Anda di halaman 1dari 19

PEMETAAN

WILAYAH
RESIKO BENCANA

Baiq Fathin Ayu R, S.Kep, M.KKK


Dr. H. Sabar Setiawan, drg, M.Kes
INDONESIA

Indonesia memiliki kondisi geografis,


geologis, hidrologis, dan demografis yang
memungkinkan terjadinya bencana, baik
yang disebabkan oleh faktor alam, faktor
nonalam maupun faktor manusia yang
menyebabkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Indonesia secara geografis dan
geologis merupakan daerah rawan
bencana karena:

1. Indonesia merupakan negara kepulauan


yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik yaitu lempeng
Euroasia, Australia, Pasifik, dan Filipina
yang memungkinkan seringnya terjadi
gempa tektonik dan berbagai akibat
lainnya.
2. Terdapat 130 gunung api aktif di
Indonesia yang terbagi dalam Tipe A,
Tipe B, dan Tipe C. Gunung api tipe A
adalah gunung api yang pernah meletus
sekurang-kurangnya satu kali setelah
tahun 1600 dan masih aktif, tipe B adalah
gunung api yang masih aktif tetapi belum
pernah meletus dan tipe C adalah
gunung api yang masih diindikasikan
sebagai gunung api aktif
3. Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar
dan kecil yang 30% di antaranya
melewati kawasan padat penduduk dan
berpotensi menimbulkan banjir, banjir
bandang dan tanah longsor pada saat
musim penghujan

Upaya untuk menanggulangi bencana alam


ialah mengidentifikasi wilayah rawan
bencana alam dengan cara memetakan
wilayah rawan bencana dan risiko
bencana.
Mitigasi
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya
untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana

- Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
- UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan
Umum, Pasal 1 angka 9
- PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan
Umum, Pasal 1 angka 6
SYARAT MITIGASI BENCANA :
a) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan
bencana untuk tiap jenis bencana.
b) Sosialisasi untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena
bermukim di daerah rawan bencana.
c) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan
dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
d) Pengaturan dan penataan kawasan rawan
bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.
Manajemen Mitigasi Bencana
a) Penguatan institusi penanganan bencana.
b) Meningkatkan kemampuan tanggap darurat.
c) Meningkatkan kepedulian dan kesiapan masyarakat
pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
resiko bencana.
d) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada
sistem infrastruktur dan utilitas.
e) Meningkatkan keamanan tehadap bencana pada
bangunan strategis dan penting.
f) Meningkatkan keamanan terhadap bencana daerah
perumahan dan fasilitas umum.
g) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada
bangunan industri.
….Manajemen Mitigasi Bencana

h) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada


bangunan sekolah dan anak-anak sekolah.
i) Memperhatikan keamanan terhadap bencana dan
kaidah-kaidah bangunan tahan gempa dan
tsunami serta banjir dalam proses pembuatan
konstruksi baru.
j) Meningkatkan pengetahuan para ahli mengenai
fenomena bencana, kerentanan terhadap bencana
dan teknik-teknik mitigasi.
k) Memasukkan prosedur kajian resiko bencana
kedalam perencanaan tata ruang/ tata guna lahan.
l) Meningkatkan kemampuan pemulihan masyarakat
dalam jangka panjang setelah terjadi bencana.
RESIKO BENCANA

