Anda di halaman 1dari 92

Nyala api yang tampak adalah

massa zat yang sedang berpijar


dalam proses reaksi kimia oksidasi
eksothermal

N
GE

HE
Y

AT
OX
FIR
FIR
EEFUEL
CO2 H2 O Tahapan terjadinya nyala api
1. Vaporization.
Reaksi nyala api akan terjadi dalam bentuk
partical /uap. Besaran temperatur yang
Free radicals dibutuhkan disebut flash point
reaction 2. Uap bahan bakar akan dapat terbakar di
atmosfir apabila konsentrasinya tepat,
dalam batas tertentu. Batasan konsentrasi
O partical/uap diudara disebut flammable
range. Sampai kondisi ini belum terjadi
O2 2
reaksi oksidasi
Reaksi oksidasi, akan terjadi apabila ada
VAPORIZATION sumber pemicu nyala dan akan terjadi nyala
api sekejab.
3. Rantai reaksi api akan berlangsung terus
Cx Hx
FUEL

menerus apabila terjadi siklus panas


sehingga laju penguapan tidak terputus

SOURCE ENERGY
HEAT OUT PUT

BESARAN ANGKA YANG


MENGHUBUNGKAN SEGITIGA API
(FUEL-OXYGEN-HEAT)

HE
N

?
GE

AT FLAMMABLE RANGE
Y

FEEDBACK
OX

FIRE • FLASH POINT


? • FIRE POINT
? ? • AUTO IGNITION TEMPERATURE
FUEL

BESARAN ANGKA-ANGKA TSB.


HARUS DIKENALI DAN DIKENDALIKA

SOURCE ENERGY
Heat output

OXYGEN FUEL
Free
radicals
Vaporization
reaction

HEAT

Free radicals
reaction

Solid Liquid gas


STEADY

TH

DE
o
250 - 600 - 1000 C

OW

AYC
GR
FIRE STAGE

 Mulai terjadinya api/kebakaran tidak diduga waktu dan


tempatnya;
 Api akan menjadi besar dan meluas bila cukup media
penghantarnya;
 Intensitas nyala api dipengaruhi oleh sifat flammability dan
kwantitas jenis material yang terbakar;
 Kebakaran akan surut dan padam bila keseimbangan reaksinya
tidak cukup.
PHASES of
PHASES of FIRE
FIRE

3 - 10 menit
INTENSITAS

STEDY
th Fully development fires
ow

DE
(600-1000 o C)
Gr

CA
Initiation

Y
TIME

Source
Energi
NON THERMAL
(ASAP & GAS)
Mengancam keselamatan
manusia

THERMAL
Kerusakan/kerugian
Asset & Lingkungan
The Potential Effect of Fire on People and Property

Smoke
Temperature

Carbon
Monoxide

Carbon
Dioxide
N

HE
GE

AT
Y

Oxygen
OX

FIRE
FIRE
FUEL
Fire Loads Effect of Fire on People,
Quantity & Property and
Flammability of Environment
material
Frequency
N
E

HE

Outcome
YG

AT
OX

FIRE
FIRE  Rate of heat release
FUEL
 Flame spread
 Smoke obscuration
 Toxicity
 Ignitibility by heat transfer
DI TEMPAT KERJA ANDA
► Apakah ada peluang utk terjadi
kebakaran
► Apa konsekuensinya bila terjadi
kebakaran
► Upaya apa yang telah dilakukan
 Listrik
 Sambaran petir
 Listrik Statis
 Rokok
 Api terbuka
 Pemotongan/pengelasan
 Permukaan panas
 Bunga api pembakaran
 Bunga api Mekanik
 Reaksi kimia
 Penangasan
 Non teknis
Major
Hazard

TINGKAT KEPARAHAN AKIBAT BENCANA PELEDAKAN


DAPAT MENGHANCURKAN INSTALASI PABRIK
DAN MENGANCAM KESELAMATAN
PENDUDUK DISEKITARNYA
Handbook Industrial Loss Prevention
(1200 kasus dalam 5 Th)
 Fuels : 50 % (Ruang bakar boiler, oven)
 Vapors : 12 % (Oven pengering)
 Trapped steam : 7 %
 Gas : 6 % (Pipa gas bocor)
 Presurized tank: 6 % (BLEVE)
 Reaksi kimia :5%
 Debu :5%
 Lain-lain :5%
►PELEDAKAN FISIKA
(Expanse)
Pelepasan tekanan uap/gas
seperti : Ketel uap, bejana
tekanan, kompresor dll.

