) dan
UHH meningkat (66,2 tahun).
Pada thn 2010 perkiraan penddk lansia di
Indonesia akan mencapai 23,9 juta (9,77
%) dan UHH sekitar 67,4 tahun.
Pd thn 2020 perkiraan ,lansia di Indonesia
mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dgn
UHH sekitar 71,1 tahun.
2. Pasien dengan HIV
Di Indonesia, kasus AIDS sejak 1987 sp
dg 2004 mencapai jumlah 2683 orang
dan pada tahun 2020 jumlah penderita
HIV/AIDS diperkirakan telah tembus
angka 500.000 (data Juni’20)
dan lebih banyak terjadi pada kaum
millenial (20-40 th). Data dari
Kemenkes RI Agst’19 : HIV di Jkt
=62.108 jiwa, Jatim 51.990 jiwa. 
perlu pelayanan keshtn yg serius.
3. Penduduk miskin
Maret ‘07, jumlah penddk miskin di
Indonesia sebesar 37,17 jt (16,58 % dr total
pnddk Indo 224,177 juta ).Sempat turun
angka ini. Saat ini (Sept’20) berkisar 9,78 –
10,34 %.....Hal ini dikaitkan dgn 
ketidakmampuan warga miskin dlm
m’bayar fasilitas layanan kesehatan  shg
pemerintah ikut bertanggung jawab dalam
menyediakan layanan kesehatan & b.l.t
bagi penduduk miskin.
4. Tunawisma
Data dr Askes Indonesia  sedikitnya ada 2,6 jt
gelandangan, anak jalanan, dan orang sakit jiwa 
perlu dimasukkan ke skema kepesertaan program
jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) tahun
2008.
Hal ini merupakan tantangan bagi perawat dalam
menyediakan layanan asuhan keperawatan yg
meliputi layanan keperawatan emergency, layanan
kesehatan masyarakat, rawat jalan dan rawat inap
(Burke and Lemone, 1996)
5. Pemakaian Teknologi Komputer dlm
Keprwtn
Saat ini di Indonesia sedang dikembangkan
telenursing, dimana asuhan keperawatan
dilakukan dr jarak jauh (www.ppni.go.id).

Pengembangan komputer dalam kesehatan


meliputi sistem administrasi keperawatan,
sistem diagnosa cepat, sistem jadwal dinas,
pendidikan berkelanjutan, rekam medik,
asuhan keperawatan (Burke – Lemone ‘96)
6. Sistem Layanan Kesehatan
Trend dan isu dalam sistem layanan kesehatan
meliputi sistem upah, sistem rawat jalan,
perawatan intensif dan rehabilitasi, pendidikan
keperawatan berkelanjutan untuk tingkat
spesialisasi, penentuan kebijakan dalam hal
kualitas mutu rumah sakit dan berbasis
komunitas
7. Peran perawat dlm sistem kebijakan kesehatn
Trend dan isu dalam kebijakan kesehatan
meliputi : restrukturisasi sistem pelayanan
keperawatan, meminimalkan biaya kesehatan,
manajemen kasus, long term care
IMPLIKASI dalam menghadapi
TREN & ISSUE ) masa kini 
Aspek legal perlu diperhatikan.
1. TELENURSING
(PELAYANAN AS-KEP JARAK JAUH)
adl : upaya penggunaan tehnologie informasi dalam
m’berikan pelayanan keperawatan (bag dr
pelayanan kesehatan) dimana secara fisik ada
jarak yg jauh antr perawat (bbrp perawat ) dgn
pasien
adlh p’gunaan tehnologi komunikasi dlm keperwtn
utk memenuhi asuhan kepwt kpd klien. Yg
m’gunakan saluran elektromagnetik (gelombang
magnetik, radio dan optik) dlm menstransmisikan
signal komunikasi suara, data dan video.
Atau dapat pula di definisikan sebagai
komunikasi jarak jauh, menggunakan
transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan
atau komputer 4)
• Telenursing mell telepon Vicall / 4 G dan
home care merupakan bentuk aplikasi yg
berkembang pesat saat ini. Dlm perawatan
pasien dirumah, mk perawat dapat memonitor
tanda2 vital pasien seperti TD, gula drh, BB,
RR pasien melalui internet / secara online .
 Dgn melakukn video conference, pasien dpt
b’konsultasi dlm perawatan luka, injeksi
insulin dan penatalaksanaan sesak napas.