a). Langkah pertama yang dilakukan dalam


analisis risiko adalah temukenali ancaman.
b). Setelah itu mengidentifikasi kerentanan dan
kapasitas yang ada di tiap-tiap wilayah.
c). Analisis resiko dilakukan berdasarkan data
dari berbagai sumber: organisasi
pemerintah, Pusat Studi Bencana, dll,
sebagai data awal.
d). Pengenalan ancaman, kerentanan dan
kapasitas komunitas tetap sebagai data
primer.
Contoh Peta Ancaman
PERINGATAN DINI
- Sistem peringatan dini adalah tanda bencana,
dari lembaga yang berwenang serta
masyarakat setempat, sebagai acuan untuk
bertindak saat terjadi bencana.
- Peringatan dini berupa tanda yang dipahami
masyarakat, bersifat segera dan bersifat resmi.
- Peringatan dini dapat berasal dari pemerintah,
dapat pula berdasarkan pengetahuan lokal
tentang tanda-tanda bencana, serta
menggunakan sumber daya lokal (apalagi jika
bencana bersifat lokal). Contoh: kentongan
sebagai tanda tertentu termasuk jika terjadi
bencana.
Mengenali tanda-tanda
alam sebelum terjadi
bencana
Tanda-tanda Tsunami
• Gempa bumi dengan kekuatan di atas 6 SR
(skala richter) dengan pusat gempa di bawah
laut, gunung api di bawah laut dan longsoran
bawah laut.
• Gempa di bawah laut dengan kedalaman 0 –
30 km.
• Air laut surut seketika lamanya +/- 20 menit
• Air laut seketika naik di atas rata-rata
Tanda-tanda Gunung Meletus
• Binatang-binatang meninggalkan
lokasi gunung berapi
• Terjadi gempa atau getaran yang kuat
• Terdengar suara letusan

Tanda-tanda Badai
• Cuaca mendung
• Angin kencang
• Udara dingin, berkisar 20˚ C ke bawah.
SAAT BENCANA
Saat bencana terjadi, adalah saat paling penting
yang menentukan akibat dari bencana. Langkah
taktis dan strategis diperlukan.
1. Membunyikan tanda bahaya
Pembunyian tanda bahaya dilakukan oleh pihak
yang ditunjuk/disepakati sebagai otoritas. Berupa
bunyi/suara/tanda yang disepakati sebagai sistem
peringatan dini
2. Kontak bantuan terkait bencana (Satlak PBP, SAR,
PMI, TNI/POLRI dll)
3. Keputusan pengungsian oleh Aparat dusun/desa.
4. Koordinasi Kelompok Masyarakat Siaga Bencana.
PASCA BENCANA
Meliputi pemulihan (rehabilitasi) dan
rekonstruksi. Pemulihan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar guna mengurangi
akibat bencana.

Pemulihan jangka pendek ditujukan untuk


pemenuhan kebutuhan dasar seperti
kebutuhan makanan, tempat tinggal
sementara, sanitasi, kesehatan dan
pengobatan, kebutuhan Mandi
Cuci Kakus (MCK) dan kebutuhan religius
serta adat.
PEMULIHAN JANGKA MENENGAH
Ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang lebih
umum setelah pemenuhan kebutuhan pribadi yaitu :
pembangunan sarana kesehatan umum darurat,
tempat ibadah darurat, pembangunan sekolah darurat,
penyediaan air dan sanitasi serta pembangunan
saluran air limbah dan pengelolaan sampah.

PEMULIHAN JANGKA PANJANG


Ditujukan untuk membangun kembali (rekonstruksi)
yang berkaitan dengan pembangunan yang
berkelanjutan. Rekonstruksi dilakukan dengan melihat
dampak bencana yang terjadi serta kebutuhan dan
prioritas masyarakat.
REKONSTRUKSI
1. Pemulihan kegiatan perekonomian
2. Pembangunan infrastruktur yang rusak baik jalan,
jembatan, sekolah, pasar, perkantoran, tempat
ibadah, sarana kesehatan
3. Rehabilitasi kejiwaan
4. Rehabilitasi kecacatan
5. Perbaikan aliran listrik dan komunikasi yang
permanen
6. Pemulihan produksi pangan, sektor produksi
pertanian lainnya, peternakan dan perikanan
7. Perbaikan kondisi lingkungan hidup
8. Pemulihan pendidikan baik sarana prasarana
maupun sumberdaya manusia
9. Pemulihan unsur rohani, budaya, adat istiadat.

Anda mungkin juga menyukai