►PELEDAKAN KIMIA
(Explosive)
Pelepasan energi potensial dari
reaksi bahan kimia yang disertai
pelepasan energi panas yang
tinggi dalam waktu yang cepat
 POTENSI TERBENTUKNYA UAP/DEBU
FLAMMABLE DI UDARA

 POTENSI TERJADINYA PENANGASAN

 POTENSI SUMBER ENERGI PANAS

 GELOMBANG TEKANAN LEDAKAN


(Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion)

Peledakan tangki gas cair FIREBALL


yang mendidih akibat pajanan
panas

PAPARAN TANKI BAHAN BAKAR


PANAS GAS CAIR
Petro 2
BI

Petro1

Kerusakan

Adanya Korban
Penyimpangan Jiwa Dampak
Standar K3 Lingkungan
1. CARA PENGURAIAN (STARVATION)
MEMISAHKAN ATAU
MENYINGKIRKAN BAHAN YANG
MUDAH TERBAKAR
2. CARA PENDINGINAN (COOLING)
MENURUNKAN PANAS/TEMPERATUR
BAHAN
3. CARA ISOLASI (SMOTHERING)
MENURUNKAN KADAR OXIGEN  12%
UDARA
Dilution

Smothering

Starving Cooling

BAHA
API
N HEAT
BAKA
22
23
ALAT PEMADAM
API RINGAN

PORTABLE FIRE
EXTINGUISHER
 DAPAT DIOPERASIKAN SATU
ORANG
 UNTUK PEMADAMAN MULA
KEBAKARAN
 SEBATAS VOLUME API KECIL
Penempatan tepat
Perencanaan
Petugas kompeten
Pengadaan Sertifikat

Kebijakan

Fire risk Assessment


 Efektif
Jenis
 Aman
dan
 Tidak
ukuran
Pemeliharaan teratur Merusak
tepat
ALAT PEMADAM API RINGAN
Ref :
Pert. Menaker No Per-04/Men/1980

HARUS SIAP PAKAI PADA WAKTUNYA


 JENIS DAN UKURANNYA SESUAI
 MUDAH DILIHAT DAN MUDAH
DIAMBIL
 KONDISI BAIK
 SETIAP ORANG DAPAT
MENGOPERASIKAN DENGAN
BENAR, TIDAK MEMBAHAYAKAN
DIRINYA.
 Designing
 Listing  Inspecting
 Selecting  Recharging
 Purchasing  Maintaining
 Installing  Testing
 Approving  Operating
JENIS JENIS
JENIS
JENIS
BASAH KERING
KERING
BASAH - - DRY
- - AIR
AIR DRYPOWDER
POWDER
- - BUSA - - CO2
CO2
BUSA - - CLEANT
CLEANTAGENT
AGENT
WATER
FOAM

HALON

POWDER
KLASIFIKASI KEBAKARAN
Ref : Permenaker. 04/1980

Combustible
A Material

B C
Flammable Electrical
Liquid/gas Equipment

D
Metals

A B C
ABC

Multi Purpose
i Jenis Media Pemadam
as

Jenis Kebakaran Tipe Basah Tipe Kering


ifik
s
Kla

Air Busa Powder Clean


Agent
Klas A Bahan spt (kayu, kertas, kain dsb. VVV V VV V*)
Bahan berharga XX XX VV**) VVV
Bahan cair XXX VVV VV V*)
Klas B
Bahan gas X X VV V *)
Klas C Panel listrik, XXX XXX VV VVV
Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus XXX
Keterangan :
VVV : Sangat efektif X : Tidak tepat
VV : Dapat digunakan XX : Merusak
V : Kurang tepat/ tidak dianjurkan XXX : Berbahaya
*) : Tidak efisien **) : Kotor / korosif
STANDAR APAR
APAR
Dirancang dengan tekanan > 14kg/cm2
dapat mendorong seluruh medianya
(sisa mak 15%) dalam waktu min. 8 detik