Pada akhirnya telenursing dapat
meningkatkan partisipasi aktif pasien&
keluarga, terutama dalam manajemen
pribadi penykt kronik. Dpt m’berikan
pelayanan akurat, cepat dan dukungan
online, perawatan yg berkelanjutan dan
kontak antara perawat dan pasien yg tdk
terbatas.
 KEUNTUNGAN
Telenursing dapat mengurangi biaya
perawatan, mengurangi hari rawat di
RS, peningkatan jumlah cakupan
pelayanan keperawatan dalam jumlah
yang lebih luas dan merata, dan
meningkatkan mutu pelayanan
perawatan di rumah (home care).
• Britton,dkk ‘99 ada beberapa
keuntungan telenursing yaitu :
1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya
kesehatan, pasien dan keluarga dpt
mengurangi kunjungan ke pelayanan
keshtn (dokter praktek, ruang gawat
darurat, RS dan nursing home)
2. Dgn sumber daya minimal dpt
meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas
geografis
3. Telenursing dpt mengurangi jumlah
kunjungan dan masa hari rawat di RS
4. Dpt meningkatkan pelayanan utk pasien kronis,
tanpa memerlukan biaya & meningkatkn
pemanfaatan tehnologi
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan
keperwtn (model distance learning) dan
perkembangan riset keperwtn berbasis
informatika kesehatan.
5. Telenursing dpt pula digunakan dlm
pembelajaran di kampus, video conference,
pembelajaran online dan multimedia distance
learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat
dipelajari dan dipraktekkan melalui model
simulasi lewat secara interaktif.
 Dalam memberikan asuhan keperawatan
secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan
umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur
praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik
dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan
pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing mesti terintegrasi
dengan startegi dan kebijakan pengembangan
praktek keperawatan, penyediaan pelayanan
asuhn keperawatan, dan sistem pendidikan dan
pelatihan keperawatan yg menggunakan model
informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya
mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai
kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu
ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam
penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah :
• Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari
informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
• Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth
harus diinformasikan potensial resiko (seperti
keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui
internet atau telepon) dan keuntungannya
• Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien
(suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat
informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
• Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan,
keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi
dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
2. Klinik HIV
Saat ini mulai berkembang klinik HIV di bbrp RS
pemerintah maupun swasta  usaha mendeteksi
dini akan HIV dan mencegah penyebaran HIV di
masyarakat.
Penderita –target adlh kelompok masyarakat dgn
resiko tinggi, mis: pekerja sex, penderita HIV-
AIDS, remaja, kelompok IDU (injection drug use).
Klinik ini masih terbatas dibeberapa RS saja.
Sebab , kurangnya persiapan tenaga yg kompeten
dlm bid tsb serta sarana & prasarana yang masih
minimal. Masy masih belum siap utk
memanfaatkan klinik ini, ada stigma dimasyarakat
masih menganggap bhw penyakit ini adalah
kutukan dan harus dikucilkan
 . Namun demikian, dalam praktik nyata, telah ada
wadah khusus dari Depkes RI untuk menjaring
pengidap HIV/AIDS oleh VCT (Voluntary
Counselling and Testing). Usaha ini telah berhasil
menjaring sejumlah pengidap AIDS dimana hingga
bulan Juni 2008 telah terdeteksi 12.686 (Depkes,
2008). Dari sejumlah pasien ini, apabila
diibaratkan dengan fenomena gunung es, maka
sebenarnya disekeliling kita sudah terdapat banyak
pasien dengan HIV/AIDS.
Pencegahan HIV-AIDS pd Remaja dgn Peer Group
Remaja  masa dimana fungsi reproduksinya mulai
berkembang, berdampak pd perilaku seksualnya.  rentan
akan terjadinya HIV-AIDS yaitu pd seks bebas. Saat ini ,
dikembangkan model ”peer group” , dlm meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan remaja akan kesehatan
reproduksinya dgn harapan : suatu klpk remaja akan dpt
m’pengaruhi klpk remaja yg lain.
Diharapkan dengan metode Peer Group dapat menurunkan
angka kejadian, karena diyakini bahwa kelompok remaja ini
lbh mudah saling mempengaruhi.
3. Prinsip Moisture Balance dlm Perawatan Luka
Perwtn luka yg digunakan saat ini adlh menjaga
kelembaban area luka. Luka yg lembab  dpt
mengaktivasi “growt factor” yang berperan dlm proses
penutupan luka. Perlu diperhatikan adalah durasi waktu
dlm memberikan kelembapan pada luka sehingga resiko
terjadinya infeksi dapat diminimalkan. Selain itu prinsip
ini juga tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan
unsur2 penting lainnya serta merupakan wadah terbaik
untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi
secara optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat
efektif untuk penyembuhan luka.
