Anda di halaman 1dari 59

Analgetik/Antipiretik/NSAID

Abdi Santoso, S.Farm., M.Biomed., Apt.


Pretest
Apa yang dimaksud dengan Analgesik,
antipiretik dan antiinflamasi ?
Apa yang dimaksud dengan Analgetik
Opioid ?
Sebutkan jenis-jenis mediator rasa nyeri
Mekanisme kerja obat analgetik-
antipiretik
Nyeri

Perasaan atau keadaan emosi yang tidak


menyenangkan karena potensial kerusakan
jaringan atau jaringan rusak.
Nyeri
Wolf W. Feurst (1974) : suatu perasaan menderita
secara fisik dan mental atau perasaan yg
menimbulkan ketegangan
Mc Coffery (1979) : suatu keadaan yg
mempengaruhi seseorang, yg keberadaanya
diketahui hanya jika orang itu pernah
mengalaminya
Arthur C. Curton (1983) :  suatu mekanisme
produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang rusak,dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi utk menghilangkan nyeri
Karakteristik Nyeri (PQRST)
P (pemacu) : faktor yg mempengaruhi gawat
dan ringannya nyeri
Q (quality): seperti apa  tajam, tumpul,
atau tersayat
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (severity/SKALA NYERI) : keparahan /
intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan atau
frekuensi nyeri
Penyebab/Stimulus Nyeri
Trauma
Gangguan pada jaringan tubuh ex : edema
Tumor
Iskemiapada jaringan
Spasme otot
Fisiologi Nyeri
Tahapan Fisiologi Nyeri
Transduksi
Transmisi
Persepsi
Modulasi
Tahapan Fisiologi Nyeri
Tahapan Transduksi
Stimulus akan memicu sel yang terkena nyeri
utk melepaskan mediator kimia (prostaglandin,
bradikinin, histamin, dan substansi P) yg
mensensitisasi nosiseptor
Mediator kimia akan berkonversi menjadi
impuls-impuls nyeri elektrik
Tahapan Fisiologi Nyeri
Tahap Transmisi
Terdiri atas 3 bagian :
Nyeri merambat dari serabut saraf perifer
(serabut A-delta dan serabut C) ke medula
spinalis
Transmisi nyeri dari medula spinalis ke batang
otak dan thalamus melalui jaras spinotalamikus
(STT)  mengenal sifat dan lokasi nyeri
Impuls nyeri diteruskan ke korteks sensorik
motorik, tempat nyeri di persepsikan
Tahapan Fisiologi Nyeri
Tahap Persepsi
Tahap kesadaran individu akan adanya nyeri
memunculkan berbagai strategi perilaku kognitif
utk mengurangi kompenen sensorik dan afektif
nyeri
Tahapan Fisiologi Nyeri
Tahap Modulasi
Fase ini neuron di batang otak mengirim sinyal-
sinyal kembali ke medula spinalis
Serabut desenden itu melepaskan substansi
(opioid, serotonin, dan norepinefrin) yg akan
menghambat impuls asenden yg membahayakan
di bagian dorsal medula spinalis
Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi Nyeri
Nyeri akut : Nyeri yang timbul karena kerusakan  jaringan,
nyeri yang timbul secara mendadak dan diikuti aktifitas
syaraf otonom. Nyeri akut terjadi kurang dari 6 bulan
 Citi-ciri Nyeri akut
Cepat menghilang,
Tidak melebihi 6 bulan
Ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
Takikardi
Hipertensi
Pucat
Miadriasis
Klasifikasi Nyeri
Nyeri akut
Aktifitas syaraf otonom: takikardi,
hipertensi, keringat dingin, pucat, pupil
medriasis.
Nyeri akan hilang setelah penyembuhan
jaringan
Pengobatan paling baik jika dilakukan
pada etiologinya
Terapi dengan analgetik
Klasifikasi Nyeri
Nyeri akut
Rangsangan pada kulit→Impuls →Nosiseptor
(Tipe α, ∂, dan C) →Saraf aferen → Medulla
spinalis →Traktus spinotalmikus → Talamus →
diproyeksikan pd  korteks somatosintesis (Proses
deskriminatif informasi: Menentukan lokasi dikulit
shg dapat merasakannyeri dibagian kulit tertentu)
Nosiseptor dapat diaktifkan melalui: rangsangan
mekanik yang kuat
Dingin yang ekstrim
Panas yang tinggi
Klasifikasi Nyeri
Nyeri kronis 
Nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, menetap,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu
lebih dari 6 bln, sukar dicari penyebabnya, tidak disertai
aktivitas syaraf otonom
Ex: nyeri terminal
Nyeri kronis
Umumnya karena kanker
Tidak disertai dengan aktifitas saraf otonom
Disertai gejala: Kecemasan, ketakutan, putus asa,
gangguan tidur, nafsu makan dan libido berkurang, BB↓
Klasifikasi Nyeri
Hal yang harus diperhatikan dalam penanganan
nyeri kronik:
Tidak fokus pada PF saja
Faktor psikologis
Latar belakang Sosial Ekonomi