Syarat :
- Angka keamanan min 4,13 x WP (65 oC)
- Test pressure 1,5 x WP(65 oC)
- Pengujian ulang tiap 5 tahun

APAR
Sebagai sarana K3 (Safety
Equipment)
Pengandung Potensi Bahaya
Jenis media tidak
WATER

sesuai klasifikasi
HALON
POWDER
FOAM api/kebakaran

Setiap jenis media pemadam masing-masing memiliki keunggulan


dan kekurangan, bahkan dapat membahaya kan bagi petugas atau
justru memperbesar api
KEGAGALAN APAR

WATER
HALON

POWDER

FOAM
• Ukuran
Tidak sesuai
• Jenis
• Tidak bertekanan
- bocor
Tidak berfungsi/macet
• Menggumpal
Salah penempatan - tunda refill

• Belum ditunjuk
Petugas
• Tidak trampil
Daya pemadamannya (fire ratting) lebih
rendah dari volume api/kebakaran (Fire
load)
STANDAR KLASIFIKASI DAYA PEMADAMAN

Notasi : Nilai & Klas D


B C
A

Notasi Fire ratting didasarkan dari hasil


pengujian laboratories
Klasifikasi Hunian
Ringan Sedang Berat
Rating Jarak Luas Luas Luas
ft sq ft sq.ft sq.ft

1A 75 3000 X X
2A 75 6000 3000 X
3A 75 11250 4500 3000
4A 75 11250 6000 4500
6A 75 11250 9000 6000
10A 75 11250 11250 9000
20A 75 11250 11250 11250
40A 75 11250 11250 11250
REFILLING & TESTING
Ref. : Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. Per 04/Men/1980

JENIS REFILLING TESTING

Water 5 th 5 th

Mechanical Foam 3 th 5 th

Chemical Foam 2 th 5 th

Dry powder 5 th 5 th

Halogen 5 th 5 th

CO2 5-10 th 10-5-5 th


PEMADAMAN EVAKUASI
& &
LOKALISASI RESCUE
FLASH
OVER
DETEKSI
ALARM

PENGENDALIA
PENGENDALIANN
ENERGI
BERBAGAI BENTUK PERWUJUDAN ENERGI YANG DIGUNAKAN
HARUS DIKENDALIKAN BERDASARKAN KAIDAH TEKNIK
MERUJUK PADA PERATURAN DAN STANDAR YANG BERLAKU

LISTRIK (31 %)
ELEKTRO STATIK MEKANIK
SAMBARAN PETIR
KIMIA

API TERBUKA NUKLIR


(34%)
Pasal 3 ayat (1) mencakup
18 Butir Syarat K3
UU No. 1 TH 1970
Pasal 3 ayat (1).
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat
keselamatan kerja untuk :
 mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran,
 memberikan kesempatan jalan menyelamatkan diri dalam
bahaya kebakaran
 pengendalian penyebaran asap, gas dan suhu

Pasal 9 ayat (3).


Pengurus wajib membina K3 penanggulangan kebakaran
(SEBELUM) (SELAMA) (SESUDAH)

 PENGENDALIAN INVESTIGASI
 INVESTIGASI
ENERGI
 DETEKSI
ALARM ANALISIS
 ANALISIS
 KOMPARTEMENISASI
 PEMADAMAN REKOMENDASI
 REKOMENDASI
 SISTEM PROTEKSI
AKTIF-PASIF
 LOKALISIR REHABILITASI
 REHABILITASI
 SARANA EVAKUASI
 EVAKUASI &
 SAFETY EQUIPMENT RESCUE
 PEMBINAAN &  PENGAMANAN
LATIHAN
 Pengendalian setiap bentuk energi al. :
o Penyimpanan dan penanganan bahan mudah
terbakar/meledak
o Sistem pengamanan peralatan, mesin

 Pengadaan system proteksi kebakaran


o Pasif Fire Protection
o Aktif Fire Protection

 Manajemen Penanggulangan kebakaran


o Organisasi & personel
o Prosedur Work Permit &
o Prosedur tanggap darurat
 Fire Safety Policy
Fire safety  Pre-fire planning
management  Pengorganisasian Fire Teams
 Pembinaan dan latihan
 Fire Emergency Respons Plan
 Fire drill/Gladi terpadu
 Inspection & Testing berkala
 Preventive maintenance
MANAJEMEN
PENANGGULANGAN  Firesafety Audit
KEBAKARAN
 System informasi /komunikasi
 POSKO Pengendalian darurat
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pengendalian •KEPMENAKER 75/2002 K3 LISTRIK