4. Program sertifikasi perawat keahlian khusus
Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai
berkembang dalam tatanan layanan keperawatan,
khususnya pada bidang keperawatan medikal bedah
misalnya sertifikasi perawat luka oleh INETNA,
sertifikasi perawat anastesi, perawat emergency,
perawat hemodialisa, perawat ICU, perawat ICCU,
perawat instrument OK. Yang menjadi pertanyaan
adalah apakah standarisasi setiap sertifikasi sudah
sesuai dengan kompetensi perawat profesional karena
menurut analisa pakar program tersebut berjalan
sendiri-sendiri tanpa arahan yang jelas dari organisasi
profesi dan terkesan hanya proyek dari lembaga-
lembaga tertentu saja.
5. Hospice Home Care
Hospice home care adalah perawatan
pasien terminal yang dilakukan di rumah
setelah dilakukan perawatan di rumah
sakit, dimana pengobatan sudah tidak
perlu dilakukan lagi. Bidang garapnya
meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual
yang bertujuan dalam memberikan
dukungan fisik dan psikis, dukungan moral
bagi pasien dan keluarganya, dan juga
memberikan pelatihan perawatan praktis.
Di Indonesia, metode perawatan ini di bawah
pengelolaan Yayasan Kanker Indonesia.
Sedangkan di beberapa rumah sakit yang
lain program ini sudah dikembangkan,
namun belum dilakukan secara legal.
6. One Day Care
Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana
pasien tidak memerlukan perawatan lebih dari
satu hari. Setelah menjalani operasi
pembedahan dan perawatan, pasien boleh
pulang. Biasanya dilakukan pada kasus minimal.
Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit,
di Indonesia didapatkan bahwa metode one day
care ini dapat mengurangi lama hari perawatan
sehingga tidak menimbulkan penumpukkan
pasien pada rumah sakit tersebut dan dapat
mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga
dapat berdampak pada pasien dimana biaya
perawatan dapat ditekan seminimal mungkin.
7. Berdirinya organisasi profesi kepwt kekhususan
Sejak diakuinya perawat sbg profesi yg profesional,
saat ini mulai bermunculan organisasi profesi
perawat kekhususan dlm kep Med Bdh, misalnya
HIPKABI (Himpunan Perawat Kamar Bedah
Indonesia), InETNA (Indonesia Enterostomal
Therapy Nursing Association), IOA (Indonesia
Ostomy Association), dsb. Hal ini akan menjadi
sarana bagi perawat untuk mengembangkan dirinya
menjadi lebih profesional dlm bid garapan tertentu,
namun akan timbul permasalahan krn jenis keprwtn
akan menjadi lebih bervariasi dan berdampak lebih
luas pd organisasi keperawatan, akan terkesan
terpetak-petak. Selain itu standar dari masing2
kekhususnan belum jelas.
8. Pengembangan Evidence Based Nursing
Practice di Lingkungan Rumah Sakit
dalam Lingkup Keperawatan Medikal
Bedah
9. Kegiatan2 penelitian diklinik akan
mendukung sistem pelayanan kesehatan.
Kegiatan tersebut meliputi membentuk
komite riset, menciptakan lingkungan
kerja yg ilmiah, kebijakan kegiatan riset
dan pemanfaatan hasilnya dan pendidikan
berkelanjutan.
Isue Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di
Indonesia
a. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang
diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water
untuk mencuci awal tepi luka sebelum diberikan NaCl
0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang
menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air.
Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang
telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl
0,9%.
Akan tetapi pemakaian prosedur ini
masih menimbulkan beberapa
kontroversi karena kualitas tap water
yang berbeda di beberapa tempat dan
keefektifan dalam pengenceran betadine.
b. Belum ada dokumentasi keperawatan
yang baku sehingga setiap institusi
rumah sakit mengunakan versi atau
modelnya sendiri-sendiri.
c. Prosedur rawat luka adalah kewenangan
dokter
Ada beberapa pendapat bahwa perawatan
luka adalah kewenangan medis, akan tetapi
dalam kenyataannya yang melakukan adalah
perawat sehingga dianggap sebagai area abu-
abu. Apabila ditinjau dari bebarapa literatur,
perawat mempunyai kewenangan mandiri
sesuai dengan seni dan keilmuannya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kerusakan integritas kulit.
d. Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam
keperawatan.