Mekanisme nyeri kronik


Mekanisme nyeri perifer
Mekanisme nyeri perifer sentral
Mekanisme nyeri sentral
Mekanisme nyeri Psikologis
Klasifikasi Rasa Nyeri
Mekanisme nyeri perifer
Proses paologis jaringan berupa perubahan
kimia, mekanik, dan termal→ terlepasnya pain
product substansi → ↑aktifitas saraf simpatis →
↓/↑ nyeri
Serabut saraf Tipe α, ∂, dan C yg telah
mengalami kerusakan → >> sensitif
Nyeri perifer sentral
Mekanisme lingkaran setan
Mekanisme decrease of pheripheral inhibition
Klasifkasi Rasa Nyeri
Mekanisme lingkaran setan
Kerusakan jaringan →Reflek otot dan reflek simpatis→
spasme, vasokonstriksi → ischemia → pain product
subtance →aktifitas simpatis →↑ noradrenalin
(sensitifitas terhadap nyeri)→ Nyeri yang menetap.
Mekanisme decrease of pheripheral inhibition
Substansi gelatinosa (SG) pada konureseptor medula
spinalis sebagai pintu kontrol jalur rangsang nyeri ke
perifer dan ke medula spinalis untuk selanjutnya terus ke
otak
Stimulasi nyeri mengalami dari perifer lebih dulu
mengalami modulasi di SG sebelum diteruskan ke spinal
Klasifikasi Rasa Nyeri
Mekanisme nyeri sentral
Mekanisme nyeri yang pasti beum jelas tetapi
diduga  disebabkan oleh hilangnya pengaruh
inhibisi desending Nyeri sentral bisa mengenai SSP
Nyeri dirasakan seperti: rasa terbakar, hiperalgelsia

Mekanisme nyeri psikologis


Mekanisme Nyeri psikofisiologis
Mekanisme Nyeri Operant
Mekanisme Nyeri psikogen
Mekanisme Nyeri psikiatri
Klasifikasi Rasa Nyeri
Mekanisme Nyeri psikofisiologis
Stress →spasme otot, vaso konstriksi lokal,
gangguan viseral, producing substance → NYERI
NYERI → menambah STRESS → lingkaran setan
Ex: tension headache, low back pan, migrain

Mekanisme Nyeri Operant


Nyeri kronik tidak relefant dengan kelainan yang
diderita
Kompensasi untuk mendapat perhatian tetapi
kemudian menjadipain behavior dan pain learning
Klasifikasi Rasa Nyeri
Mekanisme Nyeri Psikogen
Nyeri somatic yang tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk fisik
Sebagian adalah Nyeri kronik
Dihubungkan dengan kecemasan,
ketakutan,
Mekanisme Nyeri Psikiatri
Kadang merupakan gejala depresi, histeri,
atau gangguan psikiatri lainnya.
Klasifikasi Rasa Nyeri
Nyeri Secara Spesifik
Nyeri somatis dan viseral : nyeri yang bersumber dari
kulit dan jaringan di bawah kulit ,pada otot dan tulang
Nyeri menjalar : nyeri yg terasa pada bagian tubuh yg
lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera
organ viseral
Nyeri psikogenik : nyeri yg tidak diketahui secara fisik
yg timbul akibat psikologis
Nyeri phantom : nyeri yang disebabkan karena salah satu
ekstremitas diamputasi
Nyeri neurologis : nyeri yang tajam karena adanya
spasme di sepanjang atau di beberapa jalur syara
Defenisi
 Analgetik = anti nyeri
 Antipiretik = anti demam
 Obat anti inflamasi non steroid/OAINS = obat yang
dapat menghilangkan/ mengurangi rasa nyeri dan dapat
menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, tanpa
mengganggu kesadaran
 Analgetika steroid
Mekanisme Nyeri, Demam dan
Inflamasi
Teori Pengendalian Gerbang/ Gate
Control Theory
Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun
1965
Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat
diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang SSP.
Mekanisme pertahanan ditemukan di sel-sel
gelatinosa substansia
Teori Pengendalian Gerbang/ Gate
Control Theory