ENERGI •PERMENAKER 02/1989 Prot. Petir
•KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)

SARANA •PERMENAKER 04/1980 APAR


PROTEKSI •PERMENAKER 02/1983 ALARM
KEBAKARAN
•INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997

• PERMENAKER 04/1987 P2K3


MANAJEMEN • PERMENAKER 05/1996 SMK3
K3
• KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA
PENANGGUNG JAWAB UMUM
(PENGURUS)

DEPARTEMEN DEPARTEMEN DEPARTEMEN


……………….. K3 ………………..

DEVISI FIRE 1/300


FIRE MENS
Koordinator
SUB UNIT ………..
1/100

PERAN
KEBAKARAN
……….2/25
Ref. Kepmennaker No 186/1999
PENANGGUNG
PENANGGUNGJAWAB
JAWABUMUM
UMUM
(PENGURUS)
(PENGURUS)

DEPARTEMEN
DEPARTEMEN K3
K3

PENANGGUNG
PENANGGUNGJAWAB
JAWAB
UNIT
UNITPENANGGULANGAN
PENANGGULANGANKEBAKARAN
KEBAKARAN
PETUGAS REGU

PENANGGULANGAN
KOORDINATOR
KOORDINATORSUB
SUBUNIT
UNIT KEBAKARAN
PENANGGULANGAN
PENANGGULANGANKEBAKARAN
KEBAKARAN

PETUGAS
PETUGAS
PERAN
PERANKEBAKARAN
KEBAKARAN
Ref. Kepmennaker No 186/1999
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN
URAIAN TUGAS
TUGAS
ORGANISASI
ORGANISASI TANGGAP
TANGGAP DARURAT
DARURAT KEBAKARAN
KEBAKARAN

(Lini I)
PET. PERAN KEBAKARAN (KLAS D)
Tugas pokok sesuai jabatan utamanya

Merupakan tugas tambahan selain tugas pokoknya


Pada waktu jam kerja

1. Melaporkan kondisi bahaya dan keadaan sarana prot.


kebakaran
2. Melakukan tindakan pemadaman awal bila terjadi
kebakaran dan memandu evakuasi
3. Bertanggung jawab di unit kerja tertentu.

Psl 7
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

(Lini II)
ANGG. REGU PEN. KEBAKARAN (KLAS C)
TUGAS POKOK :
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja
(Diatur sistem shift)
Tugas :
1. Melakukan patroli rutin ke seluruh area kerja memantau
semua aspek pencegahan kebakaran.
2. Memelihara, memeriksa dan menguji semua sarana
proteksi kebakaran agar selalu dalam keadaan siap pakai.
3. Siap siaga melakukan tindakan menghadapi keadaan
darurat kebakaran untuk pemadaman dan penyelamatan

Psl 8
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

KLAS B :
KOORDINATOR SUB UNIT PEN. KEBAKARAN
Tanggung jawab di unit kerja tertentu

Tugas :
1. Mengkoordinasikan program penanggulangan kebakaran
(inspeksi & latihan)
2. Memimpin operasi penanggulangan kebakaran

Psl 9
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

KLAS A :
PENANGGUNG JAWAB TEKNIK
PEN. KEBAKARAN
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja
Tugas :
1. Menyusun, melaksanakan dan evaluasi program kerja
pengendalian kebakaran
2. Melakukan audit internal dan pengawasan langsung
3. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan syarat K3

Psl 10
KEBIJAKAN
MANAJEMEN
► Adanya komitmen dari pimpinan untuk
pencegahan dan penanggulangan kebakaran
► Adanya prosedur dan rencana tanggap darurat.
► Pembinaan dan pelatihan
► Evaluasi dan monitoring
FIRE PREVENTION
(Pengendalian kebakaran)