Saat ini mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif
maupun pasif. Euthanasia aktif merupakan tindakan
yang sengaja dilakukan untuk membuat seseorang
meninggal. Sedangkan euthanasia pasif adalah
tindakan mengurangi ketepatan dosis pengobatan,
penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan
pendukung lainnya yang dapat mempercepat kematian
seseorang. Batas keduanya kabur, bahkan merupakan
sesuatu yang tidak relevan. Di Nederland euthanasia
sudah dalam proses untuk dilegalisasi. Dikatakan
bahwa 72% dari populasi lebih cenderung untuk
menjadi relawan euthanasia aktif.
 Dalam praktik nyata, masyarakat telah melegal-
kan euthanasia pasif terutama dalam proses
aborsi. Diyakini bahwa 30 tahun yang akan
datang, euthanasia akan bergeser dari sesuatu
yang ”samar-samar” menjadi sesuatu yang legal.
Dalam hal ini, perawat berada dalam posisi yang
sangat baik untuk mengkajinya secara lebih
obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan
terbaik bagi perawat untuk mengambil bagian
terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakan-
kebijakan terkait, khususnya pada kasus
keperawatan medikal bedah.
e. Pengaturan sistem tenaga kesehatan
Sistem tenaga kesehatan di Indonesia saat ini
belum tertata dengan baik, pemerintah belum
berfokus dalam memberikan keseimbangan
hak dan kewajibaan antar profesi kesehatan.
Rasio penduduk dengan tenaga kesehatan
pada tahun 2003 menunjukkan perawat
108,53, bidan 28,40 dan dokter 17,47 per
100.000 penduduk. Berdasarkan hasil
penelitian dari DEPKES menyebutkan bahwa
puskesmas belum mempunyai sistm
penghargaan bagi perawat.
f. Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di RS
pemerintah & swasta dibandingkan S1
Dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan S1
Keperawatan
Dilihat dari jumlah formasi seleksi CPNS, jumlah S1
sedikit dibutuhkan dibandingkan D3 keperawatan.
Hal ini akan berdampak pada kualitas layanan asuhan
keperawatan pada lingkup medikal bedah yang hanya
berorientasi vokasional tidak profesional. 
g. Peran dan tanggung jawab yang
belum ditetapkan sesuai dengan
jenjang pendidikan sehingga
implikasi di RS, antara D3 , S1 dan
Spesialis belum jelas terlihat.
Issue Keperawatan saat pandemi
 Dilema Peran perawat saat pandemi : caregiver,
edocator/penyuluh, advocate, kolaborator,
konselor, peneliti,change agent,dll yang dalam
keadaan keterbatasan harus tetap dijalankan dgn
baik. Meski kadang keberadaan-nya ditolak
masyarakat at utk pulang kerumahnya sendiri.
 Apresiasi thd peran perawat berupa pujian &
diharapkan kehadirannya..tetapi bila ada
kelalaian dalam melakukan tindakan atau kurang
empati pada klien…bisa menjadi hujatan.
 Kurangnya tenaga perawat saat pandemi Corona,
banyak tenaga medis/ kepwtn yang meninggal …
hrs pandai mengatur jadual spy tetap sehat/ imun
cukup.
 Tenaga kesehatan / keperawatan di garis depan
wabah Covod-19  tetap harus profesional
dalam peran2nya ..tetap “Care” memberi
dukungan fisik & psikologis pada pasien.(yg
umumnya mendpt berbagai tekanan sosial)
 Menjadi Perawat di masa Pandemi Covid-19 
komunikasi yg baik (edukator) & ajarkan tehnik
nafas dalam spy pasien lbh relaks
 Hari kesehatan sedunia ’ 20 : WHO soroti Peran
penting Perawat di tengah pandemi Covid-19
 Beberapa RS dan Puskesmas yg tutup pelayanan
krn petugasnya bbrp terkena Covid
 Tidak mudah jadi perawat di tengah pandemi
Corona  Bertugas menjadi perawat tentunya
tidak mudah, tidak semua perawat mau
ditempatkan di ruang isolasi karena resiko
tinggi; perawat dgn mengenakan pakaian APD
lengkap berupa baju Hazmat dalam melayani
pasien suspect Covid-19 cukup tidak nyaman /
pengap,dll
Di satu fihak : klien sering tidak jujur dg gejala2
yg dikeluhkan, shg perawat tertular.
 Tren “Gejala Depressif “/”gangguan mental “
dalam Masa Pandemi Covid-19  paranoid.

Anda mungkin juga menyukai