“ impuls nyeri dihantar saat pertahanan


dibuka dan impuls dihambat saat
pertahanan ditutup”
Neuron delta A & C melepaskan
subtansi P bersifat membuka pertahanan
Neuron beta A menghambat pelepasan
subtansi P, bersifat menutup pertahanan
Mekanisme Nyeri, Demam dan
Inflamasi
Mekanisme Nyeri, Demam dan Inflamasi
Mekanisme OAINS
Trauma/luka pada sel

Gangguan pada membran sel

Fosfolipid
Dihambat Enzim
kortikosteroid fosfolipase
Asam Arakidonat
Enzim Lipogenase Enzim Siklooksigenase
Dihambat
Hidroperoksid obat AINS
Endoperoksid
Leukotrien PGG2/PGH

PGE2, PGF2, Prostasiklin


PGD2
Tromboksan A2
Inflamasi
 Merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka
jaringan disebabkan trauma fisik, zat kimia, zat biologik
 Inflamasi adalah usaha untuk menginaktivasi atau
merusak organisme yang menyerang.
 Inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler,
meningkatnya permeabilitas vaskuler, migrasi leukosit
ke jaringan radang
 Gejala proses inflamasi : Kalor, Rubor (Redness),
Tumor, Dolor (Pain), Functio laesa
Cedera Jaringan/Trauma

Pelepasan mediator kimia Hist, Vasokostriksi


Kinin, PG (sementara)

vasodilatasi permeabilitas nyeri demam


kapiler ↑

eritema edema nyeri panas


(kongesti (penimbunan (uj. Syaraf & (vasodilatasi)
darah) cairan&sel) bengkak)

hilangnya fungsi
Gout
Purin

Hipoxantin
Xantin Oksidase Alopurinol
Xantin
Xantin Oksidase Alopurinol
Asam Urat