PRE FIRE POST FIRE


CONTROL IN CASE FIRE CONTROL CONTROL

FIRE SAFETY
FIRE SAFETY MANAGEMENT
MANAGEMENT
PRE FIRE CONTROL
(Pengendalian kebakaran)

Identifikasi potensi bahaya kebakaran


Identifikasi skenario kebakaran
Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran
Perencanaan system proteksi kebakaran (Aktif/Pasif)
Perencanaan tanggap darurat (FEP)
Pembentukan organisasi
Pelatihan/Sertifikasi
Psl. 2 (1) (2) & (3)
IN CASE
FIRE CONTROL

FIRE EMERGENCY PLAN

Antara lain :
o Informasi sumber bahaya dan cara pencegahannya;
o Jenis sarana proteksi kebakaran, petunjuk pemeliharaan, dan
cara penggunaannya;
o Prosedur kerja aman
o Prosedur dalam keadaan darurat

Psl 2 (4)
IN CASE
FIRE CONTROL

FIRE EMERGENCY PLAN

Deteksi
Alarm
Padamkan-Lokalisir
Evakuasi
Rescue & P3K
Amankan
POST
FIRE CONTROL

•INVESTIGASI

• ANALISIS

• REKOMENDASI

• REHABILITASI
CUTTING & WELDING IS HAZARDOUS!
CAN IT BE AVOIDED ?
IS THERE A SAFER WAY?
PERMIT
Applies Only to Area Specified Below

Date : …………………………..
Building : ………………………………………….. Floor
…………………………………………...….
Nature of the job …………………………….
The above location has been examined. The precautions checked reverse of card have
been taken to prevent fire. Permission is granted for this work.
Permit expires : ……………………………….
Signed
Fire Safety Supervisor

Time started …………………. Time finished ………………………..


FINAL CHECK-UP
Work area and all adjacent areas to which sparks and heat might have spread (such as
floors above and below and on apposite side of walls) were inspected for at least 30
minutes after the work was completed and were found fire safe
Signed …………………………..
After signing return permit to person who issued it.
INSTRUKSI MENAKER No.11 TH 1997
TENTANG
PENGAWASAN SARANA PROTEKSI KEBAKARAN
Memuat ketentuan:
Juklak & Juknis Sertifikasi Sistem Proteksi Kebakaran

Tujuan Sertifikasi:
Upaya pengendalian secara administratif tertuang dalam
dokumen legal

Prosedur/dokumen:
o Gambar teknis
o Spesifikasi teknis
o Hasil test comisioning
o Berita acara & Hasil pemeriksaan dan pengujian
o Sertifikat Pengesahan
o Syarat-syarat
INSTRUKSI MENAKER No.11 TH 1997
TENTANG
PENGAWASAN SARANA PROTEKSI KEBAKARAN
Sertifikasi
o Pengesahan gambar Rencana
o Pelaksanaan harus sesuai persyaratan yang ditentukan dalam surat izinnya
o Test Comisioning
o Pekerjaan dapat diserah terimakan setelah seluruh kriteria penilaian
dipenuhi
o Pengesahan laik operasi
o Memuat dokumen teknis, administratif dan syarat yang harus dipedomani
(sebagai kendali administratif )
o Pemeriksaan dan pengujian berkala
o Penyimpangan yang ditemukan harus dipenuhi sesuai syarat yang
ditentukan
Persyaratan K3 Proteksi Kebakaran di Gedung
atau tempat kerja