Kristal Asam
Urat
Fagositosis Kristal
asam urat Lisosom  Enzim Hidrolitik

Ruptur lisosom diikuti


dengan kematian fagosit
dan pelepasan enzim
hidrolitik
Peradangan akut
Demam
 Alat pengukur suhu tubuh ada di hipotalamus
 Mengatur Keseimbangan antara produksi dan hilangnya
panas
 Peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali
penglepasan suatu zat pirogen endogen atau sitokin
seperti interleukin-1 (IL1)  sekresi PG↑↑
dihipotalamus
 Obat antipiretik menekan pirogen endogen dengan
menghambat sintesa PG
Mekanisme OAINS
 Central (Thalamus) → dengan jalan meningkatkan nilai
ambang rasa nyeri
 Perifer: merubah interpretasi rasa nyeri
 Antipiretik: melalui termostat di hipotalamus →
mempengaruhi pengeluaran panas dengan cara:
vasodilatasi perifer dan meningkatkan pengeluaran
keringat
 Anti inflamasi: menghambat sintesa prostaglandin
 Prostaglandin menimbulkan eritema, vasodilatasi dan
peningkatan aliran darah lokal
Farmakodinamik
 Efek analgesik: efektif terhadap nyeri intensitas rendah
sampai sedang (sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri
yang berasal dari integumen, nyeri inflamasi)
 Efek antipiretik: menurunkan suhu saat demam, (fenil
butason dan antirematik tidak dibenarkan sbg
antipiretik)
 Efek anti inflamasi: untuk kelainan muskuloskeletal
(artritis rematoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa),
hanya simptomatis
Efek Samping
 Induksi tukak lambung, kadang disertai anemia skunder
akibat perdarahan saluran cerna
 Gangguan fungsi trombosit → gangguan biosintesis
tromboksan A2 (TXA2) → perpanjangan waktu
perdarahan (efek ini dimanfaatkan untuk profilaksin
trombo-emboli)
 Gagal ginjal pada penderita gangguan ginjal →
gangguan homeostasis ginjal
 Reaksi alergi: rinitis vasomotor, edema angioneurotik,
urtikaria luas, asma bronkial, hipotensi sampai syok
Antipiretik, Analgetik non-opioid atau
NSAID/OAINS dan Antiinflamasi
 Obat AINS dikelompokkan sebagai berikut:
1. Derivat asam salisilat, misalnya aspirin
2. Derivat paraaminofenol, misalnya parasetamol
3. Derivat asam propionat, misalnya ibuprofen,
ketoprofen, naproksen.
4. Derivat asam fenamat, misalnya asam mefenamat
5. Derivat asam fenilasetat, misalnya diklofenak.
6. Derivat asam asetat indol, misalnya indometasin.
7. Derivat pirazolon, misalnya fenilbutazon dan
oksifenbutazon
8. Derivat oksikam, misalnya piroksikam dan meloksikam
1. Asam Salisilat
Aspirin (asam asetilsalisilat atau asetosal)
 Mempunyai efek analgetik, anitipiretik, dan
antiinflamasi.
 Efek samping utama : perpanjangan masa perdarahan,
hepatotoksik (dosis besar) dan iritasi lambung.
 Diindikasikan pada demam, nyeri tidak spesifik seperti
sakit kepala, nyeri otot dan sendi (artritis rematoid).
 Aspirin juga digunakan untuk pencegahan terjadinya
trombus (bekuan darah) pada pembuluh darah koroner
jantung dan pembuluh darah otak
Efek terhadap pernafasan
Mempertinggi konsumsi O2 dan produksi CO2
Efek terhadap keseimbangan asam basa
H2O +CO2  HCO3 + H+,
HCO3 dan Na+/K+ diekskresikan berlebih akan menurunkan
pH darah
2. Para Amino Fenol
Asetaminofen (parasetamol) dan Fenasetin
Merupakan penghambat prostaglandin yang lemah.
Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik,
tetapi kemampuan antiinflamasinya sangat lemah.
Intoksikasi akut parasetamol adalah N-asetilsistein, yang
harus diberikan dalam 24 jam sejak intake parasetamol.
Diabsorbsi cepat dan sempurna di saluran cerna
Konsentrasi puncak 30 mnt, waktu paruh 1-3 jam
Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati
Konjugasi : asetaminofen dgn glukoronat dan fenasetin
dgn sulfat
3. Derivat asam propionat
Ibuprofen
 Mempunyai efek analgetik, antipiretik, dan
antiinflamasi, namun efek antiinflamasinya memerlukan
dosis lebih besar (dosis 1200-2400 mg sehari).
 Absorbsi cepat melalui lambung
 Kadar maksimum plasma 1-2 jam, waktu paruh sekitar 2
jam
 Metabolit atau konjugat diekskresikan melalui urin
 Metabolit hasil hidroksilasi dan karboksilasi
 Efek sampingnya ringan, seperti sakit kepala dan iritasi
lambung ringan.
4. Derivat asam fenamat
Asam mefenamat
Mempunyai efek analgetik , sbg antiinflamasi
kurang efektifdibanding aspirin, dan tidak
memberikan efek antipiretik.
Efek samping terhadap saluran cerna spt;
dispepsia dan iritasi mukosa lambung
Efek samping lain; eritem kulit dan
bronkokonstriksi
5. Derivat fenil asetat
Diklofenak
Diberikan untuk antiinflamasi dan bisa
diberikan untuk terapi simtomatik jangka
panjang untuk artritis rematoid, osteoartritis, dan
spondilitis ankilosa.
Absorbsi cepat dan lengkap melalui saluran
cerna
Mengalami first-pass met. Sebesar 40-50%
Diakumulasi di cairan sinovia, efek terapi di
sendi jauh lebih panjang
6. Derivat asam asetat indol
Indometasin
Mempunyai efek antipiretik, antiinflamasi dan
analgetik sebanding dengan aspirin, tetapi lebih
toksik.
Efek samping sal. Cerna: nyeri abdomen, diare,
perdarahan lambung dan pankreatitis
Sakit kepala hebat, depresi dan rasa bingung
Tidak dianjurkan utk anak,wanita hamil,
penderita gangguan psikiatris dan penderita
lambung
7. Derivat pirozolon
Fenilbutazon
 Hanya digunakan untuk antinflamasi dan
 mempunyai efek meningkatkan ekskresi asam urat
melalui urin, sehingga bisa diigunakan pada artritis gout.
 Absorbsinya cepat dan sempurna secara oral
 Ekskresi lambat karena ikatan protein yg kuat
8. Derivat oksikam
Piroksikam
Hanya dindikasikan untuk inflamasi sendi.
Absorbsi cepat dilambung; 99% terikat pd
protein plasma
Kadar mantap dicapai sekitar 7-10 hari dan
kadar plasma dgn kadar di cairan sinovia
Efek samping pd saluran cerna
Kelompok Obat gout
Kelompok obat gout
 Pada keadaan akut : kolkisin, fenilbutazon, dan
indometasin.
 Mengurangi kadar asam urat : probenesid, allopurinol
dan sulfinpirazon.