A. Kesesuaian standar bangunan dengan jenis


hunian
B. Sistem proteksi kebakaran
C. Kesiapan personel
D. Akses bantuan
E. Manajemen
A. KESESUAIA o bahwa peruntukan bangunan harus
N STANDAR sesuai dengan IMB (Bangunan
BANGUNAN yang beri ijin untuk perkantoran
DENGAN harus harus digunakan sebagai
JENIS perkantor, tidak boleh diubah fungsi
HUNIAN menjadi yang lain)
o Peralatan yang digunakan sesuai
dengan standar K3 dan standar teknis
lainnya (UU No. 1 Tahun 1970)
o Pelaksanaan pemeriksaan dan
pengujian terhadap peralatan sesuai
dengan ketentuan K3 (UU No, 1
Tahun 1970)
B. SISTEM o Sistem deteksi, alarm yang mampu
PROTEKSI memberikan informasi tanda bahaya yang
KEBAKARA cepat dan akurat.
N  Untuk mendeteksi kebakaran seawal
mungkin, sehingga tindakan pengamanan
yang diperlukan dapat segera dilakukan
 Perencanaan, pemasangan pemeriksaan
pengujian pemeliharaan sistem deteksi
otomatik diatur dalam Permen NO.
02/Men/1983 ttg sistem deteksi otomatik.
o Tersedianya Peralatan atau Sistem proteksi
yang dapat menghambat menjalarnya
kebakaran, asap, panas dan gas, Contohnya :
penggunaan Fire retardant dan
kompartemenisasi dll
Sistem Proteksi Kebakaran
o Tersedianya peralatan atau system
proteksi kebakaran yang sesuai dengan
jenis potensi bahaya kebakaran yang ada
di gedung / perusahaan. sesuai dengan
standar K3)
Contoh :
Persyaratan APAR sebagaimana diatur dalam
Permenaker No. 04/Men/1980 tentang persyaratan
APAR :
 Harus siap pakai pada waktunya
 Jenis dan ukurannya sesuai
 Mudah dilihat dan mudah diambil
 Kondisi baik
 Setiap orang dapat mengoperasikan dengan benar, tidak
membahayakan dirinya.
 Dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala.
o Sistem pemadam yang dapat mengatasi meluasnya
bahaya kebakaran. (Springkler, Hydrant )
C. KESIAPAN o Yang mampu mengidentifikasi
PERSONIL bahaya kebakaran di tempat kerja
YANG o yang mampu dan kompeten untuk
KOMPETEN menghadapi bahaya kebakaran.
o Yang mampu memelihara
peralatan/sistem proteksi kebakaran,
sehingga peralatan/sistem siap pakai
o Yang mampu memimpin dan
berkoordinasi dalam keadaan
darurat.
AKTIF
 DETECTION
 ALARM
 FIRE EXTINGUISHER
 SPRINKLER
 HYDRANT, ETC
PASSIF

 MEANS OF ESCAPE
 KOMPARTEMEN
 SMOKE CONTROL
 FIRE/SMOKE DAMPER
 FIRE RETARDANT/TREATMENT
CARA MENYELEKSI SISTEM
EFEKTIVITAS PEMADAMAN DAMPAK THD PERALATAN
Kecepatan pemadaman Clean-up pasca pemadaman
Sesuai bahaya yg dihadapi Kerusakan akibat air
Post-fire hold time Kerusakan bahan & karat
Kemampuan menembus api Terjadi kondensasi
Risiko penyalaan kembali Terjadi regangan termal
MASALAH INSTALASI GANGGUAN THD PENGHUNI
Ukuran & berat alat pemadam Daya racun
Masalah pemipaan Level kebisingan
Kemudahan dlm pemeliharaan Penambahan tekanan udara
Waktu pemasangan Jarak pandang / penglihatan
Biaya instalasi Bahaya terhirup
Biaya pengisian ulang Alat listrik bertegangan aman
Ketersediaan bahan pemadam Dekomposisi termal bahan
KECOCOKAN RUANG PENERIMAAN THD LINGKUNGAN
Ruang bisa menyimpan gas Potensi penipisan lap. ozon
Tuntutan uji integritas ruangan Potensi pemanasan global
Kebutuhan menyumbat bocor Lama hidup di atmosfir
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. PER-02/MEN/1983
TENTANG
INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK

Ruang lingkup
- Perencanaan
- Pemasangan,
- Pemeriksaan
- Pengujian
- Pemeliharaan
Signal
Detektor alarm

FIRE FOULT
FAULT

NORMAL
Panel Indikator
1 11 1 11 1
2 12 2 12 2
3 13 3 13 3
4 14 4 14 4
5 15 5 15 5
6 16 6 16 6
7 17 7 17 7
8 18 8 18 8
9 19 9 19 9
10 20 10 20 10

2. Mimic Panel
11
MCFA 12
13
14
Merk : 15
Model : 16
Instalatir : 17
Pengesahan No : 18
Tgl :
19
3. Anounciator Panel 20
• ULTRA VIOLET
Nyala • INFRA RED

• FIXED TEMPERATURE
Panas
• RATE OF RISE

Asap • IONIZATION
• OPTIC

• Push bottom
Manual • Full down
• break glass
Nyala 20 titik

Panas 40 titik

Asap 20 titik

•ZONE 3 Luas tiap zone deteksi


•ZONE 2 - ruang tanpa sekat mak. 2000 m2
•ZONE 1 - terdapat sekat mak. 1000 m2
DETEKTOR
KEBAKARAN
AC
Off

SPRINKLER
LIFT
(FS)
Off

PRESS FAN
POMPA On
HYDRANT
supply daya MCFA
Media pemadam Halon
(F, Cl, Br)
SMOKE HEAT
!!!!!!!!!!!!
CONTROL Mengandung potensi bahaya
FIRE
keracunan
INDIKATOR BUZER
ALARM HARUS MEMILIKI IJIN K3
DISCHART
CONTROL VALVE
PANEL
Tekanan mak. 50 bar
Temp pecah 97o C
SISTEM HYDRAN
DAN SPRINKLER
1 1/2 Inc

2 1/2 Inc
2 1/2 Inc

out door

RESERVOAR
Jaringan instalasi pipa air untuk
pemadam kebakaran yang dipasang
secara permanen

Komponen sistem Hidrant


 Sistem persediaan air (45 menit) 1 1/2 Inc
 Sistem Pompa
(Jockey, Utama & Cadangan)
 Jaringan pipa
 Kopling outlet / Pilar / Landing valve 2 1/2 Inc
 Slang dan nozle 2 1/2 Inc
 Sistem kontrol tekanan & aliran
Out door

Seamese
Connection

RESERVOAR
Data input
Klasifikasi hunian : Ringan
Sedang I, II, III,
Berat
Khusus

Variabel : Peruntukan bangunan


Jumlah dan sifat penghuni
Konstruksi bangunan
Flammability dan Quantity Material
(Fire loads)

Standard klasifikasi sistem : Ukuran kepala sprinkler


Kepadatan pancaran
High zone
Medium Zone
Low zone

RESERVOAR
53o C
141o C

68o C
182o C

79o C

201o C
260o C
93o C
Q = a x V (l/men)

Dasar perencanaan sprinkler


Kepadatan pancaran dibagian hidrolik tertinggi dan terjauh
Yaitu :
Debit air yang dipancarkan oleh empat kepala sprinkler dirancang
mampu menyerap energi kalor (beban api) yang ada dalam area yang
dibatasi oleh empat kepala sprinkler
Kepadatan pancaran
Resiko Ringan 2,25 mm/menit
Luas mak. 84 m2

Resiko Sedang 5 mm/menit


I : 72 m2
II : 144 m2
III : 360 m2

Resiko Berat 7,5 - 12,5 mm/menit


Luas mak. 260 m2
Klas Hunian
 Ringan : 10 mm - 3/8 in
 Sedang : 15 mm - ½ in
 Berat : 20 mm - 17/32 in

Kapasitas Aliran : Q , gpm


Kepala Sprinkler
Tekanan
Psi 3/8 in 1/2 in 17/32 in

10 9 18 25
15 11 22 32
20 13 25,5 36
25 14,5 28,5 40
35 17 34 47
50 20 40 56,5
75 25 49,5 69
100 28,5 57 80
Jumlah Kepala Sprinkler
Ukuran Pipa
Ringan Sedang Berat

1 2 1 2
1¼ 3 2 3
1½ 5 5 5
2 10 8 10
2½ 20* 15 30
3 40* 27 60
3½ 65* 40 100
4 100 55 275
5 160 120
6 275
8 200*
400
 Tersedianya sarana evakuasi.
o adanya sarana yang dapat
menjamin orang membebaskan
diri dari tempat bahaya ke tempat
aman tanpa bantuan orang lain.
 Tersedianya sarana rescue.
o yaitu adanya sarana/bantuan dari
pihak luar bagi penghuni yang
tidak dapat menyelamatkan diri
sendiri (terluka).
 Tersedianya akses jalan.
o untuk masuknya bantuan dari luar
(Mobil pemadam, rescue,
ambulance, landasan helikopter
dll)
 Koordinasi dan kerjasama
dengan instansi terkait
for
attantion…

Anda mungkin juga menyukai