Kolkisin
 Merupakan obat antiinflamasi khusus untuk gout, tetapi
tidak mempengaruhi kadar asam urat dan diindikasikan
sebagai terapi pada gout akut dan profilaksis pada
keadaan kronis.
Probenesid
 Menghambat reabsorpsi asam urat di ginjal.

Allopurinol
 Mampu menurunkan kadar asam urat dengan cara
menghambat tahap terakhir pada biosintesis asam urat
dan biasa digunakan untuk mengobati gout kronik.
Sulfinpirazon
 Menghambat reabsorbsi asam urat di ginjal.
Analgetik Opioid
 Mengurangi nyeri dan menimbulkan euforia dengan
berikatan pada resepttor opioid di otak, yaitu reseptor μ
(mu), ϰ (kappa), dan d (delta)
 Enkefalin dan endorfin berikatan dengan reseptor μ dan
δ. Dinorfin berikatan dengan resepttor ϰ
 Obat analgetik opioid : morfin, metadon, meperidin
(petidin), fentanil, buprenorfin, dezosin, butorfanol,
nalbufin, nalorfin, dan pentazosin
Morfin
 Efek analgetik : dengan mengurangi persepsi nyeri di
otak (meningkatkan ambang nyeri), mengurangi respon
psikologis terhadap nyeri (menimbulkan euforia), dan
menyebabkan mengantuk/tidur (efek sedatif) walau ada
nyeri.
 Diberikan secara per oral, injeksi IM, IV, SC, dan
perektal, durasinya rata-rata 4-6 jam.
 Diindikasikan untuk nyeri berat yang tak bisa dikurangi
dengan analgetika non-opioid atau obat analgetik opioid
lain yang lebih lemah efeknya.
Metadon
 Mempunyai efek analgetik mirip morfin, tetapi tidak
begitu menimbulkan efek sedatif.
 Diberikan secara per oral, injeksi IM, dan SC
 Dieliminasi dari tubuh lebih lambat dari morfin (waktu
paruhnya 25 jam) dan gejala tak sehebat morfin, tetapi
terjadi dalam jangka waktu lebih lama.
 Diindikasikan untuk analgetik pada nyeri hebat, dan
juga digunakan untuk mengobati ketergantungan heroin.
Meperidin (petidin)
 Menimbulkan efek analgetik, efek euforia, efek sedatif, efek
depresi nafas dan efek samping lain seperti morfin, kecuali
konstipasi.
 Efek analgetiknya muncul lebih cepat daripada morfin, tetapi durasi
kerjanya lebih singkat, hanya 2-4 jam.
 Diindikasikan untuk obat praoperatif pada waktu anestesi dan untuk
analgetik pada persalinan.
Fentanil
 Merupakan opioid sintetik, dengan efek analgetik 80x lebih kuat
dari morfin, tetapi depresi nafas lebih jarang terjadi.
 Diberikan secara injeksi IV, dengan waktu paruh hanya 4 jam dan
dapat digunakan sebagai obat praoperatif saat anestesi.
Beberapa antagonis untuk opioid
Nalokson
 Hanya diberikan secara injeksi IV, onsetnya cepat,
dengan durasi kerja 1-4 jam.
Naltrekson
 Diberikan per oral, lebih kuat dari nalokson dan
durasinya lebih lama.
Nalmefen
 Aktivitas farmakologis yang sama dengan naltrekson,
tetapi mempunyai durasi yang lebih lama.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai